Kami berhenti sejenak di sebuah hutan yang tak terlalu lebat. Rasanya lebih mirip hutan kota dibandingkan hutan yang sebenarnya. Pepohonannya berwarna putih. Semuanya tertutup salju. Kami masih berada di wilayah barat kekaisaran. Tapi, sudah cukup jauh dari ibukota.
Abel masih tidur. Chandler memberikan alas berupa tumpukan pakaian dan selimut hangat untuk Abel yang tertidur di atas kursi kereta kuda. Aku dan Chandler juga ratusan ksatria yang ikut dalam perjalanan berbahaya ini pergi keluar. Mereka menebang dahan pohon dengan kekuatan sihir masing-masing. Lantas, meletakkannya di atas tanah bersalju dalam bentuk melingkar. Di tengahnya, ada api unggun abadi yang dibuat oleh pemilik sihir api.
Mereka semua duduk di atas dahan kayu. Melingkari api unggun. Semuanya terlihat bahagia. Orang-orang yang melihat pasti akan berpikir kalau mereka akan pergi berlibur dan bukannya berperang. Sementara para ksatria menikmati waktu istirahat mereka, aku dan Chandler duduk di bawah pohon sakura yang tertutup salju. Mataku menatap para ksatria yang kini mulai membakar daging dengan alat seadanya. Para pemilik sihir api bahkan menggunakan tangan mereka untuk membakar daging dan memanaskan kembali nasi yang dibawa dari istana. Yah, para pelayan membawakan kami bahan makanan mentah dan makanan matang yang bisa bertahan selama 2 atau 3 hari. Hal ini jelas membantu kami untuk menghemat waktu.
"Kau mau makan apa, Thea?" tanya Chandler yang duduk sembari bersandar pada dahan pohon. Kaki kirinya lurus. Sementara, kaki kanannya tertekuk. Tangannya berada di atas lututnya.
Aku menatapnya, "Saya akan memakan apapun yang dimasak para ksatria. Toh, saya tidak bisa memesan makanan di sini." kataku.
Chandler mengangguk. Dia kembali menatap para ksatria yang mulai membagikan daging secara merata.
"Omong-omong, aku belum mengucapkan terima kasih karena kau sudah membuat Abel tenang. Aku selalu khawatir pada anak itu karena dia selalu menyembunyikan perasaannya." kata Chandler lagi.
Kenapa tiba-tiba Chandler yang biasanya selalu dingin dan acuh tiba-tiba jadi banyak bicara dan hangat begini? Apa karena dia tahu salah satu dari kami akan mati? Jadi, dia berusaha memperbaiki hubungan yang akan selesai dalam waktu kurang dari 5 tahun ini? Kalau seperti itu sih harusnya dia lakukan dari dulu, dong! Masa harus menunggu salah satu dari kami mati dulu!
"Tidak masalah, Abelkan putraku juga." kataku sembari mengusap kakiku.
Karena terus ditekuk selama 6 jam, kakiku jadi sakit sekali. Pantatku iuga sakit karena duduk di kursi kayu yang keras. Rasanya aku akan mati bahkan sebelum sampai di wilayah timur kekaisaran. Tapi, aku tidak mungkin mengeluh, kan? Bukan hanya aku satu-satunya orang yang menderita di sini. Para ksatria bahkan harus memasak begitu kami berhenti. Aku beruntung karena bisa beristirahat sejenak.
Chandler menjetikkan jarinya. Dua balok es panjang mengambang di udara. Dia kemudian meletakkan satu-persatu balok es itu di atas kedua kakiku. Rasanya dingin dan menyenangkan. Rasa sakit juga nyerinya jadi sedikit berkurang.
"Itu akan meredakan rasa sakitnya. Balok esnya tidak akan mencair. Jadi, kau bisa menggunakannya dalam waktu yang lama." katanya.
Aku mengangguk. Chandler rupanya cukup peka untuk hal seperti ini. Aku pikir dia hanya kaisar yang dingin dan acuh. Rupanya tidak. Entah mengapa aku merasa sedikit lebih dekat dengannya.
"Terima kasih!" kataku sembari tersenyum.
"Aku hanya tidak suka mendengar orang lain mengeluh." kata Chandler dingin. Dia menatap lurus ke arah gerombolan ksatria yang kembali memasak.
Aku memicingkan mataku. Aku bahkan tidak pernah mengeluh selama ini. Apa yang dia katakan?!
"Saya akan membangunkan Abel. Abel pasti lapar." kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor, Please Obey Me!✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gantung di alun-alun ibukota. Apa yang harus aku lakukan?!?!?! Start: 20 April 2022 End: 7 Agustus 2022