Chapter 16

416 82 66
                                    

"Penyambutan akan dilakukan besok pagi. Gunakan sihir untuk membawa anak-anak ke kamarnya."

Akhirnya, setelah para Banshee awak gerbong mengadu pada Ariadne tenang anak-anak yang susah sekali dibangunkan, mereka mendengar jawaban pasti. Namun, saat permaisuri kekaisaran bangsa Naga itu berbalik badan, pintu gerbong terbuka menampilkan anak-anak dengan wajah mengantuk.

Ariadne mengurungkan niat untuk pergi, ia malah tersenyum dan menoleh. Terlebih, menyadari hadirnya seorang wanita bergaun burgandy yang berbelahan di paha kiri muncul di sisi kanannya.

"Tadi ... kau bilang apa? Sihir?" Wanita yang baru tiba berujar dengan nada seloroh, setelah menilik anak-anak. "Sihir apa? Teleportasi?"

Demi apa pun! Semua anak yang mendengarnya mendelik. Kantuk mereka pun lenyap rasanya. Hei! Mereka belum pernah menggunakan teleportasi! Teleportasi itu sihir yang sulit dan menjadi perpindahan paling cepat! Mereka tidak mungkin bisa!

Sedetik setelah anak-anak berpikir begitu, pandangan mereka menggelap. Tubuh mereka seolah diseret dan rasanya begitu dingin. Belum sampai tiga detik, pandangan mereka pulih kembali, tetapi kali ini rasanya berputar-putar.

Viane langsung ambruk ke lantai, bersama Nata beberapa saat setelahnya. Rasanya pusing, mual, beradu jadi satu. Lycia, Delixy, dan Deline membekap mulutnya. Hanya Leria yang berdiri tegak, tetapi gadis itu menyentuh kening.

Sial, teleportasi yang tidak sampai satu kilometer saja rasanya seperti ini. Leria tidak bisa membayangkan jika teleportasi pulau atau benua, seperti yang sering dilakukan ayah dan kakaknya. Namun, setelah menilik ruangan kamar ini, rasanya Leria baik-baik saja.

Indah, bahkan Deline yang kesadarannya mulai utuh berseru, "Ugh! Ini baru istana! Ya ampun! Keren!"

Memang keren. Bernuansa putih dan emas. Sungguh, tiap sisi diperhatikan begitu detail. Bahkan langit-langitnya yang berwarna biru dilukis awan.

Enam kasur yang bersebelahan dengan renda putih transparan, kursi untuk santai, lemari, juga rak buku kecil. Kamar mereka kemungkinan di lantai tiga atau empat. Leria dan Deline dapat melihat balkon di sebelah kiri.

Berbanding balik dengan Delixy, Lycia, Viane, dan Nata yang langsung ke kasur karena masih mual, Leria dan Deline malah ke balkon tersebut sembari berlari kecil. Mata kakak-beradik itu berbinar, melihat pemandangan indah kebun mawar yang sedang bermekaran, disinari obor dari lorong di bawah balkon bundar nan megah ini.

"Ya Esa, indahnya." Leria bergumam.

Saat angin berembus, rasanya begitu segar dan menenangkan. Aroma tanah, ranting, dan dedaunan basah dikarenakan baru saja selesai hujan, dipadukan dengan aroma mawar ... ah, rasanya tidak bisa dideskripsikan oleh kata-kata.

Ketika menilik angkasa, bentangan luas berwarna biru hampir ke hitam itu terlukis sang primadona---bulan sabit. Sangat menakjubkan meski mulai ditutupi awan hujan.

"Bisa gak, ya, kita petik?" Deline bertanya dan tidak mendapat jawaban dari Leria.

Deline tidak akan pernah bosan melihat pemandangan megah ini, andaikan suara Varrel di kamar sebelah tidak membuatnya kesal. Apa tadi kata anak itu? Kenapa dia tidak berteleportasi ke kamarnya? Enaknya! Ini kan tur, kalau anak itu ke kamarnya, jadinya pulang!

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang