***
Malam setelah ia mengantar kekasihnya pulang, Jiyong menemui Nara seperti janjinya. Mereka bertemu di restoran Prancis, memesan dua porsi pasta dengan beberapa side dish dan sebotol wine. Nara yang memesan semuanya, gadis itu juga yang mengatur pertemuan itu, membuatnya seolah itu adalah makan malam romantis untuk mereka berdua.
Jiyong yang datang sedikit terlambat meminta maaf, mengatakan kalau ia terlambat karena harus mengantar dan menemani kekasihnya lebih dulu. Sedikit berbasa-basi, lalu mereka mulai menyinggung alasan pertemuan itu. Nara yang menyinggungnya lebih dulu.
"Aku penasaran," kata Nara, menyela Jiyong yang akan memprotes tempat mereka bertemu malam ini. Jiyong merasa sedikit tidak nyaman karena restoran, meja sampai menu yang Nara pilih malam ini. "Di semua drama romantis yang aku tonton, di semua novel romantis yang aku baca, kenapa second lead perempuan selalu dibuat menyebalkan dan second lead laki-laki dibuat sebaik malaikat. Wanita yang menyukai tokoh utama pria selalu mengganggu tokoh utama wanita dan pria yang menyukai tokoh utama wanita selalu melindungi wanita yang dia suka. Aku tidak memahami perasaan second lead pria, tapi sekarang aku memahami perasaan second lead wanitanya," katanya sembari meletakan sendok dan garpu yang ia pegang.
Nara meraih gelasnya, menyesap sedikit air untuk membasahi tenggorokannya yang kering. "Rasanya sangat menyebalkan, ketika seseorang yang dulunya menyukaimu sekarang menyukai orang lain. Apa kelebihan orang itu? Kenapa dia berhenti menyukaiku dan memilihnya? Katanya dia sangat menyukaiku, tapi kenapa dia berpaling pada orang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggangguku dan memikirkan jawabannya membuatku sangat jengkel. Tapi apa kau tahu apa yang membuatku semakin marah? Aku tidak bisa menyalahkanmu. Aku merasa aku akan semakin kehilanganmu kalau aku menyalahkanmu, kalau aku marah padamu. Karena itu aku melampiaskan semuanya pada kekasihmu. Tidak ada ekspetasi apapun saat aku melakukannya. Tidak ada harapan dia akan lelah lalu meninggalkanmu karena aku mengganggunya. Aku tidak berharap kalian akan putus karenaku. Aku hanya... Marah dan harus melampiaskannya pada seseorang. Harga diriku tidak bisa menerima kenyataan kalau orang yang dulu menyukaiku, sekarang menyukai orang lain."
Jiyong mendengarkannya tanpa bisa mengatakan apapun. Bahkan bergerak pun rasanya salah, karenanya pria itu hanya diam, mendengarkan gadis di depannya sembari bernafas. Tidak ada tanggapan, tidak ada sanggahan. Tidak menyetujui apapun tapi juga tidak membantahnya.
"Tapi oppa," kini Nara mengangkat kepalanya. Ia tatap Jiyong yang juga memandangi wajahnya. "Aku sungguh-sungguh saat aku bilang, aku bisa meninggalkan Soohyuk oppa untukmu. Aku bisa melakukannya karena oppa menyukaiku, oppa menyayangiku, oppa mencintaiku," lembut Nara dan kali ini Jiyong yang lebih dulu memalingkan wajahnya. Ia hindari tatapan Nara, ia hindari mata wanita itu.
"Nara-ya... Kau menyesal berkencan dengan Soohyuk?" tanya Jiyong namun Nara hanya diam.
Mungkin ia merasa tidak boleh mengiyakannya, mungkin ia malu untuk mengakuinya. Namun Jiyong dapat merasakan jawabannya— iya, Nara menyesal— begitu kelihatannya di mata Jiyong. Mungkin Nara menyesal karena berkencan dengan Soohyuk. Mungkin juga ia menyesal karena kehilangan Jiyong yang dulu sangat menyukainya.
"Meski kau meninggalkan Soohyuk dan aku kembali padamu, sama seperti sekarang, kau akan menyesalinya," lanjut Jiyong, setelah beberapa detik mereka membisu. "Sama seperti sekarang, kau tidak akan menyukainya, kau tidak akan merasa nyaman, kau tidak akan merasa tenang. Dulu aku melihatmu, menyukaimu, menyayangimu, mencintaimu sebagai seorang wanita. Tapi sekarang, aku melihatmu, menyukaimu dan menyayangimu sebagai seorang teman. Kita sudah menghabiskan banyak waktu bersama, meski Lisa tidak bisa memahami kenapa aku pernah sangat menyukai gadis jahat sepertimu, karena sikapmu padanya sangat keterlaluan, tapi aku mengenalmu. Aku bisa memahamimu. Aku bisa memaafkan sikap kasarmu pada kekasihku. Karena itu, aku harap kita bisa kembali ke tempat semula. Aku temanmu, kau temanku, Soohyuk kekasihmu dan Lisa kekasihku."
"Aku tidak mau," tolak Nara. "Aku tidak bisa menahannya, perasaanku. Aku akan menunggu, berkencan lah dengan gadis itu. Bermain lah dengannya sampai oppa bosan, lalu kembali padaku. Satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan? Bersenang-senang lah dengannya, selama itu juga aku akan meninggalkan Soohyuk oppa. Selama oppa bermain dengannya, aku tidak akan mengencani siapapun. Lalu begitu oppa sudah puas bermain, kembali lah padaku."
"Maaf, Nara," Jiyong menggeleng, tetap menolaknya. "Aku tidak bisa menjanjikan apapun padamu. Aku-"
Jiyong tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Di lantai, pria itu tersungkur. Di sudut restoran tempat Nara memesan tempat untuk makan malam dan berbincang, Jiyong jatuh setelah kerah bajunya ditarik dan wajahnya ditinju. Tidak pernah Jiyong rasakan tinju sekeras itu sebelumnya. Tidak juga ia kenali pria yang meninjunya itu. Entah darimana datangnya tinju itu, Jiyong dan Nara yang terkejut tidak sempat menghindar dan melakukan apapun.
Kai yang datang dan memukul Jiyong tepat di wajahnya. Membuat Jiyong tersungkur, jatuh di sebelah kursinya. Tidak hanya sekali, bahkan setelah Jiyong tersungkur dan Nara menjerit kaget, Kai kembali menarik baju Jiyong, kemudian memukulnya sekali lagi. Jiyong tidak berdaya, pria itu terlalu terkejut untuk bereaksi.
Otak di dalam kepalanya seolah menghilang begitu saja bersama darah yang keluar dari ujung bibirnya. Ia tidak mengenal pria yang memukulnya, ia tidak tahu alasan ia dipukul dan yang lebih menyakitkan, Jiyong ragu apakah ia boleh membalasnya atau harus diam saja demi menjaga nama baiknya. Akan buruk kalau seseorang memotong kejadian itu dalam kameranya— G Dragon berkelahi dengan seorang pria karena berebut wanita. Nama Nara akan diseret ke dalam berita itu dan Lisa mungkin akan terluka karenanya.
Tapi meski begitu, refleks Jiyong untuk melindungi diri tetap berfungsi. Jiyong mendorong Kai, berusaha melepaskan diri dari serangan pria yang asing baginya itu, sampai akhirnya petugas keamanan datang dan menyelamatkannya. Selanjutnya, mereka berada di kantor polisi. Kai ditangkap karena memukuli Jiyong dan Jiyong duduk di sana, bersama Nara untuk memberikan keterangannya.
"Aku tidak mengenalnya," jujur Jiyong, juga Nara. "Kami sedang makan malam di restoran itu dan dia tiba-tiba datang, tiba-tiba memukulku," kata Jiyong sembari menunggu managernya datang.
Begitu Jiyong dan Nara dijemput Heechul yang datang terburu-buru, Kai baru membuka mulutnya. "Mereka berselingkuh," kata Kai, setelah Jiyong yang kesal berjalan meninggalkan kantor polisi itu. "Pria itu mengkhianati kekasihnya. Aku memukulnya karena marah," tegas Kai meski dirinya tetap akan dituntut apapun alasannya memukul Jiyong.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Romance Drama
FanfictionAku tidak menyukainya. Aku membencinya. Beritahu aku siapa yang akan mencintaiku ketika aku membenci diriku? Aku tidak akan menyalahkan orang lain untuk rasa sakitku, ketika sebenarnya sangat mudah untuk membenciku. Aku sudah memutuskan untuk send...