Chapter 14

473 100 127
                                    

Saat aku menulis part ini, di sini sedang hujan. Jadilah kebablasan sampai 4000 kata lebih. Jadi, teman-teman, buat tubuh kalian nyaman dulu dan bacalah perlahan. Resapi tiap kejadian jika bisa. Selamat membaca🥰

Saat publikasi pun lagi ujan wkwk

~ • ~ 💜 ~ • ~

Kemunculan profesor Bugenvil adalah salah satu keajaiban Ambroise yang tidak bisa disangkal jika begitu indah. Semua tidak bisa jika tidak berseru saat melihatnya. Melodi saat gliter emas yang membentuknya juga begitu memanjakan pendengaran, seperti embusan angin di padang rumput yang luas.

Kini, Profesor utama divisi support tersebut berdiri di depan ruang kelas. Menatap anak-anak yang sudah siap dengan buku catatan mereka. Tampang anak-anak itu begitu lucu karena berusaha serius di usia mereka yang dini, tetapi tidak dengan isi kepala dan sifatnya.

Tidak lama dari sana, profesor Bugenvil berkata, "Masih ingat apa yang kukatakan minggu lalu?"

"Ingat!"

"Tentu!"

"Masih, Prof."

Senyum profesor Bugenvil makin lebar, beliau bergerak ke kursinya dan sayap kupu-kupu putih miliknya itu hilang, seperti minggu lalu. Ketika sudah duduk, beliau kembali menilik murid-murid sekilas.

"Wis, Aze, Zuarat, Knight-Dame, atau Eclipse, di antara kelima itu, kalian ingin di posisi apa?"

Ditanya atau bertanya sebelum memulai materi menjadi indentik profesor Bugenvil dan doktor Greyy, kakak-kakak tingkat mereka telah memberitahu.

Mau tak mau, para murid Sekolah Dasar memutar otak untuk menjawab. Kelas hening untuk sesaat, para murid sedang berpikir. Mereka tidak mungkin memilih tingkat satu ada dua.

"Dame."

"Eclipse."

Leria dan Valter sama-sama menjawab pun sama-sama mereka saling menatap. Leria menoleh ke belakang, Valter menilik Leria yang duduk di depannya. Satu kelas fokus pada mereka. Lebih-lebih Deline, ia sudah berekspresi aneh karena merasa lucu, kakaknya bisa berbarengan dengan calon panglima Immortal!

Mendengar kursi depan tergesek dengan lantai, tanda jika profesor Bugenvil beranjak dari duduknya, anak-anak pun merapikan kembali duduk mereka. Sayap kupu-kupu putih menawan itu tercipta lagi, membuat melodi desiran angin kembali menyapa pendengaran. Aura merah muda terpancar membuat sebuah layar besar, berisikan materi bergambar yang disukai anak-anak.

"Pilihan yang bagus." Profesor Bugenvil mengangguk, tersenyum dengan lembut. "Kesatria Wanita dan Bulan. Dua tingkatan yang amat susah didapatkan."

"Mari belajar tingkatan-tingkatan penyihir dan pejuang, agar kalian tidak menyesal jika memilih, tetapi tidak mampu mencapainya," lanjut profesor Bugenvil sembari menoleh.

Bergerak gambar di layar yang dibuatnya pada posisi pertama, yakni Wis. "Tingkatan yang paling dasar, Wis atau kemunculan adalah penyihir baru tanpa kemampuan fisik. Saat Wis, kalian akan belajar menyerap mana dari alam, mengendalikan mana tersebut agar tidak meledak."

Menilik anak-anak sejenak, profesor Bugenvil kembali menjelaskan, "Perlu kalian tahu, meski Ambroise memiliki mana yang tidak terbatas, tiap wilayah memiliki kapasitas yang beragam, bahkan ada beberapa kaum di wilayah tersebut mampu memanipulasi mana, membuat kalian kesulitan atau tidak bisa melakukan Abina."

Para murid paham itu. Memang sering terjadi dan biasanya kawasan iblis. Para iblis selalu ingin memimpin pertarungan ketika ada peperangan, atau apa lah yang memicu merembesnya darah. Mereka akan melakukan segala cara untuk itu.

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang