Chapter 02

1.8K 347 297
                                    

Bukan penulis yang baik. Jangan berharap.

Selamat membaca dan tolong banget, perhatian tiap catatan di bawah chapter (jika ada), itu akan membantu kalian😇

~ • ~ 💜 ~ • ~

Videline Morstan, putri ketiga di antara keempat putri kembar Duke Elf of Morstan, siang ini terbangun dari tidurnya dengan tubuh gemetar. Udara terasa dingin, tetapi di tubuhnya keringat bercucuran.

Gadis kecil bergaun abu-abu brokat selutut itu menyelisik kebun ceri dengan mimik gelisah. Jantung berpacu, hingga rasanya sesak menghantam dada. Ia embuskan napas panjang selagi punggung tangannya menyeka bulir-bulir keringat di kening. Alas putih tempat tidurnya telah kusut.

Mimpi itu lagi! Mimpi mengerikan yang benar-benar ia alami---entah mengapa selalu menghantui selama enam tahun ini. Padahal, Deline sudah berusaha untuk melupakannya.

Reinkarnasi.

Pemilik mata lila wisteria muda dan rambut hitam bak malam tanpa bintang itu mengalaminya. Bagi sebagian orang, itu adalah keberuntungan, tetapi tidak seperti itu bagi Deline.

Deline ... sungguh bersyukur diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup setelah kejadian mengerikan itu. Namun, yang Deline sayangkan adalah ia terlahir bukan di dunia yang mana jiwa remajanya hidup sebelumnya.

Deline bereinkarnasi ke dunia Immortal. Dunia tempat makhluk mitologi entah yang rupawan maupun mengerikan tinggal. Seperti di hutan kediamannya kini---terdapat sekeluarga rogue Werewolf di hutan sana.

Hanya berisi tiga, tidak seperti biasa. Mungkin telah direject, memisahkan diri atau memang sedang bertransmigrasi demi mencari tempat yang aman untuk ditinggali. Deline tidak tahu dan takut mencari tahu.

Deline terlahir sebagai Elven, tetapi setahu Deline, seorang Elf tidak bisa merasakan aura. Elf hanya bermodalkan insting saja. Jika begini, sudah dipastikan Deline bisa merasakannya karena darah Fairfolk yang mengalir di nadinya.

Selagi manik indahnya melirik gelang sederhana, berbentuk rantai kecil berbahan dasar emas di lengan kirinya, senyum Deline terpatri. Jadi ini kegunaan gelang yang Francis---kakak kandung laki-lakinya---beri. Rogue Werewolf itu jadi tidak mendeteksi kehadirannya.

Angin lembut mengguncang pepohonan, pola sinar matahari yang terjun dari celah dedaunan memantul pada jalan setapak di hadapannya. Berganti setiap saat dengan ritme lambat, laksana embusan napas Deline saat samar-samar mendengar nama lengkapnya dipanggil, dari jarak yang benar-benar jauh.

Cepat-cepat Deline melipat alas yang tadi ditiduri, memasang sepatu mungil dengan warna senada seperti gaun yang dikenakan sekarang, lalu berlari.

Tak tampak mimik lelah di Deline meski sudah cukup jauh dari tempatnya tertidur tadi. Hingga tempat yang tadinya seperti hutan belantara digantikan bangunan besar dan megah.

Elven paruh baya, berpakaian favorite maid di koridor utama sebelum jalan setapak menuju kebun kediaman menelisik ke segala arah. Telinga panjang Elven itu bergerak pelan, suatu ciri khas mencolok untuk kaum Elf ketika mendengar sesuatu.

Elven itu menoleh, tepat ke arah Deline yang berlari. Wajah paniknya berangsur pergi, secepat Elven itu menapak jejak menghampiri. Deline mendadak diam, menetralkan napas, dan membiarkan Elven tersebut---pengasuhnya yang mengikis jarak mereka.

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang