***
Lisa masih punya beberapa hari libur. Satu hari cuti dan dua hari akhir pekan. Sayangnya, ia tidak tahu bagaimana caranya memanfaatkan hari libur itu. Ia tidak tahu caranya berlibur karena hampir tidak pernah melakukannya. Karenanya siang ini ia menelepon Jiyong, mengganggu pria yang harusnya bekerja siang hari ini. Padahal mereka baru berpisah beberapa jam sebelumnya— saat tengah malam.
"Sudah bangun, sayang?" tanya Jiyong begitu ia menjawab panggilan itu.
"Hm... Aku baru saja bangun," jawab si penelepon. "Tadi pagi aku sudah bangun dan lari pagi, lalu tidur lagi dan sekarang bangun lagi. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya.
"Hm... Menonton film?"
"Film apa?"
"Tidak tahu. Tidak ada rekomendasi," jawab asal pria itu. "Bagaimana kalau datang ke agensiku lagi? Tapi kali ini benar-benar menemaniku bekerja, tidak boleh mengajakku bermain sebelum pekerjaanku selesai."
"Hm... Sebenarnya itu juga membosankan, tapi baiklah. Aku akan ke sana."
"Tidak perlu buru-buru, dua jam lagi aku harus latihan dance. Kau bisa datang saat latihannya dimulai."
"Sungguh? Aku boleh datang saat kalian latihan dance? Seunghyun oppa bisa marah."
"Tidak apa-apa," kekeh Jiyong. "Yang lainnya akan senang karena ada pelatih tamu, ballerina yang pernah menari di gedung Opera," susulnya.
"Kalau begitu, aku mau dibayar..."
"Wahh... Kekasihku menyebalkan sekali siang ini. Berapa yang kau inginkan? Akan aku belikan kopi dan makan siang nanti, cukup kan?"
"Ish... Oppa bangkrut?"
"Chanel baru mengeluarkan tas baru."
"Lalu? Mau membelikannya untukku?"
"Untukmu? Tentu saja tidak, untukku."
"Ya!" Lisa akan memprotes pria itu. Ia ingin membalas kata-kata jahil kekasihnya, namun Jiyong sudah lebih dulu mematikan panggilan mereka. Tidak sopan.
Ia tiba di agensi kekasihnya setelah sembilan puluh menit bersiap-siap. Kali ini ia juga membawa banyak makanan dan kopi. Berbeda dari kemarin, kali ini ia membawa semuanya dengan benar, tidak ada yang rusak, tidak ada yang tumpah. Begitu tiba, ia mengintip di pintu studio kekasihnya, melihat apakah Jiyong ada di sana atau tidak.
Jiyong ada di sana, membukakan pintu untuk kekasihnya juga membantu kekasihnya membawa masuk makanan yang ia bawa. "Kau sudah makan siang? Mau aku traktir makan siang, sayang? Kami sudah makan siang dan karena tahu kau akan datang, kami tidak membeli kopi siang ini," tanya Jiyong, setelah ia letakan semua makanan yang Lisa bawa di atas meja.
"Ya! Kenapa kau datang hari ini?!" protes Seunghyun, tidak lama setelah ia menyadari kedatangan Lisa. "Kau hanya mampir untuk mengantar kopi kan? Cepat pergi, kenapa kau ke sini? Harusnya kau pergi bekerja," susul pria itu sebelum Lisa dan kekasihnya berkomentar.
"Jangan memarahi kekasihku hyung, dia baru sakit tadi malam, aku yang memintanya datang," bela Jiyong.
"Kalau kau tahu kekasihmu sakit, kenapa kau memintanya datang? Suruh dia ke rumah sakit!" Seunghyun masih memprotes, namun Lisa tidak mempedulikannya. Ia sibuk membagikan kopi yang di belinya, sembari menggerutu.
"Cerewet sekali pria tua itu," cibir Lisa, tidak terlalu keras tapi cukup untuk di dengar Seunghyun. Ia buat Seunghyun mengeluh, mengatakan kalau ia tidak jadi bersemangat untuk latihan menari hari ini.
Jiyong kemudian menyuruh mereka berhenti. Seunghyun harus berhenti mengeluh dan Lisa harus berhenti mencibir teman dekatnya itu. Mereka baru saja menyelesaikan proses rekaman hari ini beberapa menit sebelum Lisa datang. Mereka baru selesai makan siang dan akan beristirahat sebentar sebelum nanti mulai latihan.
Ada delapan orang di dalam ruangan itu dan Lisa satu-satunya wanita di sana. Ia juga satu-satunya orang yang tidak bekerja untuk agensi itu. Di sana Jiyong berbincang dengan rekan-rekannya, sementara Lisa mengobrol dengan Seunghyun di sudut sofa. Mereka berdua membicarakan beberapa lukisan dan urusan galeri lainnya.
"Ini," kata Jiyong, tiba-tiba muncul dan duduk di depan sofa, di atas sebuah kursi dengan roda, di depan Lisa dan teman sejak kecilnya. Jiyong mendekati kekasihnya untuk memberikan sebuah tas belanja berwarna putih dengan sebuah kotak di dalamnya. Seukuran kotak sepatu.
"Apa ini? Tas barumu? Oppa mau pamer?" tanya Lisa, mengingat pembicaraan terakhir mereka di telepon.
"Untukmu," jawab Jiyong, meminta Lisa membuka kotaknya dan menilai tas yang ia pilih di dalam kotak itu. "Aku hanya bercanda tadi. Kau menyukainya?"
"Wahh... Kau baru melakukan kesalahan?" komentar Seunghyun. "Ini bukan hari ulangtahun Lisa atau hari jadian kalian, iya kan?" susulnya.
"Ini hari ulangtahunku," kata Lisa, yang selanjutnya berterima kasih seolah itu benar-benar hari ulangtahunnya.
Seunghyun terkejut. Ia tidak mengingat hari ulangtahun Lisa. Pria itu memang tidak pernah mengingatkannya, kecuali Lisa memberitahunya dan menagih hadiah darinya. Berulang kali pria itu bertanya, apa hari ini benar-benar hari ulangtahun Lisa, namun ia masih tetap saja ragu dan memang selalu begitu. Ia tidak ingin ditipu oleh sahabat masa kecilnya.
"Sungguh, ini hari ulangtahunku, beri aku hadiah. Cepat, buka handphonemu, belikan aku sepatu baru," pinta Lisa, membuat Jiyong terkekeh, menertawakan Seunghyun yang tidak bisa mengingat hari ulangtahun Lisa.
"Kau pasti bohong," ragu Seunghyun. "Tidak mungkin ini ulangtahunmu. Seingatku ulangtahunmu bulan Maret? Ah bukan! Juni! Ulangtahunmu bulan Juni! Jangan membohongiku!"
"Tidak! Ulangtahunku bukan bulan Juni! Siapa yang ulangtahun bulan Juni?!" balas Lisa. "Ish... Kenapa oppa tidak pernah ingat ulangtahunku?"
"Karena ulangtahunmu bukan sesuatu yang penting untukku," santai Seunghyun. "Tsk... Aku yakin ulangtahunmu bulan Juni... Sepatu apa yang kau inginkan? Tapi aku akan membunuhmu kalau ternyata ulangtahunmu sudah lewat! Kalau ternyata hari ini bukan hari ulangtahunmu," ancam Seunghyun.
Jiyong yang tidak tahan, akhirnya tertawa terbahak-bahak. Kali ini Seunghyun yakin kalau ia baru saja dibodohi. Bukan karena ia ingat kapan tepatnya Lisa berulangtahun, tapi karena tawa terbahak-bahak yang Jiyong keluarkan. "Ulangtahunnya bukan bulan Juni hyung, bukan hari ini juga," kata Jiyong di tengah tawanya. "Ini bukan hadiah ulangtahunnya, aku hanya ingin memberinya tas baru," tambah pria itu.
"Tsk... Aku sedih sekali, teman dekatku saja tidak ingat hari ulangtahunku," geleng Lisa, sengaja membesar-besarkan masalah sepele itu, hanya untuk menggoda Seunghyun.
Di tengah tawa itu, member Big Bang lainnya datang. Mereka makan siang di tempat terpisah dan Seungri jadi luar biasa senang karena melihat Lisa di sana. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung mengajak Lisa untuk ikut berlatih menari bersama mereka.
Begitu semua orang berkumpul, mereka pergi ke ruang latihan. Masing-masing dari mereka mulai melakukan peregangan, sementara Lisa hanya duduk di sofa, menonton gerakan semua orang dari dinding kaca di seberangnya. Lama mereka melakukan peregangan, dan Lisa baru bergabung di tengah-tengahnya. Ia tidak ingin terlalu memaksakan kakinya, Jiyong pun tidak mengizinkan itu.
"Aku benci sekali kalau harus menari di depan Lisa," gerutu Seunghyun setelah selesai melakukan peregangan.
"Ya ya ya," cibir Lisa. "Terserah oppa saja. Padahal aku ke sini untuk melihat kekasihku, bukan melihatmu," susulnya dengan seorang G Dragon yang berlutut di depannya, mengikatkan tali sepatunya tanpa mengatakan apapun, bahkan saat Lisa menjahilinya dengan sengaja melepaskan lagi tali sepatunya. "Oppa, ikatkan lagi," canda Lisa.
"Ya! Ji! Ikat saja dia ke kursi!" sebal Seunghyun.
"Aku juga berencana begitu, hyung."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Romance Drama
FanfictionAku tidak menyukainya. Aku membencinya. Beritahu aku siapa yang akan mencintaiku ketika aku membenci diriku? Aku tidak akan menyalahkan orang lain untuk rasa sakitku, ketika sebenarnya sangat mudah untuk membenciku. Aku sudah memutuskan untuk send...