Chapter 07

806 198 294
                                    

Chapter yang ini cukup panjang, tapi baca aja pelan-pelan soalnya gak ada yang ngejar :v

Happy reading

~ • ~ 💜 ~ • ~

Frustrasi! Deline tidak mendapati Viane di kamarnya dalam keadaaan berantakan. Tunggang-langgang Deline berlari keluar ruang asramanya, hendak ke ruang asrama kedua kakaknya, berharap jika adiknya tersebut ada di sana.

Lorong asrama Bunga Matahari mulai ramai, diisi siswa-siswi yang mengenakan piyama dan gaun tidur. Sudah jam enam pagi, mereka dibangunkan para Nivyx, termasuk pula Era.

Di keramaian ini, Deline lincah menerobos. Bahkan ketika Deline sadar jika trio V; Verick, Valter, dan Varrel keluar dari ruang asrama mereka dalam keadaan terkejut.

"Kenapa dia?" Manik emas Verick mengikuti pergerakan cepat Deline, ia sampai melongok.

"Assassin," timpal Valter, masih mengucek mata, masih setengah kesadarannya. Sementara Varrel diam membisu dengan mulut sedikit ternganga meski tak berselang lama ikut melongok seperti Verick.

"Apa dikejar hantu?"

Verick menatap jengkel. Ayolah, mana ada hantu di Immortal ... yah, kecuali monster atau iblis kategori hantu yang jelas-jelas ada. Contohnya saja pelayan teman mereka, si pangeran iblis di kamar sebelah yang kini diseret Era, bersama Vinson di sebelahnya, tetapi hantu yang sebenarnya tidak ada!

"Apa? Kenapa menatapku gitu?" Varrel jadi canggung, ia menggaruk kepala yang tak gatal dan menegakkan tubuhnya. "Habisnya dia lari kayak gitu. Kayak dikejar hantu."

"Varrel---"

"Hei, Nak! Cepat ke bawah. Sarapan sudah siap!"

Tiba-tiba Era menginterupsi ucapan Verick. Peri kecil biru tersebut mendelik dan entah mengapa mereka merasa auranya menakutkan. Mereka bergidik. Valter langsung mendapati kesediaannya penuh, begitu angin yang cukup kuat menerpa wajahnya begitu Era berkacak pinggang.

Mereka bertiga langsung menurut. Berlari seperti yang dilakukan Deline tadi. Kini mereka berasumsi jika Deline betul-betul berlari dikarenakan hantu---hantu Nyvix.

~ * ~

Kata teman baru Viane yang seorang penyihir semalam, kasawan asrama Matahari itu ada di tengah-tengah lima asrama lain. Namun, jaraknya sangat jauh dan tiap asrama punya keunikan yang berbeda. Paling mencolok adalah bunga-bunga yang di taman di wilayahnya.

Viane jadi penasaran. Asrama Bunga Matahari saja sudah seperti kastil besar yang megah. Bermacam-macam bunga ditanam dan tumbuh subur, mengundang kupu-kupu untuk singgah di sana.

Jauh di ujung mata---mungkin sekitar 200+ meter---padang rumput sekitar asrama Bunga Matahari yang didirikan wahana mainan diganti pohon-pohon yang menjulang.

Ketika Viane melihat ke arah belakang, samar-samar terlihat kastil-kastil yang lebih besar dan itu menjadi tanda jika asrama Bunga Matahari benar-benar dikelilingi asrama lainnya.

"Keren," gumamnya. Viane percepat langkahnya jadi berlari-lari kecil.

Sepanjang trotoar penuh dengan pohon besar yang kebanyakan pohon buah seperti apel, ceri, plum, dan persik. Viane benar-benar menikmati pagi pertamanya di akademi. Hingga tak terasa kini ia sampai di taman bak alun-alun yang ada air mancur besar dengan patung Naga berwarna putih.

Terdapat enam trotoar lain dengan jarak beberapa meter di sisi kanan dan kiri trotoar yang Viane lewati. Kentara sekali, trotoar itu menuju asrama kakak tingkatnya dan satu trotoar yang paling besar di depan sana menuju ke akademi.

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang