8

500 87 4
                                    

***

Waktu terus bergerak maju. Berhari-hari, berminggu-minggu setelah pertunjukan Sawn Lake yang Jennie perankan, Lisa kembali menginjakkan kakinya di Seoul. Ia pergi ke Jepang empat hari lalu. Ia menghadiri sebuah acara lelang di sana, membeli beberapa karya untuk galerinya. Jadwalnya satu pekan, namun ia kembali lebih awal sebab mendengar kabar kalau kekasihnya sakit.

Kemarin Jiyong memberitahunya kalau ia pergi ke rumah sakit karena sakit di kakinya. Lisa yang dahulu, pasti akan langsung terbang pulang malam itu juga, begitu ia mendengar kabar kesakitan itu. Tidak peduli bagaimana nasib pekerjaannya nanti. Namun semakin tua usianya, ia tidak lagi tergesa-gesa. Jadi ia selesaikan urusannya, membatalkan rencana liburannya, kemudian kembali pulang untuk kekasihnya.

Sampai di pesawat, ia duduk di sebelah seorang gadis dengan rambut hitam pekat. Gadis itu sudah duduk lebih dulu, jadi ia harus berdiri agar Lisa bisa melangkah dan masuk ke kursinya di sebelah jendela. Tidak ada banyak pembicaraan selain basa-basi kecil tentang kota tujuan mereka. Sama seperti Lisa, gadis yang duduk di sebelahnya juga akan terbang ke Incheon.

Pesawat ramai hari ini, semua kursinya penuh. Beruntung Lisa bisa mendapatkan kursinya sekarang, jadi ia tidak perlu menunggu penerbangan selanjutnya. Lisa berencana tidur, namun gadis yang duduk di sebelahnya terus saja bicara. Sepintas di lihat, gadis yang duduk di sebelahnya itu tengah mengobrol dengan seorang wanita di kursi lain, kursi di sebrang jalan. Kedengarannya mereka berteman.

"Akhirnya kita bisa berlibur," kata gadis yang duduk di sebelah Lisa. Bukan bicara pada Lisa, tapi pada temannya di kursi sebelah, yang sedikit berjarak karena jalan. "Aku ingin berlibur di Seoul. Sudah lama sekali aku tidak pulang. Biasanya temanku yang datang ke Tokyo, tapi hari ini aku yang datang. Dia senang sekali karena aku akan datang. Dia sampai mengosongkan jadwalnya dan akan menjemputku di bandara," oceh gadis itu. Dengan suara nyaring yang memenuhi udara, membuat Lisa tidak bisa pergi ke alam mimpinya. Gadis itu hanya memejamkan matanya, tanpa sadar ikut mendengarkan cerita gadis di sebelahnya.

"Hampir semua temanku pria, sepertinya aku tidak cocok bermain dengan wanita, tapi yang satu ini spesial. Namanya Jiyong dan dia teman yang paling menyayangiku. Kalau kami minum-minum bersama, dia selalu menjagaku. Dia tidak pernah membiarkanku memakai uangku saat kami bersama. Kami hanya berteman tapi dia yang membayar semuanya termasuk belanjaanku. Lalu, yang paling ku sukai darinya, dia selalu mendahulukanku. Meski sedang berkencan, sedang sibuk, sedang sakit, dia akan datang kalau aku memintanya."

"Kenapa kalian tidak berkencan? Kalau dia sebaik itu untukmu," tanya teman gadis itu.

"Tidak tahu. Rasanya sudah nyaman begini. Bagaimana kalau kami berkencan lalu putus dan tidak bisa berteman lagi? Tapi aku yakin, Jiyong pasti mau kalau aku memintanya. Dia selalu menurutiku," kata gadis itu. Ia terus berbicara tentang temannya di Seoul yang akan menjemputnya nanti, sampai pesawat akhirnya landing dan Lisa merasa kalau ia juga ikut mengenal Jiyong setelah mendengar cerita gadis di sebelahnya.

Karena gadis cerewet yang duduk di sebelahnya, Lisa tahu kalau gadis itu terbang ke Bandara Incheon bersama rekan kerjanya. Dua gadis itu bekerja di sebuah hotel mewah di Jepang, gadis yang duduk bersama Lisa dipanggil Nara dan ia membuat banyak makanan enak di hotel itu. Sedang gadis yang Nara ajak bicara, membuat kue-kue manis di hotel yang sama, namanya Saeyi. Keduanya lahir dan tumbuh di Seoul, karenanya mereka terbang bersama hari ini, untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Ini dari pengalaman pribadiku," kata Saeyi setelah mereka diizinkan untuk berdiri dan mulai menurunkan barang bawaan mereka. "Kau harus cepat berkencan dengan Jiyongmu itu, sebelum dia mengencani wanita lain dan meninggalkanmu. Kalau dia sudah lelah karena cintanya kau abaikan dan bertemu gadis yang sangat mencintainya, dia bisa meninggalkanmu. Kau harus cepat," saran gadis itu, membuat Lisa tanpa sadar ikut mengangguk.

Benar, kau harus cepat Nara. Temanmu yang tidak bisa makan pedas dan benci makanan manis itu bisa direbut wanita lain kalau kau terlalu lama mengabaikan perasaannya— dukung Lisa, dalam hatinya sendiri, saking terbawanya ia dalam pembicaraan dua penumpang lain di sebelahnya. Mereka kemudian turun dari pesawat dan berpisah di sana. Nara dan Saeyi pun berpisah karena mereka punya masing-masing teman yang akan menjemput mereka. Hanya Lisa yang tidak menghubungi siapapun dan berharap di jemput. Ia berencana pulang naik taksi, agar tidak menggangu rutinitas orang-orang di sekitarnya.

Tapi Lisa tetap menelepon Jiyong sembari melangkah ke pintu keluar. Bukan untuk meminta pria itu menjemputnya, namun ia harus menelepon untuk tahu dimana Jiyong berada. Pria itu alasannya pulang lebih awal, tentu saja ia harus menemui Jiyong begitu sampai di Bandara Incheon. Belum sempat Jiyong menjawab panggilannya, Lisa sudah lebih dulu melihat pria itu. Berbalut pakaian tipis serba tertutup dengan kaki dililit kasa elastis, dengan topi juga masker. Lisa langsung mengenalinya, mengenali sosok itu meski ia berusaha untuk tidak dikenali siapapun.

"Oppa!" teriak Lisa, melambai pada Jiyong dan buru-buru menarik kopernya mendekat. Tapi ia berhenti begitu sadar kalau Nara yang berjalan di depannya juga memanggil pria yang sama— Jiyong mereka sama?— diam Lisa di tempatnya berdiri.

"Oh hai, bagaimana penerbanganmu? Nara, sebentar-" Jiyong terburu-buru menyapa Nara. Hanya agar Nara tahu kalau Jiyong sudah melihatnya. Ia lewati Nara setelah menepuk bahunya, kemudian menghampirinya kekasihnya yang berjarak beberapa langkah di belakang Nara. "Sayang, kau sudah pulang? Bukannya masih tiga hari lagi?" tanya Jiyong, memeluk Lisa dan mendapatkan pelukan balasan dari gadis itu. "Kenapa kau tidak jadi berlibur? Kau pulang karena aku merengek semalam? Aku tidak serius saat memintamu pulang, kau tahu kan? Sakitnya tidak parah, lihat aku masih bisa berjalan. Sungguh, kau tidak perlu membatalkan rencanamu karenaku," oceh Jiyong sementara Lisa masih memperhatikan tubuh kekasihnya dari atas kepala sampai ke kakinya.

"Oppa tidak senang aku datang?" tanya Lisa, sesekali melirik Nara yang mengerutkan dahinya di belakang Jiyong. Gadis itu pasti sangat kecewa sekarang— yakin Lisa.

***

Like a Romance DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang