[25] Incapability

38.4K 1K 56
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak. Aku mau pulang," rengek Vanya.

Jovan menggeleng. Tangannya merangkul pinggang Vanya. "Setelah ngeliat adegan tadi lo pikir gue bakal ngebiarin lo pulang?"

***

Vanya meremas ujung dressnya dengan penuh kegugupan. Di atas meja di hadapannya terdapat berbagai macam jenis alkohol yang ia tidak tahu namanya. Hanya tinggal mereka berempat di sini. Arga memutuskan pulang lebih dulu dan Vanya gagal memanfaatkan momentum untuk ikut pulang bersama Arga.

Dengan terpaksa, dirinya duduk di antar kedua kaki Jovan. Lengkap dengan Jovan melingkar erat diperutnya. Vanya mendongak, menatap Sella dengan penuh permohonan untuk menolongnya.

Sella meletakkan kembali sloki-nya begitu matanya bertemu dengan mata Vanya. Memutar otak bagaimana caranya membawa Vanya agar bisa pulang tanpa membuat Jovan emosi. Kuasa Jovan terlalu sulit untuk ia dan Gaxel tangani.

Dipikir-pikir mungkin awal kelemahannya karena ia sendiri yang menawarkan diri menjadi pemuas orang-orang ini. Kemauannya sendiri karena ingin memenuhi hasrat dan gairahnya. Tapi jika ditelusuri lagi, tidak ada yang berbeda jika semisalnya itu tidak pernah terjadi.

Nyatanya, Jovan akan tetap bertindak menggunakan seluruh kuasanya jika ada orang yang berusaha mencampuri urusannya.

"Jo..." panggil Sella setelah mengumpulkan keberanian.

"hmm?" Jovan menjawab dengan gumaman setelah meneguk Rokk Vodka.

"Kayaknya gue sama Vanya mesti pulang sekarang. Soalnya dia butuh datang cepet buat nyiapin rapat sama social media specialist,"

Jovan beringsut menyenderkan punggungnya pada sofa. Ia mengusap bibirnya sendiri. Lalu tersenyum ketika menyadari kegugupan Sella.

"Gue gak peduli. Lo bisa pulang duluan," balasnya.

"Kalo lo ngomong ini cuma buat bawa Vanya pulang, bukan cuma lo yang bisa gue bikin hancur, tapi Reyna juga," ancamnya lagi. Jovan tidak butuh nada tinggi untuk membuat Sella dan Vanya terhenyak.

Mereka tidak mungkin membiarkan Reyna jadi korban, mengingat Jovan adalah tipe orang yang akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Meskipun itu harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri.

Gaxel melempar sloki nya ke lantai hingga gelas itu pecah. Mendengar ancaman Jovan terhadap Sella membuatnya tidak bisa menahan emosi.

"Lo—"

"Xel. Kita sepakat. Gue ga bakal ganggu atau maksa cewek lo, selama lo dan cewek lo ga ikut campur. Barusan apa yang dia lakuin udah masuk nyampurin urusan gue," potong Jovan.

"Atau kalo lo mampu ngelawan gue, gue ladenin sekarang juga," lanjutnya.

Gaxel menggeram kesal. Ia menarik tangan Sella dan membawanya pergi dari sana.

A FIRST PERFECT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang