Bab 18

3.3K 152 4
                                    

Selamat membaca😍
Saya malas kasih judul kecil. Kedepannya juga ga pakai lagi hehe:')

***

"Pak?"

"Pak?"

"JOHNNY!"

Doyoung segera menutup mulutnya yang keceplosan. Lagian... Siapa suruh di panggil gak nyaut. Doyoung kan jadi kesal. Lagian gak papa kok sesekali ngegas ke bos. Gak sampe di pecat kan? Palingan cuma potong gaji doang mah.

U can try

"Maaf pak, lagian bapak di panggiling berkali-kali gak nyahut, saya kan jadi kesal." terang Doyoung memberi seribu alasan karena mendapat tatapan tajam dari bosnya itu.

"Kenapa?" tanya Johnny.

Oh, jangan bilang dia lupa? Dia tadi yang meminta dokumen untuk di tanda-tangani tapi dia sendiri juga yang lupa. Doyoung memicingkan matanya, menatapi lamat-lamat bosnya itu. Ini beneran bosnya yang ngeselin itu kan? Kenapa kok kelihatannya beda banget ya?

Bos yang Doyoung kenal itu ngeselin, suka seenaknya, work holic, selalu berpenampilan rapi, dan hot kalau kata kolega bisnis wanitanya. Tapi lihatlah...?

Penampilan pria itu terlihat berantakan dengan dasi yang miring, kemeja yang sudah tergulung ke atas dan rambut berantakan. Doyoung sempat melirik jam dinding yang ada di ruangan itu dan melihat waktu di sana yang masih jam sebelas pagi.

Perasaan jam pulang masih lama deh.

Bosnya ini terlihat seperti orang stres yang abis putus cinta.

"Bapak kenapa lagi sih pak? Perasaan sering banget uring-uringan." tutur Doyoung. Dan yang ini terlihat kondisi pria itu paling berantakan, kadang-kadang bola matanya terlihat kosong seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Pindah..."

"Ya pak?" alis Doyoung mengerut berusaha mencerna ucapan pria itu.

"Bapak mau pindah lagi, apartement bapak beneran ada hantunya? Kalau ada hantunya kita rugi dong beli gedung itu?" tanya Doyoung mencerocos.

Johnny memegang kepalanya yang terasa pusing, "bapak kenapa lagi sekarang?" tanyanya memundurkan langkahnya menatap waspada pria itu. "Jangan bilang bapak mau kemasuk reoq?" tanyanya. Entah pendapat dari mana itu.

Johnny? Kemasukan reoq? Bayangkan lah.

"Bapak, astagfirullah. Istigfar pak. Kasian bapak belum nikah, belum punya anak, gaji saya juga belum di bayar yang bulan ini." celetuknya.

Terdengar decakan dari Johnny yang di pikir Doyoung pria itu beneran kerasukan karena matanya yang mengerikan menatap Doyoung tajam.

"Kamu bisa diam gak?"

"Ampun pak!" serunya setengah berteriak membuat Johnny yang geram melayangkan pulpennya mengenai kening Doyoung membuatnya segera mengaduh.

"Sakit pak, elah. Kira-kira dong." protesnya.

"Apa perlu saya ganti astitent baru?" ancam Johnny berhasil membuatnya melotot kaget.

"Masa bapak mau pecat asisten berkompeten seperti saya? Bapak yang benar aja?" tanya Doyoung setengah memekik.

"Setidaknya asistent baru tidak secerewet kamu." tandas Johnny membuat bibir Doyoung langsung terkatup rapat. Ia harus diam agar kerjanya berlangsung lama, dan hidupnya damai dan tenang bisa makan salak sepuasnya.

"Kenapa kamu diam?" celetuk Johnny saat pria itu tak megeluarkan suara apapun dalam semenit.

"Doyoung!" panggil Johnny penuh kekesalan.

I Need Sugar Daddy-JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang