***
Di dalam ruang latihan tari, Lalisa hanya duduk dan sesekali membuka mulutnya. Ia ingin mengomentari gerak Seunghyun yang terlalu cepat atau gerak Jiyong yang terlalu lambat. Ia ingin memperbaiki gerak-gerak yang menurutnya mengganggu, namun tidak seorang pun akan mendengarkan pendapatnya. Alasannya, karena Seunghyun akan menutup mulutnya sebelum Lisa selesai berkomentar. Seunghyun akan mencegah Lisa bicara bagaimana pun caranya. Kemudian untuk menengahi, Jiyong akan berkata— "ulangi, lakukan dengan benar selagi aku masih bersikap baik," ucapnya, seperti sebuah mantra yang selalu ia ulang-ulang.
Lama menonton tarian-tarian itu, Lisa yang akhirnya bosan ikut menari di belakang. Kakinya memang cidera, tapi tidak berarti kaki itu jadi tidak berguna. Ia masih bisa menari, sesekali, hanya sebentar. Tidak seperti sebelumnya, ketika ia masih tinggal di Milan dan menari sepanjang hari, berjam-jam sampai sepatu baletnya aus. Di masa-masa paling produktif dalam hidupnya, Lisa biasa mengganti sepatu baletnya setiap hari. Sebab di malam hari, setelah latihannya selesai, sepatunya sudah rusak. Sepatu-sepatu yang rusak itu, adalah bukti kalau ia berusaha sangat keras untuk tariannya.
"Wah... Mantan ballerina memang luar biasa," komentar koreografer dari tarian yang sedang mereka latih siang ini. "Kau sudah menghafal gerakannya? Padahal sejak tadi hanya menonton," susulnya dan Lisa tersenyum.
"Kebiasaan lama tidak bisa hilang," senyum Lisa. "Aku lebih baik dari Seunghyun oppa kan? Bagaimana kalau aku menggantikannya saja?" canda Lisa, langsung berhenti begitu ia merasakan tarikan tegang di kakinya, di ibu jarinya. Bagian yang pernah menopang tubuhnya selama bertahun-tahun.
"Kau bisa rapp? Aku tidak menjual tarianku, aku menjual musikku, coba gantikan aku kalau kau bisa," protes Seunghyun dan Lisa hanya mencibirnya, mengejeknya, meledeknya, menjahilinya, seperti yang selalu mereka lakukan.
"Lisa-ya, apa kau masih bisa menari ballet?" tanya Seungri kemudian, beristirahat sebentar setelah lelah menari.
"Bisa tapi tidak akan sangat bagus. Dulu aku menari setiap hari, sekarang hanya seminggu sekali, itu pun kalau sempat," jawab Lisa, yang kemudian menawarkan diri untuk menampilkan sebuah pertunjukan di depan sepuluh orang yang ada di ruangan itu. "Oppa, carikan aku video Giselle mad scene, siapapun ballerina-nya," pinta Lisa, pada Jiyong yang duduk di lantai.
"Yang ini?" tanya pria itu setelah ia menemukan videonya, sedang Lisa melepaskan sepatu ketsnya di depan Jiyong. Ia pijat jari kakinya sebentar lantas menonton video yang Jiyong tunjukan.
Dengan senyum bangga, gadis itu kemudian berdiri di tengah-tengah ruang latihan. Sebagian penonton duduk di sofa, sebagian lainnya di lantai, bersandar pada sofa yang rekat dengan dinding. "Wah... Aku gugup. Sudah lama aku tidak punya penonton," komentar Lisa, membuat Jiyong hanya terkekeh dan Seunghyun meledeknya. Seunghyun bilang Lisa terlalu percaya diri untuk ukuran seorang mantan ballerina yang sudah hampir beberapa tahun berhenti menari secara profesional.
"Ya! Aku masih menari, sebulan sekali, dengan anak-anak TK di galeri," protes Lisa, dan Seunghyun menertawakannya, meledeknya, menjahilinya, seperti biasanya.
"Ini pertunjukan terakhir yang aku latih tapi belum sempat aku tunjukan di Opera," katanya, tanpa menyinggung kalau ia kecelakaan satu minggu sebelum pertunjukan itu dilangsungkan. "Judulnya Giselle, ceritanya tentang gadis desa yang jatuh cinta pada seorang pria, tapi ditipu pria itu. Dia patah hati lalu bunuh diri dan jadi hantu. Di desa itu, ada kutukan, gadis yang mati karena cinta akan jadi hantu gentayangan dan Giselle jadi hantu gentayangan. Setelah jadi hantu di hutan, dia akan membunuh siapapun pria yang ia temui. Pria itu akan diajak menari sampai mati di hutan dan di hutan dia bertemu dengan pria yang menipunya. Bagian yang akan aku tunjukan adalah ketika Giselle tahu dia ditipu dan dia akan bunuh diri di depan pria kesukaannya," cerita Lisa.
"Kau butuh pemeran pria?" tanya Seunghyun, yang duduk di atas sofa dan menendang pinggang Jiyong untuk membantu Lisa.
"Tidak," geleng Lisa. "Aku akan tertawa kalau Jiyong oppa berdiri. Duduk saja di sana," pinta Lisa.
Selanjutnya, Lisa meminta Jiyong memutar musiknya— dari video yang tadi pria itu temukan. Musik di mulai dan Lisa menundukkan kepalanya di tengah-tengah ruangan. Rambutnya yang panjang menutupi wajahnya. Begitu suara terompet terdengar, ia mengangkat kepalanya, menatap sendu pada angin seolah-olah ada seorang pria di sana.
Beberapa kali tangannya bergerak meminta penjelasan pada angin, namun tanpa menunggu jawaban ia berlari ke sudut dan meringkuk di sana. Rambutnya yang panjang tergerai di lantai, menutupi wajahnya yang seolah akan menangis. Bahunya naik turun, punggungnya pun sama, seolah ia tengah menangis sungguhan.
Tiba-tiba, setelah tiga kali punggungnya naik turun dengan dramatis, ia berdiri. "Apa dia gila?" tanya Seungri kemudian, sebab Lisa bisa berdiri hanya dengan satu gerakan. Bergerak dengan sangat lembut seolah ia bisa terbang. Ia kembali tertunduk saat berdiri, memberi jeda beberapa detik sebelum ia kembali berlari ke titik awalnya tadi. Menghampiri si pria angin yang tidak terlihat. Ia akan memeluk pria angin itu, tangannya sudah terbuka seolah akan merengkuh si pria angin, namun tiba-tiba punggungnya bungkuk. Ia bergerak mundur, seolah ada seseorang yang menariknya ke belakang. Giselle yang sedih karena ditipu si pria angin, ingin merengkuh kembali pria itu, namun seseorang menariknya ke belakang. Giselle tidak boleh tertipu sekali lagi oleh si pria angin, seseorang harus melindunginya.
Giselle yang marah kemudian mulai mengambil langkah-langkah besar mengelilingi panggungnya. Ia berjinjit, melompat dengan ibu jari kakinya seolah tubuhnya seringan bulu. Melompat, berputar, melompat, berjinjit, berputar lagi. Gadis itu terus menari, jadi semakin gila saat tempo musiknya jadi semakin cepat. Raut wajahnya terlihat begitu sedih meski ia tersenyum.
"Whoa!" Jiyong terkejut, bergerak mundur ke belakang sampai punggungnya membentur sofa dan kaki Seunghyun. Pria itu kaget karena Lisa tiba-tiba berlutut di depannya, meraih microphone hitam yang ia pegang. Rasanya ia melihat Lisa masih ada di sudut ruangan tadi. Ia tidak menyangka kalau Lisa akan bergerak sangat cepat untuk merebut microphone di tangannya.
Seolah-olah microphone itu adalah pedang si pria angin, Lisa mengangkat microphone itu tinggi-tinggi. Musik jadi semakin keras dan cepat, klimaks dari pertunjukan itu sudah tiba dan meledak saat Giselle menusuk dirinya sendiri dengan pedang si pria angin.
Giselle kemudian jatuh ke lantai, tubuhnya bergetar, mengepak seperti ikan yang baru di keluarkan dari air. Ia sekarat sekarang. Lantas perlahan-lahan, gadis itu kembali bangun, ia menari sekali lagi. Pertunjukan sederhana itu hampir selesai, hampir sempurna, kalau Lisa tidak menoleh ke arah pintu dan menemukan sosok lain di balik pintu itu.
Dari kaca transparan yang ada di pintu ruang latihan itu, Lisa melihatnya. Terkejut dengan apa yang ia lihat, keseimbangannya goyah dan ia terjatuh. Bunyi gemeretak dari kaki Lisa kembali mengejutkan Jiyong. Bahkan gadis itu mengeluh kesakitan setelah jatuh. Dengan sigap Jiyong mendekati kekasihnya. "Ya! Kau baik-baik saja?" seru Jiyong, berlutut menghampiri Lisa yang justru mendorongnya.
Lisa masih menatap keluar, tubuhnya tiba-tiba terasa sangat berat, seolah gaya gravitasi sedang menarik jiwanya kembali ke tanah, ke dasar bumi, bertemu lagi dengan Hades dalam nerakanya. Sementara di luar, gadis yang tadi mengintip dari jendela melangkah mundur, menjauhi ruang latihan Big Bang. Menjauhi Giselle yang akan ditarik kembali ke neraka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Romance Drama
FanfictionAku tidak menyukainya. Aku membencinya. Beritahu aku siapa yang akan mencintaiku ketika aku membenci diriku? Aku tidak akan menyalahkan orang lain untuk rasa sakitku, ketika sebenarnya sangat mudah untuk membenciku. Aku sudah memutuskan untuk send...