Chapter 36

136 9 8
                                    

Double update? Tetep bikin gantung! :v

Vote, komen, bagikan!

~ • ~ 💜 ~ • ~

"Lepaskan, kubilang!" Deline mendelik, mengeratkan genggamannya.

Varrel balas mendelik, balas pula mengeratkan genggamannya. "Milikku!"

Pening kepala Leria melihat kedua bocah itu, berebut guling sudah seperti tarik tambang. Namun, entah kenapa aksi yang sampai mengerahkan mana itu tidak sama sekali mengganggu Korvin dan Viane, mereka tenang membaca buku di karpet bulu, padahal sudah hampir jam sebelas malam, sudah lewat waktu mereka tidur.

"Cukup!" Verick yang dari tadi membenahi kasur akhirnya menggertak. Tepat saat terdengar bunyi robek dari guling putih. Mendengkus gusar sudah anak laki-laki itu sembari mengedarkan pandangan. "Sudahi dan tidur."

Di saat Korvin dan Viane membereskan buku tanpa penolakan, Lyiam masih bingung harus bereaksi seperti apa. Lyiam amat sangat senang, lebih-lebih sekarang mengenakan baju tidur kembar berwarna senada, yakni ungu seperti bunga iris. Lyiam merasa mereka sudah seperti saudara.

Tadi sewaktu pulang, mereka mampir ke sebuah toko besar beli bahan makanan dan beberapa pakaian, termasuk baju tidur kembar sama warna yang dipakainya sekarang. Pun karenanya, Lyiam tahu warna kesukaan Deline.

Deline meminta baju tidur warna ungu iris terus, tidak mau beda-beda warna seperti yang sebelumnya pula katanya, dan langsung dituruti Aldrick dengan dibelikan sebanyak tiga! Jadi, berturut-turut tiga hari ini mereka akan pakai baju tidur ungu. Hanya karena Deline.

Lycia yang duduk di dekat Leria berdeham rendah begitu Deline sampai di depannya. Masih kaget Lycia lantaran aura dari Verick. Benar ternyata, Verick lah yang paling mendominasi di antara mereka semua. Tidak ada yang bisa melawan auranya. Aura sang Ayah Dunia.

"Kenapa aku merasa posisi kita tidur kemarin adalah posisi tidur mutlak?" bisik Deline sembari duduk di kasur, tepat saat Lycia hendak beranjak.

Lycia dan Leria hampir tertawa mendengarnya, sementara Valter yang diam-diam juga mendengar, lantaran ada di belakang Leria langsung berpikir itu benar. Lihat saja Varrel di belakang Lycia yang hendak kembali ke tempatnya semula, seperti di hotel, tetapi tidak ingin menganggu interaksi antara kakak dan adik di hadapannya.

"Aku pergi," kata Lycia, beranjak menuju kasurnya sembari terkikik.

Valter tahu jelas, Lycia sedang melangsungkan telepati dan pastinya pada Deline, sebab Deline mendelik mengikuti pergerakan kakaknya. Valter mendadak penasaran dengan apa yang mereka bicarakan dan Valter tahu, Verick yang kini menatapnya juga penasaran.

"Milikku!"

Itu Deline, mulai lagi anak itu memperebutkan guling dengan Varrel. Valter mengembuskan napas, serentak dengan Leria. Benar-benar sudah lelah! Sudah mengantuk! Saat di kasur sebelah sudah berbaring tertib, kasur mereka masih bergelut karena guling. Sekali lagi, karena guling!

"Kenapa tidak kau ambil yang satu lagi?!" Varrel sungguh geram. Ingin rasanya Varrel menjitak kening Deline. "Tuh, di samping kakakmu!"

Valter otomatis mengambil guling itu, dilempar ke paha Leria di sebelah kirinya. Varrel dan Deline berhenti saling menarik, melongo melihat apa yang dilakukannya. Begitupun Leria yang menoleh bingung kepadanya.

Deline mendengkus, kembali menatap Varrel dan bersungut-sungut, "Itu milik Leria! Kenapa kau tak mau mengalah padaku?!"

"Tidur dan bermimpi lah!"

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang