Chapter 32

163 11 3
                                    

Hampir sebulan buset aku nggak up. Sesibuk itu! Tapi gak papa, sekarang aku up dan lumayan senggang ke depannya.

Chapter ini hampir 5000 kata, jadi siapkan posisi ternyaman dan camilan. Jangan baca sambil tiduran, takut hp jatuh ke muka :v

Selamat membaca ... Maaf kalau ada salah kata, apa lagu typo yang betebaran di sepanjang cerita.

~ • ~ 💜 ~ • ~

"My Lord."

Deretan tetua bangsa peri membungkuk seiring langkahnya. Kecuali satu, pria di sebelah kanan kiani emas yang menyatu dengan dinding putih.

Pakaiannya tampak senada dengan ia yang dijuluki Lord---Putih bergradasi emas dan hijau muda, warna yang melambangkan Kylarzo, kekaisaran besar bangsa peri.

"Lord Kenzie, Duke of Morstan belum ditemukan." Pria di sebelah kanan kiani berujar, begitu sang Lord sampai, tetapi belum duduk di kianinya. "Anda pasti tahu maksud saya, My Lord ...."

"Aku tahu." Satu lirikan, dengan senyum terukir lembut sebelum akhirnya ia duduk, mengembuskan napas seolah membuang semua kegelisahan.

Di belakang sana terdengar suara Punacandra, diikuti Velycia yang bergerak, seolah senang menerima tuannya. Lord tersebut makin melebarkan senyumannya. "Kukontrol Kylarzo sampai ayahku pulang."

Mendengarnya, sungguh membuat semua orang di ruangan menyunggingkan senyum cerah, bahkan dua makhluk magis paling mengagumkan di Ambroise kini berseru hingga menciptakan getaran kecil.

Pintu kiani kembali terbuka, menampilkan sesosok Elven---belahan jiwa Lord mereka. Alih-alih senang sebab dua orang yang harusnya memimpin berada di kiani, mereka semua tak sama sekali menampilkan cerahnya wajah.

"Blue?" Salah seorang di sana bergumam, hal yang jadi pertanyaan di benak mereka adalah kenapa? Biru dengan anyaman benang putih berbentuk melati itu adalah lambang Morstan.

"Permaisuri, tidak pantas Anda menggunakannya sementara suami Anda mengenakan milik Kylarzo," ujar orang tadi lagi, meski sedikit takut-takut.

"Lebih tidak pantas bagiku diam saja melihat suamiku memegang dua kekuasaan sekaligus." Lirikan yang sana didapatkan pria itu begitu dilewati. "Akan kupegang Morstan di saat Francis memegang Kylarzo."

Tutur kata manis, hati yang tulus, membuat Francis tersenyum. Tunduk dan diamnya semua orang kini pun merupakan persetujuan. "My Duchess." Francis beranjak dan ulurkan tangannya begitu sang belahan jiwa tiba.

Namun, tak sampai di sana, pintu kiani kembali terbuka, kini masuklah raja dan ratu kerajaan besar Elf Bulan. Semua tetua bangsa peri dari berbagai kaum tersebut langsung tahu apa yang akan dibicarakan.

"Ibu bayi memegang kuasa penuh," ujar sang raja, nadanya begitu lembut, tetapi terdengar ada kesedihan di dalamnya, sedih melebihi yang ditampakkan sang ratu di sebelah kirinya.

Francis benar-benar tahu akan seperti ini. Siapa yang bisa melawan perlindungan Aldrick dan perawatan belahan jiwanya, Evilian?

Melihat wajah lelaki paruh baya tersebut, hati Francis teriris. Benar-benar mirip dengannya ... dengan kekasih adiknya, putra mahkota kerajaan besar Elf Bulan yang dinanti bertahun-tahun lamanya, tetapi tiada disebabkan sihir hitam.

"Anak perkawinan beda ras, kaum, dan bangsa hanya akan mengikuti salah satu dari orang tua." Francis mengungkapkan lembut, tetapi menusuk.

Francis berhenti sejenak melihat raja-ratu Elf Bulan mengangguk. "Meskipun Duke, gen Morstan cukup kuat, untuk mengantisipasi, carilah pewaris lagi, jangan ... menunggu cucu kalian."

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang