Chapter 18

474 77 56
                                    

Maaf up-nya lama, soalnya keteteran sama kerjaan di rumah, mau lebaran, biasa.

Jangan lupa tinggalkan jejak dan tandai typo, ya, biar aku tau kalau cerita yang apalah ini ada yang baca wkwk, sekaligus bakal nambah semangat up-nya🥰

~ • ~ 💜 ~ • ~

Sudah hari Senin lagi, hari terakhir anak Sekolah Dasar tahun pertama tur di Renfred. Leria, Deline, dan Viane habiskan waktu beberapa jam yang tersisa di padang bunga mawar belakang kastil tamu.

Terdapat kursi dan meja keramik putih di sana. Indah, Leria jadi menyelisik ke segala arah dan baru Leria sadari, jika musim di Ambroise ini dua atau tiga bulan lebih cepat daripada di bumi.

Di februari, sudah banyak buah-buahan, terutama beri-berian yang matang. Viane petik beberapa strawberry yang tumbuh liar di bawah meja dan kusi, sementara Deline di hadapannya sedang sibuk membaca catatan Viane.

Lycia, Nata, dan teman baru mereka; Hany, sedang pergi ke dapur meminta kembali kudapan sebab Viane kurang susu. Lalu jika ditanya di mana Delixy, putri kekaisaran itu sedang dipanggil orangtuanya, ada rapat kekaisaran dadakan.

Banyak yang berseru bahagia karena bisa melihat pemimpin mereka secara lengkap, seolah keberuntungan beberapa tahun ke depan dihabiskan hari ini. Namun, keempat Nona entah kenapa merasa was-was.

Keempat Nona mengira Aldrick hanya mengklaim takhta karena ia adalah master yang mewakili akademi untuk tur, tetapi melihat rapat besar yang harus disaksikan seluruh pemimpin, keempat Nona tahu ada yang tidak beres.

Kembali ke masa kini, Deline yang fokus tiba-tiba menatap Viane, ia mengerjab sekali sebelum berkata, "Jadi, Vi, Furrynight itu emang tak punya kuping lancip, ya? Jika Furrynight punya kuping lancip, itu adalah pemimpin yang sebenarnya?"

"Iya!" jawab Viane secepat kilat sembari menggebrak meja. Hancur sudah lamunan Leria dibuatnya.

Begitu Leria menatapnya jengkel, Viane menyengir, balas menatap kakaknya meski tangannya berdenyut nyeri. "Kayak Mireyma Deluneyra, pemimpin pertama Kylarzo yang tertulis di The Litty." Viane menjelaskan beberapa saat setelahnya.

Kening Leria mengkerut, ia juga memiringkan kepala. "Mire ... miry ... apa? Apa itu?" tanyanya merasa asing pun merasa familier kosakatanya.

"Ini! Mireyma itu julukan kaisar wanita, Irey kaisar, Eyma permaisuri." Deline tunjukkan catatan Viane membuat Leria beralih menatapnya.

Leria berdeham dan melipat tangannya di meja. Melihat Deline beralih menatap Viane dan mengacungkan jempol. "Bagus, Vi, ini kayaknya bakal masuk ke ulangan bahasa daerah," ucap Deline membuat Viane tertawa pelan dan melengos malu sembari merapikan bukunya.

Deline mendadak diam pun memegang dagunya. Leria tersenyum kecil. Ada yang akan Deline sampaikan dan Leria menunggunya.

"Lycia! Pokoknya Lycia yang harus jadi Mireyma!" cerocos Deline, tampangnya benar-benar penuh dengan keseriusan.

Leria terkikik seraya beranjak, mencondongkan tubuhnya dan tangan kanannya membuat gerakan tiba-tiba. Di sela keterkejutan Viane, Deline menjerit, memegang keningnya lantas menatap Leria tak suka.

"Apaan, sih, kau? Kenapa tiba-tiba menjitakku?!" Deline tidak terima. Kenapa kakaknya ini semena-mena terhadapnya?!

"Mewakili Lycia. Dia akan melakukannya juga, dia tidak ingin jadi Ratu," ujar Leria, menyeringai pun dapat anggukan dari Viane.

Sementara Deline langsung merengut, mencibir sembari mengelus keningnya yang panas karena jitakan Leria. "Kakak jahat," ceplosnya yang lagi-lagi mengundang tawa Leria.

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang