36

437 87 7
                                    

***

Sensasi yang G Dragon buat tidak selesai hanya dengan mengunggah foto kekasihnya di akun pribadinya. Sore ini, tidak lama setelah Lisa selesai minum kopi bersama seorang seniman yang menyimpan karyanya di galeri, Jisoo yang ikut bersama direkturnya menerima sebuah telepon dari staff galeri. "Direktur Lee," bisik Jisoo setelah menerima panggilan itu. "Sepertinya kita harus segera kembali ke galeri," katanya.

Dua gadis dengan blazer halus itu berdiri di depan sebuah restoran siang ini. Mereka baru saja selesai berbincang dan sedang menunggu mobil mereka datang. Setelah memastikan kalau seniman yang bekerja sama dengan mereka tidak keberatan dengan berita-berita yang muncul, acara minum kopi itu berakhir.

"Tuan Kwon datang ke galeri untuk berkebun," kata Jisoo membuat Lisa langsung menatapnya dengan sepasang alis yang bertaut.

"Apa katamu eonni?" tanyanya, hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Kekasihmu datang ke galeri untuk berkebun," ulang Jisoo. "Staff di galeri kebingungan," katanya.

"Kenapa dia tidak mengatakan apapun?!" kesal Lisa, yang kini merogoh saku celananya untuk mendapatkan handphonenya sendiri. "Ah... Mati," susulnya, baru menyadari kalau baterai handphonenya sudah terkuras habis.

Jisoo mengemudi sampai ke galeri. Tiba di sana, masih ada banyak reporter juga para penggemar penasaran. Bedanya, mereka tidak berkeliaran di dalam galeri itu, melainkan berkerumun di jalan beton yang membelah halaman galeri. Beberapa pengawal berdiri di pinggiran jalan itu, memastikan tidak seorang pun melewati batas dan masuk ke halaman.

"Masuklah lebih dulu, aku akan bicara pada orang gila itu dulu," kata Lisa, yang meninggalkan barang-barangnya di mobil kemudian keluar dari besi persegi itu.

Lisa melangkah menghampiri kerumunannya, kemudian mengintip untuk melihat rumput halamannya yang sedang di perbaiki. Bukan hanya tukang kebun yang ada di sana, tapi Jiyong juga di dana, memakai sarung tangan kerja juga membawa sekop dan cangkul kecil. Pria itu memakai celana olahraga dengan kaus abu-abu, memakai bucket hat untuk melindungi wajahnya dari sinar matahari juga rompi dengan banyak kantong untuk menyimpan barang-barangnya. Handphone dan garpu rumput mini ada di sakunya, dengan sedikit tanah di ujung tajam garpu rumputnya, menandakan kalau Jiyong benar-benar berkebun, benar-benar bekerja di halaman itu.

Setelah bertukar tatap dengan seorang pengawal yang mengenalinya— pengawal yang selalu ada di sisi Jiyong— Lisa dikawal untuk menghampiri Jiyong. Gadis itu berdiri di belakang seorang pengawal setelah membuat keributan di antara para penggemar juga mengundang banyak kilatan blitz kamera. Tentu Jiyong menoleh saat mendengar suara riuh yang memanggil-manggil nama kekasihnya, namun responnya tidak seperti yang orang-orang harapkan.

"Ya! Kenapa oppa-"

"Ya! Lepas sepatumu!" Jiyong berseru panik. "Jangan injak rumputnya dengan sepatumu! Celat lepas sepatumu! Kenapa kau memakai sepatu hak tinggi ke sini? Kau merusak lagi rumputnya!" potong Jiyong, sembari menunjuk-nunjuk kaki kekasihnya, membuat Lisa kaget dan langsung melepaskan sepatunya. "Oh? Kau mengganti warna cat kukumu? Kemarin biru, sekarang hitam?" susul Jiyong, menghampiri kekasihnya yang masih bingung karena diteriaki hanya perkara sepatu.

Sementara Lisa masih diam, mencoba menebak-nebak rencana Jiyong, pria yang ia kencani itu justru melepaskan slippers-nya. Jiyong lepaskan sandal karetnya, kemudian memberikan benda hitam itu pada Lisa sementara dirinya sendiri menginjak rumput hanya dengan kaus kaki abu miliknya. "Pakai sandalnya," suruh Jiyong setelah berlutut dan memutar slippers-nya agar mudah Lisa pakai. "Darimana kau hari ini? Kenapa handphonemu tidak bisa dihubungi? Kenapa memakai sepatu hak tinggi? Kakimu pasti sakit," susulnya, terdengar lembut seperti biasanya.

"Oppa, apa yang sedang kau lakukan di sini?" heran Lisa, sebab sekeras apapun ia berusaha, ia tetap tidak bisa menebak rencana Jiyong.

"Memperbaiki kesalahanku," santai Jiyong, sembari melirik pada orang-orang yang berkerumun menonton mereka. "Karenaku ada banyak orang yang datang ke galeri dan tidak sengaja merusak tamanmu. Aku sedang mencoba untuk bertanggungjawab sekarang. Bagaimana? Hari ini aku belajar caranya menanam rumput? Ah... Atau lebih tepat kalau disebut memasang? Rumputnya sudah dipotong-potong seperti keramik. Aku hanya perlu memasangnya. Lalu aku juga menanam bunga. Bagus kan? Kalau kau tidak menyukainya, aku akan mengganti bunganya dengan yang lainnya," cerita pria itu, atusias memamerkan daisy, hydrangea yang belum berbunga, juga lily

"Kenapa sekarang?" heran Lisa. "Di jam ramai?"

"Hanya sekarang waktu yang bisa aku luangkan. Kau tidak senang? Aku pikir, aku akan dipuji," balas pria itu dengan senyum kecewa yang sengaja ia buat-buat untuk menggoda kekasihnya.

"Oppa membuatku tidak nyaman tapi kerja bagus, bunga lily-nya cantik. Terimakasih, tapi lain kali cukup bawa buket bunga saja, tidak perlu sampai ikut berkebun begini. Oppa tidak kelelahan?" kata Lisa, ia pakai lengan blazernya untuk mengusap keringat di dahi Jiyong lalu memperbaiki posisi topi pria itu.

"Tidak," geleng Jiyong. "Ini menyenangkan, aku yang akan merawat mereka semua sekarang, karena kau bilang mereka cantik," katanya, menunjuk sederet bunga lily yang berdiri di halaman. 

Lisa berhasil mengurai kepadatan di halamannya dengan membawa Jiyong ke dalam ruangan kerjanya. Mereka melangkah memasuki galeri dengan Jiyong yang membawa sepatu kekasihnya sembari sesekali mengacak rambutnya sendiri. Rambut pria itu berkeringat, dengan sedikit aroma matahari meski sudah dilindungi topi.

"Kau tidak kelihatan senang," komentar Jiyong setelah mereka berdua berada di dalam ruangan yang sama, hanya berdua. "Apa aku gagal?" susulnya, kali ini sembari meletakan sepatu kekasihnya ke dalam sebuah rak kaca.

"Karena aku belum tahu alasanmu mengorbankanku, demi melindungi Nara eonni atau melindungi dirimu sendiri, apapun yang oppa lakukan, aku tetap kesal," jawab Lisa. "Kenapa dia melakukan ini? Karena dia mencintaiku atau karena dia butuh lebih banyak pengalihan isu? Karena dia merasa bersalah atau hanya ingin memanfaatkanku lagi? Apa yang sebenarnya terjadi sampai kekasihku lebih memilih untuk minta maaf padaku daripada meminta izin? Semua pertanyaan itu membuatku tidak bisa menikmati usamamu. Tapi oppa kelihatan belum ingin membicarakannya, dan aku juga tidak ingin memaksamu, jadi hanya ini yang akan terjadi— aku tetap kesal dan oppa akan kecewa."

"Aku pikir kemarin kita sudah baik-baik saja. Aku pikir kau sudah memaafkanku, ternyata belum?"

"Apa yang harus aku maafkan? Oppa yang tiba-tiba mengunggah fotoku dan membuat keadaannya jadi begini? Kalau masalah itu, ya, aku sudah memaafkanmu, toh beritanya tidak bisa ditarik lagi. Tapi ada hal lain yang belum kita singgung. Kenapa oppa melakukannya?"

"Nara hamil," pelan Jiyong.

***

Like a Romance DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang