Reyna mendengus. "Itu cuma ciuman. Gak ada perasaan apa-apa di dalamnya. Gak perlu sehisteris itu."
Benar. Reyna tidak butuh apa-apa yang disebut cinta. Saat ini, memberi kepuasan terhadap hasrat yang selama ini dibiarkan berpuasa memang adalah cara yang lebih menenangkan sekaligus menyenangkan.
Mungkin setelah menjalani bulan-bulan yang berat ia juga berhak mendapat self reward tanpa harus repor-repot melibatkan perasaan atau mencari cowok lain yang kemungkinan akan mengintervensi kehidupannya.
Melvin mengangkat bahu membenarkan. Terserah apa kata Reyna, yang penting jalan MElvin bisa lebih maju dari sebelumnya.
Melvin kembali mendekatkan wajahnya.
"Kalau gitu, lo gak keberatan buat satu atau dua ciuman lagi, kan?"
"Go on," ucap Reyna.
Reyna mabuk, tapi ia masih sepenuhnya sadar dengan keputusannya untuk mengizinkan Melvin. Termasuk untuk menyadari keberadaan bartender dan dua-tiga pengunjung pub hotel yang mungkin akan melihat mereka berciuman di sofa di sudut pub.
Sedetik selanjutnya, Melvin maju. Mempertemukan bibir mereka dalam ciuman yang lebih menggebu, tautan yang lebih dalam, dan sentuhan yang membawa mereka ke dalam hasrat yang sama. Ciuman yang hanya dipenuhi nafsu.
Kepala keduanya saling menghadap sisi yang berbeda untuk memberikan akses lebih mudah kepada bibir mereka di dalam melumat satu sama lain. Terkadang saling tumpang tindih, di lain waktu saling menarik satu sama lain. Lalu sepasang lidah itu saling bertautan mencari dominasi. Rasa manis yang memeriahkan dada mereka memicu rasa panas dan membara untuk menelusuri satu sama lain lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A FIRST PERFECT [21+]
Художественная проза⚠️ 🔞 SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA ✔ Kehidupan Reyna di kantor menjadi lebih buruk ketika foto topless nya tersebar. Bukan hanya foto topless saja, tapi ada hal yang lebih berbahaya! Video pendek durasi 5 detik yang menampilkan wajah dan badan bagian a...