[13] Craving

46.4K 1K 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Reyna terbuka secara perlahan, pupilnya mengecil, berusaha menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Reyna terbuka secara perlahan, pupilnya mengecil, berusaha menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk. Setelah benar-benar terbuka, Reyna reflek terduduk. Ia menghela napas lega setelah menyadari dirinya berada di kamarnya sendiri.

Ia lalu melayangkan pandangan ke arah jam dinding. Jarum pendek berada di angka sepuluh. Belum pernah ia bangun sesiang ini walaupun di hari Sabtu atau Minggu.

Reyna memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Mencoba memanggil kembali memori dari kejadian tadi malam membuat denyutan itu semakin sakit.

"Udah bangun?"

Reyna nyaris terkejut. Ia bernapas lega setelah mengetahui itu adalah Sella.

"Cuci muka dulu. Gue barusan beliin sarapan," ucap Sella.

Tanpa banyak tanya, Reyna mengangguk. Ia melangkah menuju kamar mandi. Setelah menatap pantulannya di cermin, ia membuka piyama yang ia pakai. Ngomong-ngomong, apa Sella yang memakaikannya piyama ini?

Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Reyna mendapati ada beberapa tanda kissmark di bagian dadanya. Berpegangan pada westafel, ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah Jovan meminumkannya suatu minuman yang Reyna yakini mengandung aphrodisiac atau obat sejenis itu, tubuhnya digerayang oleh Jovan, Arga, dan Gaxel.

Tubuh Reyna bergetar, seolah masih merasakan sentuhan baik dari tangan maupun mulut mereka di sana. Ia yakin cowok-cowok itu yang meninggalkan jejak-jejak berwarna merah keunguan ini.

A FIRST PERFECT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang