Prolog

2.7K 225 0
                                    

***

Aku bisa merasakan neraka.
Meski masih hidup, duniaku terasa seperti neraka.
Yang aku butuhkan bukan surga. Aku butuh keyakinan.
Yakin pada kebohongan, kalau semuanya akan baik-baik saja, kalau semuanya akan berlalu.

Lalisa Lee

***

Aku ingin melarikan diri dari kekhawatiranku.
Mungkin akan lebih baik kalau aku menghilang, seperti tidak pernah ada sebelumnya.
Aku berlari tanpa ujung.
Haruskah aku melarikan diri?
Atau haruskah aku mengabaikannya?

Kwon Jiyong

***

"Kenalkan ini Lalisa Lee, Lisa," kata Choi Seunghyun menyela obrolan antar teman-temannya di bar, malam setelah mereka selesai rekaman. "Lalu Lisa kenalkan mereka teman-temanku, Jiyong, Seungri, Yongbae dan Daesung," susulnya, balas memperkenalkan orang-orang yang duduk bersamanya.

"Halo," sapa Lisa, yang juga dibalas dengan sapaan santai khas pria-pria itu.

Malam ini tidak ada wanita lain di meja bar yang rendah dengan lapisan kaca gelap di sana. Lisa satu-satunya wanita yang datang dan duduk di sana. Ia duduk dengan pakaian kerjanya, sepulang kerja. Dengan celana dan blazer yang senada, juga blouse putih di balik blazernya. Cahaya bar yang redup dengan musik keras dari meja DJ rasanya tidak cocok dengan penampilan rapi gadis itu, namun tidak ada yang mempedulikannya. Semuanya asik dengan minuman dan kudapan mereka, juga obrolan yang semakin lama jadi semakin seru.

"Jadi kau bekerja di galeri?" tanya Jiyong setelah Lisa memperkenalkan dirinya sebagai seorang Kurator.

"Ya, meski bukan sebuah galeri besar," jawabnya dengan sedikit anggukan kecil.

"Kau bekerja di sana? Bukankah tempat itu milikmu?" tanya Seunghyun, memastikan kalau ingatannya benar.

"Milik orangtuaku," angguk Lisa sekali lagi. "Tapi belum jadi milikku," tenang gadis itu membuat Seunghyun langsung menutup rapat mulutnya. Menganggukan kepalanya, menyelesaikan pembicaraan.

"Kapan-kapan kita harus ke sana," komentar Seungri. "Tapi, kenapa kau mau datang ke sini hanya untuk mengantarkan berkas itu? Apa tidak bisa besok? Atau kalian sangat dekat sampai sering minum-minum bersama?" susulnya, amat penasaran sebab Seunghyun hampir tidak pernah kelihatan menghabiskan malam bersama seorang wanita. Kecuali pria itu melakukannya secara diam-diam.

"Kami sering minum bersama," jawab Lisa, seolah dirinya sedang di interogasi.

"Kita?" heran Seunghyun dan gadis itu mengangguk sekali lagi.

"Ya, minum teh di galeri. Seminggu tiga kali, bukankah itu terbilang sering?" tanyanya dan Seunghyun tertawa.

"Ya, kau benar. Kadang kita minum teh, kadang kita minum kopi, tapi air mineral yang paling sering, iya kan?" susul Seunghyun mengiyakan. Baru setelah Lisa menyinggung teh dalam pembicaraan mereka. Sebelumnya, jenis minuman yang ia bayangkan adalah wine juga whiskey.

***

Like a Romance DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang