[11] Dead Meat

59.9K 1.3K 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa vote & comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa vote & comment

***

Darren menatap Reyna yang kini merangkulnya. Ia mengusap rambut cewek itu. Masih menahan emosi, ia rebahkan tubuh Reyna di atas sofa. Mata Darren terpejam. Tidak bisa menghindari sakit kepala karena efek alkohol dan posisinya saat ini yang sangat dirugikan.

Ah. Mungkin ini karma karena ia pernah membuat mantan-mantannya digilir oleh teman-temannya. Walaupun apa yang terjadi dulu juga berupa persetujuan dari mantan-mantannya, namun sesungguhnya ada peran manipulasi perasaan yang Darren lakukan hingga mereka setuju.

Tapi Darren tidak pernah melakukan hal itu pada Reyna. Ia hanya ingin memiliki Reyna sendiri. Dirinya tidak ingin mempertontonkan tubuh Reyna pada teman-temannya secara langsung seperti ini. Darren menyesali kenapa karma kali ini terjadi pada Reyna.

Darren kembali menatap Reyna. Cewek yang begitu ia rindukan. Mata tajam seperti kucing yang Darren selalu kagumi kini terlihat sayu.

Tangan Reyna kembali merangkulnya, membawanya untuk mencium cewek itu. Dua bulan tidak menyentuh Reyna, membuat detak jantung Darren bergemuruh dengan cepat. Ia mencium Reyna dengan lembut dan penuh perasaan. Lidahnya menyambut lidah milik Reyna, saling bertautan. Wajah Darren lalu menjauh, melepaskan lumatannya.

"Bikin dia masturb dulu," perintah Jovan ketika melihat Darren mengambil kondom.

Darren menggeram. Kesal sekaligus dongkol. Padahal ia ingin menyelesaikan ini dengan singkat dan membawa Reyna pulang secepatnya. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Resikonya lebih besar jika ia memulai pertengkaran satu lawan tiga dan hanya akan membuat Reyna dinikmati oleh teman-temannya.

Reyna berpegangan pada tangan Darren, sedangkan tangannya satu lagi berada di selangkangannya sendiri, memudahkan Darren melakukan aktivitasnya di bawah sana. Desahan Reyna terdengar semakin keras seiring dengan tempo kecepatan jari Darren bermain. Dua jari digunakan oleh Darren kali ini. Jika dalam keadaan normal, mungkin akan terasa sakit bagi Reyna. Tapi dalam keadaan begini, Reyna merasa tidak cukup dan ingin lebih.

Begitu tubuh Reyna bergetar dan mencapai pelepasan, Darren mengeluarkan jarinya.

"Tetep lanjutin," ucap Jovan.

A FIRST PERFECT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang