Chapter 10

608 156 265
                                    

Doakan aku supaya selesaikan tulisan ini waktu bulan puasa nanti, biar enak langsung up terus wkwk.
Kamis, 29 Februari 2024.

~ • ~ 💜 ~ • ~

Dari barier transparan yang dibuatnya, terlihat banyak sekali kunang-kunang---maksudnya Kunkrus; makhluk atau binatang magis jenis serangga.

Penampilannya memang seperti kunang-kunang biasa, bedanya makhluk itu bisa hasilkan listrik berkapasitas cukup kuat di ekornya yang bercahaya. Jika disengat, bisa membuat bagian tubuh yang terkena membiru pula karena mengandung racun. Meski tak mematikan, tetapi itu cukup membuat anak-anak demam.

Aldrick yang duduk di tepi jendela kamar---yang bukan kamarnya---terlihat begitu tenang. Sampai satu lagi makhluk magis melintas. Makhluk itu sejenis kelelawar, tetapi bukanlah Ahool. Makhluk itu memiliki ukuran lebih besar, berwarna putih bersih, dan sayapnya bercahaya keunguan pula ketika terbang. Nama makhluk tersebut Weys, musuh alami Kunkrus.

Aldrick menggeleng, sadar jika itu adalah Bombom, si Weys kesayangan akademi pun kesayangannya. "Bisa mati kering anak itu kalau nekat," ujarnya, langsung meraih jasnya di sisi Rooseansa yang tertidur.

Sejenak lelaki itu membenahi selimut Rooseansa karena bahunya itu terekspos dan dikecup kening wanitanya hingga menggeliat kecil. Menegakkan tubuh, lelaki itu melirik jendela lagi.

"Akademi akan punya Weys tambahan." Aldrick terkikik, melihat ada tiga ekor Weys yang bukan milik akademi. Entah bagaimana bisa melewati barier.

Saat pintu kamar Rooseansa dibukanya, bertepatan pula dua perempuan yang seruangan dengan Rooseansa keluar. Mereka berdua tampak panik sebelumnya, tetapi kini terkejut setengah mati. Aldrick yakin jika mereka ingin membantu kekacauan, sayangnya Aldrick tak acuh dan kembali bergerak, meninggalkan kedua perempuan yang perlahan saling mendekat.

"Apa ini artinya Rose tidak lagi gadis?" bisik si rambut hijau panjang yang dikepang.

"Mungkin? Ah, ini akan menghebohkan Evilian dan Eleanor," balas berbisik, si berambut putih panjang yang tampak seperti uap mencondongkan tubuh ke arah temannya. "Akan ada gosip tersebar."

"Rose takkan suka itu."

Kedua perempuan itu tertawa pelan. Tanpa sadar jika di luar ruang asrama kehebohan makin menjadi. Aldrick memasang jasnya saat menuruni tangga dikarenakan lift tidak efektif. Gerakannya cepat dan tampak erotis sebab kemejanya basah karena kehujanan.

Siswa-siswi yang belum mencapai angkatan tahun kesepuluh---belum berumur enam belas tahun---kaget tak kepalang melihat Aldrick yang notabennya penghuni dari asrama Elevender berada di asrama Saffron, sementara kakak tingkatnya mengatupkan bibir.

Kunjungan asrama memang bisa dilakukan tiap saat, tidak ada jeda, dan waktu yang diberikan juga cukup lama, yakni tiga puluh menit. Meski begitu, tak ayal ada yang menyelinap masuk. Jika kasusnya sudah menyelinap dan yang melakukannya adalah laki-laki angkatan akhir, sudah dipastikan mereka menghabiskan waktu bersama belahan jiwa. Seperti Aldrick, lelaki ini contoh paling mencolok.

Itu luar biasa. Siapa yang tidak tahu---terlebih penghuni purefic---jika putri semata wayang Baron Naga Burgandy selalu bersaing dengan Pangeran Naga Yang Enggan Duduk Di Takhtanya, bahkan terlihat sampai ke tingkat permusuhan. Namun, lihat sekarang! Mereka belahan jiwa.

Komponen kesadaran penghuni asrama Saffron utuh kembali ketika Aldrick tanpa kecatatan tiap katanya memerintah, "Ada empat Weys di belakang asrama termasuk Bombom. Bentuk tiga kelompok. Dua kelompok taklukkan Weys dan satu kelompok lagi giring Kunkrus ke jalur migrasi."

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang