Chapter 29

228 31 49
                                    

Hampir dua minggu lalu, di Ambroise, Halia berkata, "Aku akan melepaskannya, seperti payung hitam yang rencananya akan aku bawa, meniti hari meski tampaknya takkan ada sinar matahari."

Lalu, dua hari lalu, di Ambroise, Reyfan mengungkapkan, "Bayi kecil dalam dekapanku dan sang ibu tak lagi salah paham ... aku terbangun dari mimpi indah itu."

Keduanya sulit, tetapi GadisWaktu memilih pilihan yang paling sulit. Halia memantapkan, tetapi Reyfan yang GadisWaktu ini pulangkan.

BTW ... wkwk, tanpa dijelaskan, para pembaca tahu siapa mereka!

Harusnya, manik mata berwarna Lila punya Deline lebih muda daripada di gambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harusnya, manik mata berwarna Lila punya Deline lebih muda daripada di gambar. Kalau gini kek sama Lavender wkwk, pantesan dibilang mirip Aleythron sekilas!

Kalau Ivy berbentuk teratai iris matanya, Lavender malah berbentuk kuncup mawar, itu nggak mirip digambar, kalian bayangkan aja.

Rambut Deline itu sebenarnya lurus, kayak punya Lycia, gak bergelombang sama kayak di gambar atau kayak rambut Merah Leria dan rambut coklat Viane, tapi gara-gara nih bocah suka kepang rambutnya, jadilah ngembang.

Sifat keempat nona itu unik.
Velycia - Sabar setebal isi dompet Francis
Valeria - Diam, sekali marah bikin ledakan
Videline - Tukang buat ulah + tukang ngakak
Viviane - He he he ... tapi paling pinter

~ • ~ 💜 ~ • ~

Hari sedang terik-teriknya. Namun, sungguh gelap hutan itu, seperti sosok laki-laki bak bayangan keunguan yang terus berjalan, masuk dan makin masuk ke rindangnya hutan. Sampai sosok tersebut menemukan sebuah singgasana besi yang ditumbuhi batu permata amethys. Tepat ketika sosok laki-laki bayangan berhenti, mengepul asap-asap di atas singgasana hingga menjadi gumpalan hitam.

Asap bergumpal itu pun lagi-lagi berubah, menjadi sosok lelaki dan lebih kekar daripada sosok lelaki bak bayangan yang hanya mengenakan celana pendek berwarna cokelat saja. Sosok dari Asap Hitam itu duduk menyilang kakinya di singgasana.

"Well done." Suara sang sosok dari awan hitam terdengar berat dan saat itu. Sosok tersebut membuka mata hingga tampak manik matanya yang berbeda warna, merah bak permata ruby di sebelah kanan dan ungu paling gelap di sebelah kiri. "Prince Lightlune."

Sang sosok dari awan hitam berdiri, sosok bak bayangan yang ternyata adalah Reyfan---tidak, itu adalah arwahnya dan ia membungkuk sedikit, seolah sedang memberikan penghormatan.

"Your Majesty," kata arwah Reyfan membuat si sosok dari Asap Hitam tersenyum kecil.

"Menyesal?"

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang