Chapter 08

709 164 265
                                    

|| Up cepat = ingin curhat.

Tolong, tolong banget kalau kalian menemukan cerita yang sama persis seperti kisahku ini, di mana pun dan platform apa pun itu, beritahu aku.

Aku susah payah menulis ini haha. Jatuh bangun, publish dan un-publish berkali-kali.

Perlu kalian tahu jika kisah ini sudah jalan 5 tahun. Yup, aku menulisnya dari tahun 2019.

Bahkan terakhir kali aku revisi di buku pertama---setelah ini yang kesekian kali dan masih sering aku revisi---adalah 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan terakhir kali aku revisi di buku pertama---setelah ini yang kesekian kali dan masih sering aku revisi---adalah 2021.

Jujur, aku senang menginspirasi kalian, jika kalian baca novel ini dan dapat ide, tapi jangan DIPLAGIAT, SIALAN. KALIAN DICIPTAKAN TUHAN DENGAN OTAK, MALAH MILIH KRIMINAL. Aku memang gak lihat, tapi Allah lihat.

Salam dari GadisWaktu. Jumat, 23 Februari 2024.

~ • ~ 💜 ~ • ~

Berada di koridor kastil divisi Assassin yang berpemandangan hutan dan yang terus Deline rutuki adalah tentang topik pelajaran tadi. Segerombol teman sekelas menyimaknya tanpa ada niatan untuk menanggapi karena itu juga lah yang mereka pikirkan.

Bagaimana jika mereka berkhianat? Bukankah itu akan kacau?

"Pastilah meski hanya satu yang berkhianat!" Varrel seolah tahu apa yang ada di benak Deline dan segera mempercepat langkahnya, ingin beriringan dengan Deline, tetapi Deline balas ikut mempercepat langkahnya. "Hei, kau tak mengacuhkan aku?!" Beraninya dia pada Naga Agung! "Kau masih dendam, ya? Aku kan sudah minta maaf!"

"Tak peduli, tak peduli!" Deline menutup kedua telinganya, berlagak dramatis membuat tawa yang lain menguar meski pelan. Mereka sungguh tidak berani menertawakan Varrel terang-terangan.

Ada beberapa murid yang memang tak acuh, seperti kawanan bangsa iblis dan si putra mahkota. Mereka malah menelisik luasnya hutan, sangat indah, dari sini mereka juga bisa melihat gedung ekstrakurikuler dan lapangan panah.

Terlihat dari sini kampung halaman mereka yang merupakan lautan merah lava dan hutan-hutan yang seluruh daunnya menguning; Lexroz. Satu kawasan yang memiliki retakan dimensi dari Ambroise ke neraka yang abadi.

Sementara Delixy menggeleng pelan dan berujar, "Mustahil mereka berkhianat. Mereka kaisar kita, ya kan?"

"Ya. Kalaupun itu benar-benar terjadi, kita lawan saja. Kerja sama," kata Korvin, tiba-tiba ikut berasumsi. "Kita pasti bisa menang. Lexroz tidak kekurangan monster dan iblis untuk binasakan mereka."

Semua bungkam. Ego sang raja iblis langsung menyelimuti mereka. Aura itu mempengaruhi cuaca di area pijakan sekitar. Deline meringis, sejenak ia melirik Varrel yang berhasil menyusulnya, tampaknya aura kuat calon kaisar iblis itu tidak berpengaruh padanya. Naga memang kuat.

Book I : Ambroise Immortality {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang