[35] Test Pack

30K 1.2K 111
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

***

Berada di dalam satu mobil bersama Jovan saat ini membuat Vanya merasa cemas. Ia kemudian memutuskan untuk membuka pintu mobil namun Jovan berhasil kembali menutupnya sebelum Vanya bisa keluar.

"Kita hari ini cuma ngobrol, oke? Gua gak bakal macam-macam," ucap Jovan meyakinkan.

Vanya tanpa sadar menggigit bibir. Ucapan barusan memang sedikit menenangkan kegugupannya karena ia awalnya takut Jovan akan melakukan hal aneh di saat mereka masih berada di parkiran kantor.

Setelah Vanya terlihat kembali tenang, Jovan buka suara. "Kenapa lo gak pernah angkat telfon dari gue?" tanyanya. Ada nada kesal yang tak bisa ia sembunyikan di kalimat itu.

Vanya, sebagai objek kekesalan Jovan tetap memilih untuk diam, membuat Jovan kembali menghela napas untuk kesekian kalinya.

Sejak kejadian Vanya yang tidak dekat lagi dengan Reyna, entah kenapa cewek itu menjadi semakin keras kepala untuk merentangkan jarak sejauh mungkin dari Jovan.

Jovan memijit keningnya sendiri. 

"Ngomong-ngomong Pram bakal ngajak karyawan libur ke resort kalo produk baru entar  sukses di pasaran," ucap Jovan. Ia menoleh ke arah Vanya, memasang senyum sebelum kalimat kontroversial berikutnya keluar.

"Kita sekamar ya?"

Vanya menoleh. "Kak Jo! Jangan gila,"

Jovan tertawa kecil. Mata Vanya melotot dengan teramat lucu menurutnya.

"Kalo gini lo baru mau ngomong ya..." gumam Jovan setengah tertawa. "Lo kenapa sih selalu play hard to get sama gue?"

Tangan Jovan terulur, berusaha mengusap pipi Vanya

"Dulu gue kira lo cuma cewek bisa, ternyata dibandingkan cewek lain, lo lebih ahli ngolah perasaan cowok?"

Vanya tersinggung. Baginya, apa yang diucapkan Jovan barusan membuahkan rasa sakit jauh lebih besar dari luka yang ia terima saat tidak sengaja teriris pisau tadi pagi.

A FIRST PERFECT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang