⚠️ 🔞
SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA ✔
Kehidupan Reyna di kantor menjadi lebih buruk ketika foto topless nya tersebar. Bukan hanya foto topless saja, tapi ada hal yang lebih berbahaya! Video pendek durasi 5 detik yang menampilkan wajah dan badan bagian a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa tahun yang lalu
Dari semua hal yang pernah ia alami, Reyna tidak terlalu kaget jika ada hal di luar ekspektasi terjadi pada dirinya. Termasuk ketika di umurnya yang menginjak kelas dua SMA dan seorang laki-laki dengan pakaian rapi ada di ruang tamu, mengobrol dengan orang tua angkatnya.
Tanpa harus bertanya terlebih dahulu saat memasuki rumah dan ikut duduk lewat instruksi Bunda, Reyna langsung paham siapa laki-laki yang berumur sekitar 40 tahun ini.
Lewat cerita ringkas yang disampaikan, Reyna baru tahu bahwa orangtua kandungnya di usia yang terbilang sangat muda yaitu 21 tahun ternyata memutuskan kawin lari dan bersembunyi dari keluarga besar Papa karena tidak mendapatkan restu. Hingga ketika mamanya terpaksa harus kemoterapi untuk sakit kanker payudara yang dialaminya, Papa terpaksa kembali ke rumah dan memohon belas kasih sang Kakek untuk keperluan uang operasi, perawatan, serta kebutuhan Reyna yang masih balita setelah mereka menjual semua aset yang mereka punya.
Namun, ketika mamanya tidak kunjung sembuh dan berujung meninggal, sang kakek melancarkan rencananya untuk merebut Papa kembali. Kakek yang sepertinya membenci keberadaan Reyna juga memutuskan memisahkan mereka. Hingga Reyna dipindahkan dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain agar Papa tidak bisa menemukannya.
"Aku maunya tetap tinggal sama bunda dan ayah," lirih Reyna setelah perkenalan dan cerita yang dilontarkan laki-laki itu.
"Sepertinya Reyna masih sulit menerima bapak," ujar si Bunda yang merasa tidak enak.
Bukan. Reyna justru ingin memeluk papanya sekarang juga. Ingin merasakan bagaimana hangatnya pelukan dari seorang ayah kandung yang akan menyapu satu sudut sepi di hatinya. Tapi rasa canggung membuat Reyna mengurungkan niat.
"Kalau pindah sekolah juga gak mau?" tanya laki-laki bernama Edwin itu.
Reyna menggeleng pelan. Reyna terlanjur nyaman di sekolahnya ini. Lagian, jika pindah sekolah, bisa saja Reyna menerima perundungan karena ia sendiri tidak yakin bisa mengikuti arus pergaulan di sekolah baru.
Edwin menghela napas. Ia melirik jam tangan, memastikan bahwa ia belum terlalu lama berada di sini.
"Yaudah. Gapapa. Papa gak akan maksa kamu," ujar Edwin akhirnya.
"Maaf ya, Pa. Kalau dari cerita Papa juga kayaknya aku bakal sulit diterima di keluarga besar Papa. Apalagi oleh kakek, kan?"
"Papa bakal berusaha bikin keberadaan kamau diterima."
"Pa. Aku cuma pengen realistis. Bukannya aku ngejudge Papa yang enggak-enggak, tapi apa iya kedatangan Papa ke sini udah diketahui sama kakek?"
Edwin lagi-lagi terdiam. Apa yang ia lakukan selama ini yang berhubungan dengan Reyna memang ia lakukan secara diam-diam.
"Bukan berarti aku gak sayang Papa. Tapi aku takut gak bisa hidup sebagai orang yang menyandang nama Tanuwidjaja. Aku takut keberadaan aku gak diterima di sana," jelas Reyna. Bunda, Ayah, dan Papa memasang ekspresi yang sama terkejutnya mendengar pernyataan Reyna. Kalimat tersebut rasanya terlalu dewasa untuk diucapkan remaja SMA seperti Reyna.