Chapter 25

340 37 70
                                    

Chapter ini tidak lebih panjang daripada sebelumnya, hanya 3800 kata kurang lebih, tetapi apresiasi karya ini dengan menekan vote dan beri komentar 25 komentar, tapi nggak boleh sama, biar minggu depan up double.

Carilah tempat nyaman dan bacalah dengan perlahan, kalau perlu, sediakan camilan.

~ • ~ 💜 ~ • ~

Deline tidak tahu kapan ia tertidur, padahal ia dan tiga saudarinya ke gedung master untuk belajar, pun tidak tahu kenapa memikirkan ucapan Varrel sesaat setelah bangun.

Namun, Deline tahu betul kenapa sekarang masih berpura-pura tidur terlentang dengan gaya tidak etis. Sialan sekali kedua kakaknya itu, mereka bermesraan di samping sampai punggungnya panas.

Mampus! Ada seseorang membuka pintu, tetapi bukan itu alasan Deline mengumpat, melainkan Deline membayangkan reaksi Francis dan Evilian.

Pasti keduanya langsung menjauh secepat kilat, seperti Aldrick dan Rooseansa waktu tur. Jujur, Deline masih sering mengingatnya dan tergelak sendiri. Saat itu terjadi selalu ada Leria, semoga kakaknya itu masih menganggapnya waras.

Tak berapa lama, Deline merasakan seseorang mendekat, lalu duduk tepat di sampingnya. Elusan di kepala yang familier membuat Deline tahu itu siapa dan ketika seseorang itu berkata, "Unik sekali." Deline langsung berada di ambang kesal, tetapi ingin tertawa.

"Yah, dia memang unik." Francis menyahut setelah tertawa. "Kukira kau di luar tadi."

"Harusnya, tapi hari ini meliburkan diri. Aku ingin bersama Rooseansa."

"Budak cinta."

"Lalu, apa julukan untuk kau yang kugrebek?"

Deline geli sendiri mendengar obrolan mereka. Sayangnya, ia terperanjat karena ada yang mencolek ketiaknya hingga refleks beranjak, tetapi jatuh tertidur lagi karena jidatnya membentur sesuatu, hingga berbunyi 'duk'.

"Akhh!" Itu bukan hanya teriakan Deline yang memegangi kepalanya, tetapi Varrel juga, anak laki-laki itu jatuh terduduk.

Aldrick dan Francis langsung terbahak, sementara Evilian yang tadi jengah mendadak panik. Wanita itu beranjak, lalu memegangi kepala dua bocah yang seperti kesurupan di hadapannya.

Rasa dingin mengalir, membuat kedua anak itu tenang. Ketika membuka mata, keduanya melihat tangan Evilian bercahaya keemasan.

"Hati-hati lain kali." Evilian mengembuskan napas, lalu melepaskan tangannya dari jidat Varrel dan Deline. Karena mereka, Lycia, Leria, dan Viane terbangun juga.

"Dia yang harusnya hati-hati!" Deline menunjuk Varrel. Amat kesal karena rasanya tadi benar-benar sakit, bahkan ketika sakitnya hilang, masih Deline pegangi jidatnya itu.

"Kau pura-pura tidur 'kan!" Varrel balas menunjuk Deline dan ucapannya itu membuat Francis bungkam.

"Bukan pura-pura tidur, tapi ingin tidur lagi," sahut Deline sembari bersedekap, ia melengos begitu saja dan mendengkus. "Sudah hampir malam, aku ingin tidur sampai pagi."

Varrel melongo. Jelas ia tahu jika Deline itu sudah tertidur dari jam satu siang tadi dan kini sudah jam lima sore. "Dasar kerbau!"

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang