Chapter 20

417 101 147
                                    

Vote, komen, dan share cerita ini jika kalian suka. Hati-hati tikus dan kucing!
Tandai typo juga, happy reading🥰

~ • ~ 💜 ~ • ~

Sedari tadi siang hingga hampir fajar, ia terjebak di hutan akademi ini karena barier. Ia berdecak, andaikan tahu begini, ia gunakan sihir agar pakaiannya tetap utuh.

Suara rumput yang dipijak membuat jantungnya berdegup kencang, ia capat menutupi dua bagian tubuh paling intim sebelum berbalik badan.

"Kau tidak dingin?"

Ia menggumam kesal mendengarnya, tetapi tak ada sedikitpun untuk menjawab pertanyaannya karena itu tak perlu dipertanyakan lagi, ia hampir menggigil. Barier buatan pria di hadapannya ini pun dingin begitu menyentuh punggungnya.

"Laenyra ...?"

"Pergi!"

Ia menggerak, tetapi sungguh bukan ancaman bagi lelaki dari trah Aleythron yang agung dan kini terus mengikis jarak mereka, hingga rasanya terdapat getaran di hatinya.

Di keheningan sepertiga malam hutan Purefic dan di bawah bulan sabit, lelaki ita tersenyum. Pelan-pelan ia mengulurkan tangan. "Ayo pulang, Nyra."

Getaran kuat itu lagi, Laenyra tidak menyukainya. Getaran itu selalu membuat air matanya menggenang. "Aku rogu---"

"Archduchess Reartherus of house Dragon, Lady of twelve kingdoms ... My Mate."

Ah, sial, air matanya jatuh begitu saja. Ia gigit kuat-kuat bibir dalamnya menahan isak yang mulai memberontak, makin menggila karena lelaki di hadapannya melanjutkan, "Aku ... harus berapa lama lagi aku menunggu?"

"Jangan menunggu." Laenyra berkata lirih. Entah mengapa kedua kakinya lemas, seolah tulangnya melunak seperti jeli. "Rogue tidak pantas menyandangnya."

Sejenak keheningan memakan mereka, angin berembus membuat suasana makin canggung saja. Lelaki itu mengembuskan napas, tanpa mengalihkan tatapan pada perempuan berambut coklat di hadapannya.

Ada rasa hangat saat mata hazel itu berani menatap mata Lavender miliknya. Yah ..., hanya dia lah yang bisa di antara ribuan orang asing yang bukan dari keluarganya.

"Keponakanmu, putra kakakku, sudah memintamu pulang. Keponakanmu, putra ipar kakakku, kegirangan bertemu denganmu, padahal dia tak tahu apa pun, dia masih kecil, tapi ikatan kalian kuat," ungkapnya yang terus mendekat hingga jarak benar-benar tipis di antara mereka. "Dewi Ambrosia memilihmu, kenapa kau merasa tak pantas?"

Laenyra memejamkan mata dan menunduk, merasakan sentuhan tangan hangat di punggungnya. "Caiden ...."

"Rogue tidak percaya itu semua?" Ia menginterupsi dan akhirnya, setelah kakaknya, Dominic Reartherus, ada yang memanggilnya dengan nama depan itu.

Saking senangnya Caiden Azrael Reartherus, ia menjatuhkan kepalanya pada bahu kuat perempuan di hadapannya. Senyuman yang tadi tak tampak makin kentara sebab merasakan keterkejutan si pemilik bahu.

"Malam nanti adalah puncak panasmu."

Laenyra tertegun saat mendengar kalimat itu, seluruh tubuhnya mendadak kembali dingin, dia tak tahu harus berbuat apa, lidahnya kelu. Tubuhnya bahkan tak bisa bergerak seinci pun.

"Dua belas tahun kau mampu menahan karena jarak kita, tapi bagaimana sekarang? Yang kau butuhkan ada di dekatmu."

Selesai dengan kata-katanya, Azrael berteleportasi, pergi, meninggalkan Laenyra. Dalam hati perempuan itu mengutuk. Entah siapa yang sebenarnya rogue, kenapa Laenyra merasa Azrael lebih kejam daripada dirinya. Lihat tingkah lelaki itu tadi!

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang