Chapter 24

397 52 88
                                    

Part ini cukup panjang, jadi pasang posisi ternyaman, dan kalau bisa sediakan camilan wkwk

Ada adegan tidak mengenakkan, terkesan mengeri dan menjijikan, jadi yang gak kuat bisa langsung diskip. Ada juga adegan geli sedep wkwk

Happy reading🥰

~ • ~ 💜 ~ • ~

"Eline!"

"Viane!" Deline balas berlari, seperti adiknya yang membawa sekantung penuh---entahlah Deline tidak yakin itu apa, tetapi pasti ada camilannya.

Lebih daripada itu, Deline baru saja mendengar kabar jika Viane mendapatkan senjata magis legendaris, Deline lupa apa namanya, terlalu susah disebutkan.

"Op! Jangan kau peluk aku!" Buru-buru Deline menghindar begitu Viane merentangkan tangan kirinya. Viane kebingungan, Elven kecil itu memiringkan kepala dengan kerutan di kening yang kentara. "Kau lihat bahu kananku ini?!"

Viane mengangguk, tetapi masih kebingungan sebelum Deline melanjutkan, "Aku habis disuntik."

Pecah tawa Viane detik itu. Entah siapa yang berhasil menangkap Deline, pastinya orang itu hebat. Menyadari kedua kakak lainnya mulai mendekat, Viane melongok, tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka.

"Bagaimana harimu, Vi?" tanya Lycia sembari balas melambaikan tangan.

Alih-alih langsung menjawab, Viane malah menunjukkan telapak tangannya yang kotor. "Jatuh karena panah Punacandra, tapi sudah diobati kak Ily. Tadi banyak sekali darahnya."

"Wow ...." Leria berseru. Butuh sihir besar untuk menyembuhkan luka hingga tak tersisa seperti itu. Sebenarnya seberapa besar kekuatan Evilian? "Hebat."

"Iya 'kan!" Viane semringah. "Kak Ily itu ketua Gurvy!"

"Gurvy?" Lycia dan Leria berbarengan, sementara Deline mengernyit hingga memiringkan kepala.

"Gurvy julukan agen pembuat ramuan obat."

Bukan Viane yang menjawab, melainkan Eleanor di belakang Viane, membuat tiga gadis kecil itu mendongak untuk menatap. Eleanor tersenyum kecil.

"Gurvy berada di bawah naungan kekaisaran Naga. Tiap anggota di Gurvy memiliki sihir penyembuh yang luar biasa, karena itu menjadi komponen penting di tiap ramuan obat," lanjut Eleanor.

'Ooh' panjang terdengar, bukan cuma dari Lycia, Leria, dan Deline, melainkan Nata dan Hany---Wyvern kecil divisi Assassin yang dekat sekali dengan Deline.

"Vi pasti tertarik, 'kan?" Hany bertanya, tetapi tidak dijawab, hanya diangguki Viane dengan semangat. "Kalau begitu, semoga sukses kejar impiannya! Karena ini di bawah naungan kekaisaran, pasti sulit seleksinya."

"Sangat." Aldrick yang entah sejak kapan berdiri di belakang Deline ikut andil. "Karena aku dan Lord Early yang memilihnya langsung. Seleksi ini diadakan setahun sekali dan untuk ikut, Viviane harus berumur minimal tiga belas tahun."

Aldrick kembali melangkah, seperti biasa ia masih sempat mengelus kepala Deline yang dilewati. Tatapannya kini benar-benar tertuju pada Rooseansa yang menenteng belanjaan. "Waktu Viviane untuk bersiap adalah tujuh tahun, sebagai ketua seleksi, aku menunggu."

Disemangati begitu, meski Aldrick tidak menatapnya, Viane jelas langsung berambisi. Elven kecil mengepalkan kedua tangan di dada, untuk belanjaannya, sudah diambil alih Lycia. "Vi tidak akan kecewakan Kak Al!"

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang