Chapter 27

285 47 58
                                    

Part ini benar-benar campur aduk, mencapai 4710 kata. Duduk atau tidur dengan nyaman.

Kamu tidak akan menyesal memberikan apresiasi pada karya yang apalah ini. Tekan vote dan beri komentar.

Satu lagi!

Kita kehilangan.

~ • ~ 💜 ~ • ~

Mengenakan sepatu hak tinggi, kaki jejang, putih, nan indah tersebut teratur melewati potongan-potongan mayat di keramik abstrak kekaisaran Renfred. Gaun mermaid bewarna putih yang dikenakannya kotor terkena darah. Meski begitu, ia tetap menawan dengan rambut abu-abu tua tergerai berantakan, senada dengan manik mata yang tampak seperti langit mendung.

Tak ada yang berani mendekatinya, semua orang tahu siapa ia. Aura merah kelam dan mencekam bagai neraka menyebar ke mana-mana. Di depan sana, satu keturunan Aleythron sedang bertarung dengan Naga hitam dari neraka. Amat mengerikan. Mereka saling mencabik, mencakar, menggigit, juga menyemburkan api yang sama tingkatnya---putih, api yang amat panas.

Pelan-pelan, di tangan wanita tersebut tercipta artefak pedang, berwarna putih bersih dan telah diwariskan pada tiap generasi. Pedang yang telah menghabisi miliaran nyawa hingga dijuluki 'putih, tetapi identik dengan merah', Abelvan.

Saat ujung pedang putih beraura merah yang digenggam wanita itu bergesekan dengan keramik, tanah ikut bergetar. Aura yang tidak bisa para rogue lawan ada di hadapan. Pelan-pelan mereka mundur. Namun, pertarungan antara Caiden Azrael Reartherus dan Naga dari neraka masih membara.

Di saat seperti ini, tidak ada satupun yang bisa berbuat apa-apa. Mengotori pertarungan meski hanya segelintir akan membuat mereka mati. Tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk. Terdapat pembatas dari Dewa dan Dewi balas dendam; D'arcy yang menyelimuti. Pertarungan sehidup semati hanya akan selesai jika salah satu di antara dua yang mengucap sumpah tiada dan ini menjadi tanda, jika satu pihak telah kalah telak.

Menyadari satu lagi trah Aleythron kini berada di sisinya bersama sang belahan jiwa, wanita yang menjadi istri kepala keluarga Abelvan menyinggung senyum kecil. "Seluruh keturunan tujuh pilar ada di sana, kombinasi yang sempurna, tapi mereka masih belia," katanya, "kirim pasukan bantuan, Aldrick. Kirimkan iblis."

"Reagal dan Lilith?" Aldrick memastikan, sebab hanya kedua orang itu yang di luar lingkaran abadi bahkan lingkaran saksi dari pertarungan sehidup semati. Mereka bertarung dengan rogue di luar sana.

Aldrick benar-benar geram, tetapi juga tahu kekhwatiran pamannya. Dua anggota keluarganya yang paling muda dalam bahaya, tetapi Naga Neraka yang tak sebanding itu membuat pamannya mengucap sumpah sehidup semati.

"Mereka menuju lokasi," ucap Aldrick setelah tak mendapatkan respon penolakan dari wanita di sampingnya.

"Bagus." Wanita itu mengembuskan napas sejenak. Ia bersedekap tanpa melepaskan pedang Abelvan di tangannya. "Ini akan segera berakhir."

Aldrick berdeham, menyetujuinya, bahkan tidak ada bantahan. Naga Agung selalu menang. Penyerangan ini memang besar, tetapi bukan masalah besar.

"Aldrick, kau tahu, penyerangan ini mirip seperti saat kak Aleena kehilangan kekuatannya karena mengandungmu."

"Jadi?"

"Dua kemungkinan. Darah murni atau bayi perempuan."

"Oh, God!" Aldrick terkikik, sementara di sampingnya, Rooseansa terkejut bukan main. "Jika itu opsi kedua, Varrel akan benar-benar khawatir."

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang