70

4.7K 685 83
                                    

Perjalanan kembali dilanjutkan. Hanya tinggal menunggu waktu sampai kami tiba di Duchy Earth dan melakukan teleportasi dengan artefak sihir. Aku tidak pernah melihat wujud artefak sihir secara langsung. Di buku yang ditulis oleh para penyihir juga tidak pernah membahas soal benda-benda mengagumkan ini. Malah, kelihatannya mereka tidak tahu kalau ada benda bernama 'artefak sihir' di dunia ini.

Terkadang aku berpikir kalau ada sumber dari semua kekuatan sihir ini. Tapi, tidak ada yang bisa membuktikan pikiranku. Jadi, pikiran itu lenyap begitu saja.

"Apa ibu istirahat dengan nyaman?" tanya Abel yang duduk di depanku.

Aku tersenyum. Mengangguk.

"Sepertinya, Tuan Aloysius menjaga ibu dengan baik!" kata Abel sekali lagi sembari tersenyum manis.

Aku menatap Chandler sekilas.

Ugh! Apa-apaan dengan tampilannya itu?

Kelopak mata Chandler menyipit. Bibirnya manyun. Dahinya terlipat. Kedua tangannya terlipat di atas dada. Chandler sudah memasang tampang seperti itu sejak tadi malam ketika Aloysius kembali dari kereta kudaku. Entah apa yang ada dalam kepalanya sampai dia memasang ekspresi seperti itu.

Ekspresinya bahkan lebih buruk ketika Abel menyebut nama Aloysius. Apa mungkin dia tidak suka dengan Aloysius setelah kejadian dimana dia menggodaku tadi? Kalau begitu, mungkin aku bisa sedikit menggodanya.

"Iya, Tuan Aloysius sangat menjaga ibu! Rasanya sangat menyenangkan, hehe...." kataku.

"Tuan Aloysius memang hebat dalam menjaga seseorang." kata Abel.

Aku melirik Chandler. Ekspresinya jadi semakin buruk. Aku bahkan bisa melihat aura gelap menyelimuti tubuhnya.

"Iya! Ibu merasa kalau Tuan Aloysius sangat bisa diandalkan!"

"Hehe..." kataku sembari tersenyum.

Abel ikut tersenyum, "Hehe...."

Aku dan Abel mencuri pandang pada Chandler yang wajahnya semakin terlipat. Kami berdua kompak terus menggoda Chandler dengan cara memuji Aloysius.

"Apakah kalian berdua mau pindah ke kereta kuda Aloysius?" tanya Chandler sembari tersenyum.

Salju berguguran di sekitar kereta kuda. Lapisan es muncul di jendela. Abel menahan tawa. Dia kemudian menggeleng.

"Tidak, ayah! Abel dan ibu suka berada di sini. Benarkan, ibu?" tanya Abel santai.

Aku mengangguk. Ikut tersenyum dengan tak tahu malu.

"Berhenti memuji pria lain saat bersama ayah. Mengerti, Abel?" tanya Chandler sembari mengusap rambut Abel lembut.

Abel mengangguk, "Maaf, ayah!" katanya.

Aku dan Abel saling tatap. Kemudian menahan tawa.

"Apa anda tidak tidur, Yang Mulia?" tanya pada Chandler.

Aku tidak pernah melihat Chandler tidur selama perjalanan. Dia lebih sering menghabiskan waktu dengan menatap Aloysius tajam atau menurunkan salju karena marah. Dia ini batu, ya? Memangnya manusia biasa bisa menahan tidur semalaman?

"Aku tidak mengantuk." katanya dingin.

Aku menatapnya datar. Dia ini punya kepribadian ganda, ya?! Kenapa cepat sekali berubahnya?

"Memangnya anda ini batu yang tidak butuh tidur?" tanyaku.

"Kau yang batu! Kalau sudah terlanjur tidur tidak akan bangun. Bergerak saja tidak!" kata Chandler acuh.

Aku ingin marah pada Chandler. Tapi, ucapannya itu tidak sepenuhnya salah. Jadi, aku tidak punya hak untuk marah pada fakta. Tidurku kan memang seperti batu. Tidak akan bergerak kecuali jika bumi hancur. Itupun hanya bergerak mengikuti arah kehancuran bumi dan bukannya bangun.

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang