Chapter 26

333 38 65
                                    

Chapter kali ini mencapai 4520 kata. Siapkan tempat ternyaman, baca perlahan, dan aku harap kalian larut dalam cerita yang aku bawakan.

Jangan lupa vote dan komen jika suka, atau boleh kalian share cerita ini kepada teman yang juga suka fantasi aksi, tapi ada romance dikit ....

Maaf karena jarang update, maaf juga jika ada typo dan kata-kata yang menyinggung.

~ • ~ 💜 ~ • ~

Menarik jiwa, lalu diletakkan pada raga yang berbeda adalah ilmu sihir yang mematikan, melawan kehendak sang pencipta alam karena yang mati akan kembali ke pada-Nya, kisah dan putaran waktu akan berhenti.

Apa yang sebenarnya terjadi? Mustahil ini semua karena ilmu sihir paling terlarang di Ambroise, 'kan? Mustahil yang Kamelia katakan merujuk pada hal ini, 'kan? Itu terlalu mengerikan. Memikirkannya membuat Lycia tidak bisa fokus di ulangan tatakrama.

Ulangan yang menyajikan praktik Salon atau kumpulan yang diadakan bangsawan sebagai Tuan Rumah untuk bertukar pikiran. Lycia hanya diam menatap secangkir teh dengan tiga bunga melati yang mengambang di dalamnya.

Suara deham kecil terdengar. Lycia sadar, tetapi sekali lagi ia tidak akan mengangkat pandangannya. Dari pantulan cangkir teh yang digenggamnya tersebut, di belakangnya terdapat anak laki-laki berambut emas, mengenakan pakaian formal yang menawan.

Sepertinya, julukan Ayah Kalangan Ningrat benar-benar cocok untuknya. Angin pelan-pelan berembus, hingga rambut emas itu sedikit berantakan, tetapi Lycia tidak bisa berbohong, anak laki-laki itu tampan meski belum pernah ia tatap secara langsung---sebatas pantulan.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Tentu, My Lord."

Jawabannya membuat Verick tersenyum kecil, merasa dejavu. Delixy dan Korvin menuju ke tempat mereka, Verick mau tidak mau duduk di samping Lycia dan sungguh luar biasa, profesor yang seminggu lalu mengambil cuti bulan madu bisa memikirkan hal seperti ini.

Para tamu atau siswa yang baru saja masuk akan memilih Tuan Rumah---murid-murid yang sejak awal sudah duduk di meja yang tersedia, seperti Lycia---mendiskusikan hal secara acak dan opik yang mereka gunakan, akan menentukan nilai.

Verick mengembuskan napas yang cukup panjang. Tidakkah lelaki Aleythron itu tahu, jika pemikiran anak-anak sangat berbeda dengan orang dewasa? Meski anak-anak bangsa di sini melebihi anak-anak normal, tetapi tetap saja mereka anak-anak yang ingin selalu bermain. Bisa Verick tebak, kebanyakan topik hari ini adalah Hriya'.

"Dari tadi aku belum menemukan topik yang pas," ujar Delixy, ia mendengkus lalu bersedekap begitu duduk di samping kiri Lycia. "Rick, tolong kau pikirkan topik. Jangan lama-lama, kita sudah diawasi profesor sejak tadi."

Sudah Lycia duga jika Verick yang memikirkannya. Korvin tidak acuh, Delixy sepertinya sedang di masa perasaan yang berantakan, bahkan kini cuaca berangin dan mendung. Lycia penasaran, apa yang akan Verick angkat sebagai topik, tetapi Lycia terkejut lantaran Korvin berkata, "Ulangan binatang magis ..., apa di gelombang kedua dan ketiga ini akan berjalan lancar?"

"Apa maksudmu?!" Delixy langsung menegakkan tubuhnya yang dari tadi bersandar. Kerutan di keningnya terasa ambigu. "Kau---"

"Tenang dulu!" pinta Korvin. Direspon begitu jelas ia merasa tidak nyaman. "Yang diteliti Demoras ... kak Valter takut kucing."

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang