Chapter 23

374 69 74
                                    

Part 23, akhirnya!
Part ini lumayan panjang, jadi bacalah pelan-pelan.
Jangan lupakan tentang tikus dan kucing.

Apresiasi bacaan ini, tekan vote dan komentar🥰

~ • ~ 💜 ~ • ~

Coba beritahu Leria, antara kau dipaksa melepaskan dia yang kau cintai dan kau temani dari nol untuk adik sepupumu, melihat mereka melantunkan ikrar pernikahan di tempat impian pun mengenakan pakaian impianmu bersamanya atau ....

Kau melepaskan orang yang kau cintai agar adik sepupumu yang memiliki trauma tidak dijodohkan. Namun, perjodohan sempurna tersebut harus sirna lantaran dia menghamili kekasihnya yang merupakan sahabatmu selang tiga tahun, selang semua telah dicurahkan ... mana yang lebih sakit?

Katakan pada Leria, mana yang lebih sakit daripada kisah Metra yang kini menjadi Velycia atau kisah Aluna yang kini menjadi Videline untuknya---Chiya yang kini menjadi Viviane?

"Aku tak mau kak Emir rasakan apa yang kurasakan," ujar Deline. Maka luluh lantah raung penyesalan yang kosong tanpa sinar pun udara yang selalu berkata, 'Andai Chi tidak trauma' milik Viane.

"Yang mana?" tanya Leria, masih dengan nada suara khasnya, datar, sayangnya benar-benar terdengar tajam. "Dia sudah meninggalkan perempuan bernama Dinia demi pertunangan yang sempurna dan lambat laun, dia bakal tahu kak Halia---"

"Diam. Aku tak mau kak Emir hanya diam, sepertiku."

Leria bungkam, menilik penuh arti pada adiknya. Sungguh, Leria tahu diam adalah bentuk paling tinggi sebuah amarah dan kekecewaan, tetapi Deline ... entah berapa banyak topeng yang dimilikinya. Ia selalu bisa mengontrol segala hal dengan sempurna.

Seperti sekarang, begitu Lyiam menjemputnya untuk kelas berkuda, Deline sudah tertawa bahagia seolah tidak pernah merasakan luka, bahkan Deline masih sempat minta dibelikan camilan pada Viane yang akan ke ibu kota.

Lycia mendengkus, memijat pelipisnya. "Bisa-bisanya Si Bodoh itu berpikir tidak apa jika dimadu, padahal dulu Agama kita benar-benar menentang."

Temperatur emosi Leria melampaui batas mendengarnya, langsung ia melirik pada Viane yang hanya diam dan itu membenarkan. Detik itu tawa Leria terdengar ambigu. Antara tak percaya dan luka. "Dongok," katanya.

Sekarang, Leria memutuskan bahwa, kisah Deline yang lebih sakit sebab orangnya sendiri sakit mengarah ke gila. Kenapa juga Leria bisa bersahabat dengan tiga gadis yang kini jadi kembarannya? Padahal jika dipikir menggunakan logika, ketiganya biasa-biasa saja, kadang bodoh dan tidak bisa apa-apa.

Sementara di lorong akademi, Deline berjalan santai sembari berpegangan tangan dengan Lyiam. Mereka mengobrol apa saja sampai Deline berhenti melangkah pun menarik lengan Lyiam hingga berhenti juga.

"Kenapa?"

Deline menggeleng, masih dengan senyum kecil. "Kamu duluan, ya! Aku ke kamar kecil dulu, ikuti saja Lord Verick!"

"Oke," balas Lyiam. Hanya dalam waktu yang singkat, Lyiam tersenyum menyaksikan gadis pertama yang menerimanya terbirit-birit menuju kamar kecil. Ia tilik gadis tersebut hingga tak tergapai penglihatannya lagi, lalu pergi.

Deline sendiri, yang baru memasuki kamar kecil terperanjat, bahkan tak sempat berteriak karena ditarik oleh seseorang. Ayolah! Deline tahu jika dirinya kandidat putri mahkota Kylarzo, tetapi tidak ketika ke kamar kecil juga diculiknya!

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang