1

1.5K 172 9
                                    

***

Pagi yang amat cerah membuat Jiyong mengernyitkan dahinya. Sinar malas matahari muncul dari celah tirai, menerpa hangat wajahnya yang masih lengket di bantal. Perlahan, ia buka matanya. Hanya sebuah intipan kecil, untuk memastikan orang yang semalam naik ke ranjang bersamanya masih ada di sana.

Gadis itu masih ada di sana. Berbaring, menghadap padanya dengan mata yang terpejam rapat. Tubuh gadis yang memakai piyama berlengan panjang itu memeluk sebuah guling di antara mereka, terlihat sangat nyenyak, sangat nyaman terlelap di sebelahnya.

Senyum Jiyong terukir, ia mengusap lembut helai rambut gadis itu, kemudian membelai pipinya dengan hati-hati. Jangan sampai ia menganggu tidur wanita itu, pikirnya. Merasakan sentuhan mesra seorang pria di sebelahnya, gadis itu menggerakkan kelopak matanya. Ia singkirkan guling yang sebelumnya ia peluk, kemudian bergerak mendekati pria di sebelahnya, tentu saja memeluk pria itu.

"Selamat pagi," bisik Jiyong, balas memeluk.

Sang gadis tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengeratkan pelukannya. Mencoba untuk memperjelas bagaimana perasaannya terhadap pria di depannya. Ada segudang rasa sayang yang ingin ia luapkan pada pria itu.

Alarm dari jam kecil di sebelah ranjang kemudian berbunyi. Suaranya nyaring sekali memenuhi kamar. Helaan kasar nafas Jiyong terdengar jelas di telinga lawan bicaranya. Pria itu enggan untuk bangun, ia belum ingin pergi meninggalkan ranjang juga gadisnya di sana.

"Aku bisa tinggal sedikit lebih lama," kata Jiyong, ketika gadis yang ia peluk, melepaskan pelukan mereka untuk menekan mati alarm yang nyaring di sana.

"Aku yang tidak bisa," balas lawan bicaranya, bergerak untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang. "Hari ini ada kunjungan dari anak-anak TK di galeri," susulnya, kali ini sembari membelai lembut helai rambut di kepala Jiyong.

Ya, gadis itu Lalisa Lee. Wanita yang Choi Seunghyun kenalkan tiga tahun lalu. Setelah dua tahun saling kenal, sejak pertemuan pertama mereka di bar, Jiyong akhirnya memberanikan diri untuk mengencani gadis itu. Meski perasaannya masih belum benar-benar yakin, hingga saat ini.

"Sayang sekali, padahal aku masih ingin bersamamu," kata Jiyong, menaikan kepalanya ke pangkuan Lisa kemudian meminta Lisa untuk terus mengusap rambutnya. "Aku tidak ingin pergi kerja hari ini," susulnya.

"Lalu? Mau pergi ke galeri bersamaku?"

"Boleh?"

"Tentu."

"Nanti aku mengganggu kalian, apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa."

"Sungguh?"

"Sungguh. Tapi, aku akan memukulmu kalau kau terus bertanya lalu tidak jadi ikut."

"Apa acara hari ini? Kelas melukis untuk anak-anak TK?"

"Hm..."

"Siapa yang mengajar? Kau?"

Lisa tertawa mendengarnya. Ia gelengkan kepalanya cepat-cepat kemudian mengatakan kalau bukan ia yang akan mengajar di sana. Lisa tidak bisa menggambar, apalagi melukis. Sebelumnya ia tidak pernah benar-benar paham dan menyukai lukisan atau karya-karya seni rupa apapun. Gadis itu baru mulai mempelajari lukisan, gambar dan seni rupa lainnya ketika ayahnya— pemilik galeri sebelumnya— divonis sakit keras oleh dokter. Tiga setengah tahun yang lalu.

Setelah lama membelai rambut prianya, Lisa akhirnya bangun. Ia melangkah mendekati tirainya, kemudian membuka lebar tirai itu. Sudut-sudut bibirnya ditarik, membentuk sebuah senyum yang sama lebarnya. Senyum itu yang akhirnya menarik hati G Dragon. Senyum yang cerah bak matahari pagi di awal musim semi. Senyum cantik seperti pelangi yang datang setelah hujan.

"Aku tidak boleh tinggal bersamamu, ya?" tanya Jiyong kemudian, ikut tersenyum setelah melihat gadisnya duduk di tepi kaca jendela yang tidak bisa dibuka. Ceruk di jendela itu diberi beberapa spons, juga bantal, menjadikannya sebuah tempat duduk nyaman untuk membaca buku atau sekedar melihat pemandangan di luar.

"Oppa, boleh menginap sesekali, apa itu tidak cukup?" balas Lisa, bermain dengan handphonenya di sana. Mengecek beberapa pesan dan notes pengingat yang masuk pagi ini.

"Hm... Tidak cukup," jawab Jiyong. "Rasanya aku ingin melihatmu setiap pagi, berdiri di depan jendela, membuka tirai lalu tersenyum seperti sekarang."

"Gantung saja fotoku di jendelamu, lalu buka tiraimu setiap pagi. Mau aku pilihkan fotonya?" tawar Lisa namun Jiyong hanya mendengus. Sedikit kecewa karena keinginannya tidak dikabulkan.

"Sayang," panggil Jiyong kemudian. Ia duduk di ranjang Lisa, di tepiannya. Kaus berlengan pendek dengan celana tidur sepanjang mata kakinya terlihat kusut setelah dipakai tidur sepanjang malam.

"Hm?"

"Apa kau tahu? Aku pernah sangat khawatir sebelumnya."

"Kenapa? Apa yang membuatmu khawatir?"

"Aku pikir, aku akan terjebak dalam cinta segitiga lagi. Hari pertama kita bertemu, di bar, kau ingat? Waktu itu Seunghyun hyung bilang kalau seorang temannya akan datang. Dia tidak bilang kalau temannya wanita. Lalu kau datang, berjalan mendekat. Aku pikir kau teman Seungri, atau gadis yang salah paham pada Daesung. Biasanya begitu. Lalu Seunghyun hyung bilang, kenalkan ini Lalisa Lee, Lisa, begitu katanya. Kau pasti melihatnya, aku dan yang lainnya terkejut."

"Kalian terkejut karena Seunghyun oppa punya teman perempuan? Aku tahu kalian terkejut."

"Tidak. Aku tidak terkejut karena itu. Yang lainnya memang terkejut karena itu, tapi aku terkejut karena senyummu. Cantik sekali. Aku menyukainya, senyumanmu, tapi malam itu juga aku menyerah. Senyum yang cantik itu tidak akan jadi milikku karena aku pikir kau berkencan dengan Seunghyun hyung. Atau setidaknya, kalian sudah saling menyukai tapi belum menyatakan perasaan. Malam itu, aku tidak berfikir bisa melihat senyummu tepat setelah aku bangun tidur."

Senyum itu belum memudar. Lisa melangkah mendekati Jiyong, berdiri di depannya kemudian meraih wajah pria itu. Ia sentuh pipi Jiyong dengan kedua tangannya kemudian mengecup singkat bibirnya. "Silahkan nikmati senyum kesukaanmu sebanyak yang oppa inginkan," kata Lisa. "Tapi, apa aku atau Seunghyun oppa sudah pernah memberitahumu? Aku dan Seunghyun oppa sudah berteman sejak kecil. Orangtua kami teman dekat dan kami hampir di jodohkan."

"Huh? Kalian?"

"Hm... Saat kami sekolah dasar? Sudah lama sekali. Orangtua kami sering bercanda, mengatakan kalau mereka akan menjodohkan kami begitu kami dewasa nanti. Tapi orangtuaku bercerai dan aku ikut ibuku ke Italia. Jadi mereka lupa tentang rencana perjodohan itu."

"Syukurlah," tenang Jiyong. "Aku tidak akan bisa menyukai wanita milik sahabatku," katanya, memeluk pinggang gadis di depannya, menyandarkan kepalanya ke tubuh gadis itu, mencoba mendengarkan detak jantung kekasihnya.

Lama berpelukan, mereka kemudian berpisah. Lisa yang pertama mandi dan Jiyong menunggu di ceruk jendela. Ia perhatikan awan biru yang ada di luar, kemudian mensyukuri hidupnya. Ia harap hidupnya akan terus cerah seperti pagi ini. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas. Lama ia duduk di ceruk itu, sampai tangannya tidak sengaja menemukan selembar foto di sela spons.

Foto seorang balerina, berdiri di tengah panggung dengan sebelah kaki yang diangkat. Kedua tangannya juga diangkat, melengkung indah seperti foto-foto klasik semua balerina. Arabesque, dan gadis dalam foto itu adalah Lisa, beberapa tahun yang lalu. "Hidupnya sangat cantik," komentar Jiyong, setiap kali ia lihat kekasihnya berdiri dalam balutan kenangan lamanya. Jiyong tidak pernah melihat kekasihnya memakai sepatu baletnya secara langsung, namun Lisa sudah pernah menunjukkan rekaman-rekaman pertunjukannya. Melompat dan berputar dengan sangat indah hingga Jiyong tidak percaya kalau sosok menawan itu adalah kekasihnya.

Lama Jiyong memandangi foto lama itu. Sampai suara dari pintu depan yang terbuka dan langkah kaki seseorang yang masuk menyadarkannya dari kekaguman. Seseorang datang, dengan suara yang terburu-buru. "Sayang, aku pulang! Apa kau masih tidur? Oh, kau sedang mandi? Syukurlah kau belum berangkat. Sayang? Lisa? Kau mendengarku? Cepat ke sini," seru seorang pria, dengan langkah berisik di balik pintu kamar tidur itu. Entah apa yang pria itu lakukan di ruang tengah, namun ocehannya membuat Jiyong membeku di tempat ia duduk sekarang.

***

Like a Romance DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang