9

477 94 6
                                    

***

"Mana mungkin aku tidak senang?" kata Jiyong, sekali lagi memeluk Lisa di tempat mereka berdiri. "Aku senang sekali kau pulang. Tapi aku jadi merasa bersalah karena kau membatalkan liburanmu untukku. Padahal sudah lama sekali kau tidak pergi berlibur. Tapi tidak apa-apa, kau bisa berlibur di sini denganku, aku akan memperlakukanmu dengan baik," susulnya, membuat Lisa terkekeh kemudian diam-diam menunjuk Nara dengan dagunya, mengingatkan Jiyong tentang alasannya datang ke bandara hari ini.

"Oh! Aku lupa," seru Jiyong, ia rangkul kekasihnya, menarik koper kekasihnya itu kemudian menghampiri Nara yang masih menunggu. "Sayang kenalkan, ini Nara, temanku. Kami sudah berteman sangat lama, tapi dia tinggal di Jepang selama ini. Lalu Nara, kenalkan ini kekasihku, Lisa. Cantik kan?" katanya, memperkenalkan kekasih juga temannya.

Jiyong mengajak dua gadis itu ke tempat parkir. Nara memperhatikan Lisa yang berjalan di sebelah Jiyong sembari menatap handphonenya, sedang Lisa berpura-pura tidak mendengar dan mengetahui apapun. Ia terlelap selama penerbangan tadi, ia tidak mengenal Nara dan tidak mendengarkan semua cerita yang membanggakan tadi— Lisa memilih untuk bersikap begitu.

Lisa menarik sendiri kopernya dengan tangan kirinya, sedang yang kanan sibuk menyentuh handphonenya. Berbeda dengan Nara yang meminta Jiyong menarik kopernya. "Ya! Kekasihku saja menarik sendiri kopernya, kenapa aku harus membawakan milikmu?" protes Jiyong, namun tetap menarik koper Nara dengan tangannya.

"Barang bawaanku lebih banyak dari milik kekasihmu," kata Nara, balas memprotes Jiyong. Ia punya sebuah tas jinjing juga tas bahu yang ia bawa sendiri. Tas yang mungkin berisi oleh-oleh untuk keluarga juga temannya di Seoul. "Tapi... Eonni? Bagaimana aku harus memanggilmu?" canggung Nara sebab sedari tadi Lisa tidak bicara padanya. Mereka hanya bicara sebentar saat berkenalan tadi. Mungkin kekasih Jiyong sekarang tipe yang sangat pendiam, tidak seperti selera Jiyong biasanya— nilai Nara.

"Eonni? Dia lebih muda darimu. Lisa tiga tahun lebih muda dariku," komentar Jiyong. Pria itu ingin bersikap adil dengan membawakan juga koper Lisa, namun gadis itu menolak. Ia bisa membawa sendiri miliknya dan Jiyong sedang terluka, rasanya tidak pantas menyuruh-nyuruh seorang yang kakinya sedang di perban. 

"Anda bisa memanggilku, Lisa, eonni, Nara eonni," jawab Lisa. Demi sopan santun kali ini ia menyimpan handphonenya di saku blazer-nya.

"Ah maaf, Jiyong oppa biasanya berkencan dengan wanita yang lebih tua. Dan gaya pakaianmu... Aku jadi salah paham," kata Nara, tersenyum seolah-olah ia malu meski kenyataannya tidak begitu.

"Tidak apa-apa," tenang Lisa. "Aku memang harus untuk kelihatan lebih tua, tuntutan pekerjaan, tidak ada yang mendengarkanku kalau aku kelihatan kekanak-kanakan," jawab gadis itu.

Tiba di mobil, tanpa rasa sungkan Nara meminta diizinkan untuk duduk di depan, di sebelah supir. Mungkin ia pikir Jiyong yang akan mengemudi. Sedang Jiyong dan Lisa masih menyimpan koper dan barang bawaan Nara di bagasi, gadis itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, duduk di kursi depan, di sebelah kursi supir yang masih kosong.

"Oppa menyetir sendiri ke sini?" tanya Lisa, setelah ia menyimpan kopernya di bagasi.

"Tidak," geleng Jiyong. "Kakiku sakit, bagaimana aku bisa menyetir? Heechul hyung mungkin masih membeli kopi. Tadi aku menyuruhnya membeli kopi," jawab pria itu. Ia tutup bagasinya, lantas melangkah masuk ke mobil, membukakan pintu mobilnya untuk Lisa kemudian masuk dan duduk di sebelah gadis itu.

"Kenapa oppa duduk di sana? Kita tidak langsung pulang? Ayo cepat pulang, aku rindu orangtuaku," suruh Nara, sebab Jiyong tidak duduk di sebelahnya.

"Tunggu sebentar, managerku belum datang," santai Jiyong, membuat raut wajah Nara berubah drastis. Gadis itu menghela nafasnya kasar, kemudian duduk menghadap ke depan, enggan melihat Jiyong yang pasti akan bermesraan dengan kekasihnya di belakang. Rencana Nara untuk menunjukkan posisinya di depan Lisa baru saja gagal.

"Kau tidak salah paham kan?" tanya Jiyong, mengabaikan Nara dan bicara pada kekasihnya.

Lisa menaikan alisnya, bertanya kenapa ia harus salah paham. Memang ia sempat terganggu, karena ingat semua cerita tentang Jiyong yang Nara bicarakan di pesawat. Tentang Jiyong yang ternyata tidak bisa makan pedas, tentang Jiyong yang tidak suka makanan manis. Sampai Jiyong yang selalu putus dengan kekasihnya kalau Nara memintanya. Lisa terganggu dengan semua cerita itu, namun ia berencana untuk mengabaikannya.

"Biasanya kekasihku salah paham karena sikapnya," cerita Jiyong, membicarakan Nara seolah wanita itu tidak ada di sana. "Dia selalu bersikap seenaknya, sejak dulu selalu begitu. Jangan salah paham. Tidak ada hubungan romantis di antara kami."

"Hm... Bagaimana ya? Kita lihat nanti?" balas Lisa, dengan senyum jahil di wajahnya. "Oh, Heechul oppa datang. Dia tidak akan membelikanku kopi, iya kan? Dia tidak tahu aku datang," susulnya, yang selanjutnya menyapa Heechul.

"Oh?! Lisa di sini? Bagaimana bisa? Bukannya kau masih di Jepang? Aku hanya membeli tiga kopi," sapa Heechul setelah ia masuk dan duduk di kursi supir.

"Tadi aku juga terkejut," komentar Jiyong. "Tapi tidak apa-apa, Lisa bisa meminum milikku," susulnya sebelum perjalanan mereka di mulai.

Karena kedatangan Lisa yang sama sekali tidak diundang, rencana mereka berubah. Yang awalnya Jiyong akan berkunjung dan makan siang di rumah orangtua Nara, kini pria itu menawarkan rencana lain. Mereka bisa makan bersama di restoran, berempat, kemudian mengantar Nara pulang ke rumahnya. Atau mereka bisa mengantar Nara lebih dulu baru setelah itu pergi makan bersama.

"Apa tidak bisa kalau kita mengantar Lisa pulang lebih dulu baru pergi ke rumahku? Aku sudah memberitahu ibuku kalau aku pulang hari ini," tanya Nara, lagi-lagi bersikap seolah Lisa bukan apa-apa di sana. Ini baru hari pertama mereka bertemu dan Lisa sudah merasa kalau Nara sedang mengibarkan bendera perangnya.

"Tidak," tegas Jiyong. "Lisa datang untukku, aku tidak mungkin menyuruhnya pulang," susulnya, sebelum Lisa sempat membuka mulutnya.

"Aku juga datang ke sini untukmu," ketus Nara. "Atau Lisa ikut ke rumahku, saja? Kita bisa makan bersama di rumahku."

Jiyong sempat membisu. Tidak ia sangka Nara bisa mengatakan itu di depan kekasihnya. "Lisa tidak akan nyaman berada di sana. Tidak bisakah aku ke rumahmu kapan-kapan? Kau baru akan kembali minggu depan, kan? Itu masih lama, kita masih punya banyak waktu untuk bertemu," bujuk Jiyong, Lisa dan Heechul tidak bisa berkomentar sekarang. Heechul tahu kalau suasananya akan jadi secanggung sekarang, namun ia tidak menduga kalau Lisa akan diam saja dengan ekspresi yang sama— tenang seolah tidak terganggu sama sekali.

"Oppa, pergi saja ke rumah Nara eonni," Lisa akhirnya setelah Jiyong dan Nara banyak berdebat tentang kemana mereka harus pergi. "Kau sudah lama tidak bertemu dengan Nara eonni. Kita bisa bertemu lagi besok, besok lusa, minggu depan, bulan depan, kita bisa bertemu kapan pun. Tapi oppa tidak bisa lebih sering bertemu dengan Nara eonni. Jadi pergi saja dengan Nara eonni, aku akan pergi ke galeri. Oppa bisa datang ke galeri setelah kalian selesai."

***

Like a Romance DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang