***
"Karenamu Jiyong oppa dipukul dan sekarang ada di kantor polisi," pesan yang Nara kirim membuat Lisa buru-buru pergi ke kantor polisi.
Awalnya ia menelepon Jiyong begitu membaca pesan dari Nara, namun pria itu tidak menjawab panggilannya. Ia pun menelepon Nara dan sama seperti Jiyong, gadis itu juga mengabaikan panggilannya. Berkali-kali Lisa menelepon Jiyong, sampai akhirnya seseorang menjawab panggilan itu. Seorang manager restoran yang menjawab panggilan itu, mengatakan kalau Jiyong menjatuhkan handphonenya di restoran saat seorang pria tiba-tiba menyerangnya. Dari manager restoran itu lah Lisa tahu dimana lokasi kantor polisinya jadi ia bisa menyetir ke sana.
Sayangnya, begitu tiba di kantor polisi, Jiyong dan Nara sudah pergi. Hanya ada seorang pengacara dari agensi di sana, sementara Jiyong diantar managernya ke rumah sakit. Pengacara itu memberitahu Lisa dimana letak rumah sakitnya, namun melihat Kai di sana, gadis itu membeku. "Boleh aku bicara sebentar dengannya?" pinta Lisa kepada pengacara yang disewa agensi.
"Anda mengenalnya, Nyonya?" tanya pengacara itu dan Lisa menganggukan kepalanya.
Lisa diberi waktu beberapa menit untuk bicara dengan Kai. Mereka duduk bersebelahan di depan meja seorang petugas kepolisian dan Lisa menatap polisi yang duduk di tempatnya, baru selesai mencatat keterangan dari Kai. "Boleh aku minta air?" tanya Lisa, yang secara tidak langsung mengusir polisi itu dari mejanya, memberi mereka berdua sedikit privasi untuk berbincang.
"Pria yang kau kencani itu berselingkuh," kata Kai tanpa basa-basi. "Mereka makan malam bersama. Makan malam romantis di restoran mewah," susul Kai sedang Lisa masih mengatur nafasnya, mencari kata yang tepat untuk bicara pada pria di sebelahnya.
"Dia berselingkuh atau tidak, apa hubungannya denganmu?" pelan Lisa, terdengar sangat dingin hingga Kai dapat merasakan nyeri di dadanya. Namun tidak hanya sampai di situ, Lisa terus melanjutkan kata-kata yang sudah lama ia tahan. "Apa aku terlalu sulit untuk bisa kau pahami? Kita tidak punya hubungan apapun sekarang. Kita sudah putus, Kai."
"Tidak," tolak Kai. "Aku tidak mau putus denganmu."
"Aku sudah meninggalkanmu," Lisa mengingatkan. "Sudah lama aku meninggalkanmu. Bukan kah aku sudah pernah mengatakannya? Aku tidak mau berkencan denganmu, Kai. Aku mau kita putus, aku mau hubungan kita berakhir, aku tidak mencintaimu, aku tidak menyukaimu, apapun yang kau katakan, aku tidak mau hidup bersamamu, aku meninggalkanmu. Apa kata-kataku terlalu sulit dipahami? Kenapa kau bertingkah sampai sejauh ini? Kau pikir aku hanya membual?"
"Kenapa?" Kai menoleh, menatap gadis yang enggan bertukar tatap dengannya. "Waktu itu kita saling mencintai. Kenapa kau tiba-tiba berhenti mencintaiku? Kenapa kau meninggalkanku? Karena Jennie menyakitimu? Aku sudah bilang, aku bisa mengatasinya. Aku bisa melindungimu darinya. Karena Joohyuk? Kau sudah lama berhenti mencintainya. Kau yang bilang, Joohyuk terlalu sibuk dan membuatmu sangat kesepian. Aku yang ada di sisimu saat Joohyuk membuatmu kesepian. Waktu itu kau sangat bahagia, kita sangat bahagia, kenapa tiba-tiba kau meninggalkanku?"
"Kau bertanya karena tidak tahu?" nada bicara gadis itu berubah ketus sekarang. "Kau tidak tahu berapa banyak yang hilang dari hidupku karena hubungan kita? Mimpiku, ibuku, sahabatku, kekasihku, kakiku, tapi tidak apa-apa, aku tidak menyalahkanmu. Semuanya salahku, karena itu aku tidak ingin terus hidup dalam kesalahan itu. Aku ingin mengakhiri kesalahanku."
"Jangan sebut itu kesalahan. Saat itu kau mencintaiku, apa itu salah?"
"Iya. Saat itu aku mencintaimu. Saat itu bahagia bersamamu. Tapi itu kesalahan, jadi aku mengakhirinya. Aku tahu kau terluka, aku minta maaf. Tapi aku mohon, jangan membuat ini jadi semakin rumit. Biarkan aku pergi."
"Siapa yang membuat ini jadi rumit?"
"Kau yang pergi meninggalkanmu, tapi aku tetap menunggu, aku yakin kau akan kembali padaku. Aku menunggumu seperti orang bodoh tapi kau berkencan dengan pria berengsek yang sekarang menyelingkuhimu. Kau yang membuatnya jadi rumit! Karena itu, kembalilah, ayo kita kembali ke Milan. Kita bisa bahagia di sana, seperti dulu."
Lisa menyerah bicara pada Kai. Pria itu tidak bisa lagi diajak bicara. Isi kepalanya bermasalah— yakin Lisa yang akhirnya meninggalkan kantor polisi. Ia yang ragu kalau Jiyong masih ada di rumah sakit, akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah pria itu. Sembari mengemudi, ia menelepon Kim Heechul, memberitahu pria itu kalau handphone Jiyong ada bersamanya dan ia dalam perjalanan ke rumah kekasihnya.
"Ya, aku akan memberitahu Jiyong," jawab Heechul. "Kurasa lukanya tidak terlalu parah, hanya beberapa memar dan lecet. Dokter sedang memeriksanya sekarang. Kami akan segera pulang setelah mengantar Nara," susul pria itu.
"Nara eonni yang menemaninya diperiksa?"
"Tidak," jawab Heechul. "Dia masuk sendirian, Nara pergi membeli air," susulnya, membuat Lisa merasa dibohongi. Lisa tahu kalau di mobil Jiyong selalu ada air. Jiyong dan tenggorokannya yang sensitif itu tidak bisa berpisah lama dari air.
Lisa berpura-pura mempercayai Heechul. Ia meminta Heechul untuk menemani Jiyong karena pria itu selalu rewel saat sakit, lantas mengakhiri panggilan mereka. Baru setengah jalan menuju rumah kekasihnya, Lisa sudah menepikan mobilnya. Dadanya terasa sesak, sama sesaknya seperti tadi siang. Gadis itu berhenti di depan area pertokoan, berusaha menenangkan dirinya sembari menyandarkan dahinya pada roda kemudi. Tubuhnya seketika lelah, kepalanya berdenyut keras dan tenggorokannya sakit sebab ia menahan dirinya untuk tidak menangis sekarang.
Meski tidak ada air di sana, rasanya seperti tenggelam. Kakinya perlahan-lahan ditarik ke dalam lubang hitam tanpa udara. Sesuatu menahannya, menenggelamkannya. Meski tangannya sudah dinaikan ke atas, berusaha menggapai sesuatu untuk berpegangan, namun tidak ada satupun pegangan dalam lubang hitam itu.
Sementara Lisa tengah berusaha mengeluarkan dirinya dari lubang hitam, di rumah sakit Jiyong menatap kesal pada Nara. Seperti yang Lisa duga, Heechul berbohong. Pria itu berbohong karena Jiyong yang memintanya. "Kenapa kau memberitahunya? Siapa yang menyuruhmu memberitahunya?" kesal pria itu sementara Heechul mengemudikan mobil mereka keluar dari rumah sakit.
"Aku tidak sengaja!" balas Nara, setengah berteriak karena Jiyong marah padanya. "Tadi aku kesal sekali! Kau dipukul pria yang mengaku kekasihnya! Bagaimana aku tidak marah?! Dia yang berselingkuh tapi kau yang dipukul!"
"Sudah aku bilang pria itu bukan kekasihnya! Lisa tidak berselingkuh! Jaga kata-katamu!" Jiyong ikut berteriak, kesal karena Nara salah memahami situasinya dan ia pun tidak bisa menjelaskan apapun. Jiyong sendiri tidak yakin dugaannya benar, Jiyong ragu kalau Kai adalah pria yang dulu pernah kekasihnya ceritakan. Ia akan tetap meragukan itu sampai Lisa menjelaskan sendiri situasinya. Hanya ada satu hal yang Jiyong yakini— kekasihnya tidak mungkin mendua, Lisa tidak akan berselingkuh seperti yang Nara katakan, gadis itu tidak akan membawa tubuhnya ke dalam neraka untuk yang kedua kalinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Romance Drama
FanfictionAku tidak menyukainya. Aku membencinya. Beritahu aku siapa yang akan mencintaiku ketika aku membenci diriku? Aku tidak akan menyalahkan orang lain untuk rasa sakitku, ketika sebenarnya sangat mudah untuk membenciku. Aku sudah memutuskan untuk send...