Tanganya sedikit gemetar meremat pegangan koper saat memasuki sebuah apartement yang suasananya tampak menggelap. Bukan karena apartement itu menyeramkan namun karena kenangan yang ada di sanalah yang mengerikan.
Cukup lama berdiri memikirkan hal tak pasti akhirnya Zoyna memberanikah diri menekan bel hingga berdering. Bersamaan dengan suara itu jantungnya berdetak kuat hingga terdengar menggema di telinga. Pikirannya cemas, dirinya waspada dan dalam hati sibuk berfikir hal apa yang akan pertama kali mamanya lakukan saat ia memasuki rumah.
Apa menendangnya? Memukulnya hingga keras ke tembok lagi seperti sebelumnya? Atau lebih simpel menusuknya dengan pisau hingga dia mati.
Kali ini tak akan ada yang membantunya lagi, pria itu tak ada disini. Zoyna langsung menggeleng memikirkan pria itu. Untuk apa di pikirkan. Mulai sekarang ia bertekat melupakan Johnny yang sempat singgah di hatinya, menjadi pria terfavoritnya.
Pikirannya kembali melayang saat ingatan masa kecilnya yang sama sekali tak menyenangkan berputar membentuk layar di otaknya. Berputar-putar sehingga ia kembali mengingatnya.
Di mana apartement ini selalu menjadi tempatnya mendengarkan teriakan setiap harinya. Teriakan pertengkaran antara orang tuanya yang tiada abisnya hingga keduanya memutuskan untuk bercerai dan saling berdalih tentang mengurus dirirnya.
"Kamu gila hah? Uang yang saya kasih kamu pakai buat apa?!" Zoyna menutup telinganya saat itu. Suara teriakan Papanya menggema di seluruh ruangan.
"LO YANG GILA! LO PIKIR NGURUS ANAK TUH MUDAH? ANAK LO TU BANYAK MAKANNYA."
Zoyna hanya bisa menutup kedua mata dengan mata terpejam. Tubuhnya bergetar karena dingin dan ketakutan, belum lagi dia melewatkan jam makan malam hanya karena Mamanya kerja dan pulang larut. Ketika sampai di rumah bertemu Papanya dan mereka bertengkar.
"Uang bulanan, uang gaji bahkan sampai uang perusahaan semuanya kamu ambil. Kamu gila Fania! Setiap hari keluyuran di club dan foya-foya dengan teman kamu. Lihat dia!" Reynal menunjuk pada Zoyna yang masih berusia 5 tahun. Tubuhnya kurus dengan pakaian tak beraturan karena tak ada yang mengurusnya.
"Kamu tega lihat anakmu begitu?"
"Lo juga kan? Lo pikir gue gak tahu kalau lo main sama cewek jalang di luar sana?!" seru Fania tak mau kalah.
"Kapan Fania. Kapan aku selingkuh? Aku kerja sama sekali ga pernah main ataupun dekat sama cewek lain."
"Lo gak usah banyak bacot."
"Justu kamu yang terlalu berfikir negatif."
"Lo bilang gue pikir negatif? Terus apa hah? Lo kira gue gak ingat kalau kita ketemunya di club? Lo lupa?! Dia..." Fania menunjuk Zoyna anak umur lima tahun yang meringkuk melindungi dirinya sendiri, "bukannya hasil dari lo yang nyewa gue. gue kan wanita..."
"CUKUP FANIA!" Sentak Reynal mengagetkan semuanya. Termasuk Zoyna yang semakin erat memejamkan matanya dan menutup telinganya.
"Saya bilang cukup. Saya gak pernah sekalipun ingin membahas itu kembali."
"Kenapa? Lo malu punya istri mantan jalang? Cepat atau lambat lo juga bakal pergi kan? Dia juga bakal malu punya ibu jalang."
"FANIA!" sentak Reynal memperingati. Tanganya terangkat ingin melayngkan pukulan keras pada istrinya pada saat itu. Namun ia tahan.
"Kenapa? Mau pukul? Lo pukul juga ga bakal merubah segalanya. Karena sejak awal lo yang uda salah pilih. Gue cewek matre yang suka abisin uang, dan lo malah ngehamilin cewek itu sampai dia ga bisa ngehasilin uang lagi. Dan sekarang lo suruh gue di rumah aja buat ngurus anak lo itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need Sugar Daddy-Johnny
FanfictionUntuk 17+ tahun ke atas Konflik ringan. ............................................................. "Om, tahan berapa lama?" "Hah?" Dia tak salah dengar kan? Mata Johnny membulat kaget saat mendengar pertanyaan itu dari seorang gadis dengan seraga...