6

10K 1.3K 42
                                    

Angin yang berhembus membuat udara terasa ribuan kali lebih dingin. Rambutku yang terkuncir kuda bergerak sesuai arah angin. Manik mata biruku menatap kaisar sementara bibir tipis kelopak mawarku terus melayangkan sebuah senyuman. Kaisar menatapku. Ikut tersenyum. Jelas sekali dia meminta penjelasan atas mayat yang hidup kembali di belakangku.

Semua bukti yang ada di tempat kejadian mengarah padaku. Pisau yang digunakan untuk menggali berada di dekatku. Dan, pakaian yang kotor dipenuhi tanah ini menjadi bukti kuat. Tidak mungkin putri baron ini berkubang di atas tanah seperti babi!

Mayat itu akhirnya berdiri sepenuhnya. Tangannya memegang kepala belakangnya yang terasa berdenyut.

Kaisar bergegas berjalan menuju pria yang sepenuhnya sadar itu. Pakaian ksatrianya dipenuhi tanah. Rambut dan wajahnya juga sama.

Sudah aku duga! Seharusnya aku menguburnya lebih dalam.

"Cahir? Apa yang terjadi padamu?"

Aku diam membeku begitu mendengar ucapan kaisar.

Apa tadi dia bilang Cahir? Bukan Cahir Bac Acchya, putra ketiga dari Marquiss Acchya yang terkenal akan ketepatannya dalam menggunakan senjata? Cahir yang menjadi satu dari empat ksatria inti kekaisaran? Bukan Cahir yang itu, kan?! Katakan padaku kalau jawabannya benar!

Aku memutar kepalaku. Ksatria itu menatapku. Tersenyum. Aku meneguk ludah. Seharusnya, aku langsung melarikan diri setelah mengubur pria itu dan hidup sebagai buronan. Bukannya malah berpikir ratusan kali dan tertangkap basah oleh kaisar.

Argh!!! Tamat sudah!!!

"Saya tidak sengaja dipukul oleh seorang ninja perempuan dan dikubur seperti ini!" Cahir menatapku. Tersenyum.

Aku balas tersenyum dengan tulus. Syukurlah, aku pikir Cahir akan bilang kalau ada putri baron yang memukul kepalanya dua kali dan menguburnya. Tapi, rupanya tidak. Meski, Cahir secara tak langsung mengataiku sebagai ninja, setidaknya, itu jauh lebih baik daripada mengatakan yang sejujurnya.

Ah, Cahir sudah menyelamatkan nyawaku! Aku berhutang nyawa padanya. Cahir rela berbohong pada atasannya hanya untuk menyelamatkan putri baron miskin ini. Cahir itu seorang malaikat, ya.

DEG!!! DEG!!!

Apa-apaan jantungku ini? Kenapa berdetak dengan kencang? Aku kan tidak sedang berlari! Apa ini yang dinamakan...... gejala penyakit jantung? Aku harus pergi ke dokter setelah bisa keluar dari situasi menyebalkan ini. Kalau masih gejala, katanya bisa dengan mudah disembuhkan.

"Kenapa kau bisa berakhir di tanah?" Tanya kaisar sekali lagi.

Aku pikir, Chandler sama sekali tidak peduli pada siapapun. Tapi, rupanya dia peduli pada ksatria intinya. Memang, kita tidak bisa menilai orang berdasarkan rumor, ya. Kaisar jelas sangat berbeda dari apa yang dikatakan orang. Dia itu sangat ba....

Kaisar memukul kepala Cahir, "Ksatria inti mana mungkin bisa dikalahkan dengan mudah! Kau ini benar-benar ksatria inti atau bukan? Payah sekali!!!"

"Ampuni saya, Yang Mulia!" Seru Cahir kesakitan.

Aku menatap adegan penyiksaan itu dengan datar.

Kalian tahu? Menilai seseorang berdasarkan rumor tidak sepenuhnya salah. Karena, terkadang rumor  berasal dari fakta yang sedikit dilebihkan. Tapi, dalam kasus kaisar, tidak ada rumor yang dilebihkan. Semuanya adalah fakta!

"Apa anda baik-baik saja, Nona Elixi??"

Cahir berjalan menuju ke arahku. Manik mata hijaunya menatapku. Senyum sabitnya nampak menenangkan. Apalagi suaranya. Benar-benar semerdu malaikat.

"Iya, saya baik-baik saja, Tuan Acchya. Terima kasih karena sudah menolong saya dari serangan ninja!" Aku mengangkat ujung rokku. Kepalaku terangkat. Menunjukkan wajah cantik berlumuran tanah dan berhiaskan senyuman manis.

"Syukurlah ninjanya tidak menyerang anda. Saya senang karena bisa menolong anda. Meski, saya harus berakhir di dalam tanah. 

Apa dia menyindirku?

Aku mengangkat tubuhku.

"Iya, syukurlah Tuan Acchya datang tepat waktu. Saya berhutang nyawa pada anda!"

Kami berdua terus bicara. Sama sekali tidak peduli pada kehadiran kaisar yang melempar tatapan tajam pada kami berdua.

"EKHEM!! EKHEM!!! EKHEM!!!"

Aku menatap kaisar datar. Apa tenggorokannya itu tersumbat istana? Suara batuknya itu bahkan bisa membuat goblin yang tuli kembali bisa mendengar.

"Apakah kalian berdua sudah saling mengenal?"

"Apa urusannya denganmu?!?! Mau aku mengenal Cahir sejak jaman dinosaurus pun apa urusannya denganmu?"

Ingin sekali aku menjawab pertanyaan kaisar dengan kalimat itu. Tapi, sayangnya, aku masih sayang pada kepalaku. Cahir sudah susah payah menyelamatkanku hingga berbohong. Jadi, aku tidak boleh menyerahkan kepalaku dengan gampangnya.

"Kami baru bertemu kali ini!" Jawab Cahir santai.

Aku mengangguk, mengiyakan.

Kaisar menatap kami penuh selidik. Aku membalasnya dengan tatapan datar. Kenapa dia bersikap seolah aku adalah istrinya yang sedang berselingkuh dengan orang lain? Lalu, apa-apaan dengan tatapan matanya itu!

"Jika sudah tidak ada yang perlu dibicarakan, saya pamit undur diri. Ayah saya akan khawatir jika saya pergi terlalu lama!"

"Saya pamit, Yang Mulia Kaisar dan Tuan Acchya!"

Aku menekuk kedua lututku. Lantas berjalan dengan santai ke sembarang arah. Aku masih tidak tahu arah jalan pulang. Tapi, aku tidak mau terlihat seperti orang yang tersesat -walau itu adalah kenyataannya- di depan Chandler dan Cahir.

"Jika anda berjalan ke sana, anda akan menemukan sekawanan serigala lapar."

Aku menghentikan langkah kakiku demi mendengar ucapan Chandler. Pria itu jelas lebih mengetahui seluk-beluk hutan yang dijadikan tempat latihan ksatria inti ini.

Kakiku melangkah ke sisi lain hutan. Kali ini, aku yakin dengan pilihanku.

"Di sana ada manticore. Dia terlihat seperti mencari mangsanya yang melarikan diri!"

Aku meneguk ludah. Manticore itu rupanya masih belum menyerah untuk memakanku, ya. Singa berekor kalajengking itu kan adalah penyebab semua drama ini terjadi. Andaikan dia tidak mengejarku. Aku tidak akan memukul kepala Cahir dengan balok kayu. Aku juga tidak perlu bertemu kaisar dan terjebak dalam situasi memalukan ini.

Aku mengubah arah ke sisi lain hutan. Aku ingin tahu, apa yang ada di balik pepohonan yang rimbun itu.

"Di sana ada rumah tawon liar raksasa!"

Aku meneguk ludah. Tawon liar raksasa adalah jenis tawon yang sangat agresif dan menyerang apapaun yang bergerak. Ukuran mereka sebesar telapak tangan orang dewasa. Sengatan mereka bisa menyebabkan kelumpuhan total. Itu jelas sangat menyakitkan.

Aku berjalan tak tentu arah. Aku benar-benar tidak tahu harus kemana.

"Di sana ada vampir!"

"Kecoa besar alaska!"

"Hantu gayung!"

"Arwah gentayangan!"

Seru kaisar setiap kali aku melangkah memasuki semak.

"Anda tidak tahu arah bukan, Nona Althea?" Tanya kaisar.

Aku menghentikan langkahku. Kami berdua baru bertemu 15 menit lalu dan dia sudah memanggilku dengan nama depan dan bukannya nama keluarga? Memangnya, dia pikir, kami ini sedekat apa.

"Apakah anda memang harus menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya, Yang Mulia?" Tanyaku sembari tersenyum manis. Tapi, di dalam hatiku, tersimpan dendam yang begitu besar untuk pria sialan ini.

"Mau saya antar?"

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang