***
Dua tahun lalu, jauh sebelum mereka berkencan, Jiyong pernah mengunjungi Lisa di pagi buta, diwaktu yang sangat tidak pantas untuk bertamu. Jiyong pulang dari Jepang dengan pesawat pertama di dini hari. Hatinya terluka, karena itu ia tidak mengatakan apapun. Tanpa berpamitan, tanpa mengabari siapapun. Pria itu membeli tiket paling cepat yang bisa ia dapatkan, pergi bahkan tanpa mengemasi barang-barangnya. Ia tinggalkan koper dan semua barang-barangnya di hotel. Seseorang pasti akan mengurus semua barang-barangnya nanti, saat mereka menyadari kalau Jiyong menghilang.
Rencananya mereka akan pergi ke Tokyo Tower setelah pekerjaan mereka selesai. Mereka juga sudah memesan tempat di sebuah restoran terkenal yang menyediakan sake terbaik. Semua orang- member Big Bang dan beberapa staff serta manager- pasti kaget saat melihat kamar hotel Jiyong sudah ditinggalkan pemiliknya.
Ia tiba di Bandara Incheon saat hari masih gelap dan kebingungan. Ia bisa saja pulang, tapi apa yang harus ia lakukan di rumah sendirian? Lama pria itu duduk di bandara, menatap handphonenya yang mati total karena kehabisan baterai. Tidak ada tempat tujuan, tidak ada yang bisa ia lakukan dan keinginan untuk melarikan diri terasa semakin menggebu-gebu.
Ada banyak pertimbangan dalam kepalanya, namun akhirnya pria itu menyerah. Ia hentikan taksi apapun yang ada di depannya, masuk ke dalam taksinya kemudian pergi ke rumah seseorang yang tidak mungkin mengadukannya. Seseorang yang tidak seberapa dekat dengan teman-temannya. Seseorang yang tidak berada di lingkaran pertemanannya. Ia pergi ke rumah teman Seunghyun, Lalisa Lee.
Sebelum pagi itu, ia pernah satu kali pergi ke gedung apartemen tempat tinggal Lisa. Ia datang untuk mengantar Lisa pulang setelah mereka minum bersama, di galeri. Tiba di depan gedungnya, pria itu kembali bimbang. Ia tidak tahu di pintu mana orang yang ia cari itu tinggal.
"Haruskah aku menyerah saja?" lemah Jiyong. Bahkan untuk bertemu teman bicara saja sulit— pikirnya.
Lantas, tidak lama setelah memutuskan untuk menyerah dan pergi senyumnya merekah. Orang yang ia harapkan kehadirannya, melangkah keluar dari gedung dengan celana tidur pendek dan sebuah blazer. Rambutnya acak-acakan dan gadis itu langsung menghampiri Jiyong dengan wajah yang sengaja ia tundukan. Seolah ia enggan menunjukan wajahnya yang baru bangun tidur pada Jiyong.
"Kau mencari seseorang di sini? Kenapa berdiri di depan mobilku seperti pencuri?" tanya Lisa, setelah ia batuk karena tenggorokan keringnya.
"Mencarimu tapi aku tidak tahu di unit mana kau tinggal," jawab Jiyong. "Bagaimana kau tahu aku di sini? Bagaimana bisa kau turun ke sini? Hebat. Kebetulan sekali," senang pria itu sementara Lisa melangkah menjauhinya. Gadis itu merapatkan blazer-nya, kembali ke gedung apartemennya setelah meminta Jiyong mengikutinya.
"Dia temanku, terimakasih sudah menelepon, selamat pagi," sapa Lisa, pada seorang penjaga keamanan yang pos jaganya ada di sebelah pintu masuk. Kini Jiyong tahu seseorang yang sudah membantunya membuat kebetulan. Tidak terpikir sama sekali olehnya untuk meminta bantuan penjaga keamanan itu tadi.
Lisa mengajak Jiyong ke rumahnya. Ia buka kan pintunya untuk pria itu kemudian menyuruhnya menunggu di ruang tengah, sementara dirinya menghilang di balik pintu kamar tidurnya. Jiyong yang ditinggalkan sendirian di ruang tengah, duduk di sofa, melihat setumpuk kertas di atas sana, membaca sepintas apa isi kertas-kertas itu. Lisa mempelajari banyak lukisan, seni rupa dan galerinya di ruang tengah itu. Jiyong melihat banyak buku juga berkas-berkas tentang seni rupa di ruang tengah rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Romance Drama
FanfictionAku tidak menyukainya. Aku membencinya. Beritahu aku siapa yang akan mencintaiku ketika aku membenci diriku? Aku tidak akan menyalahkan orang lain untuk rasa sakitku, ketika sebenarnya sangat mudah untuk membenciku. Aku sudah memutuskan untuk send...