Aku bersyukur teman-temanku tidak serius dengan 'tuduhan' akan fotoku yang bersama Keenan di akun gosip. Mereka hanya terus merecoki lewat komentar instagram yang belum juga kutanggapi. Untung saja komentar mereka tenggelam oleh ragam komentar akun lainnya yang juga meramaikan postingan itu. Aku hanya terus memantau tanpa meninggalkan jejak apapun.
"Keenan punya pacar?!"
Mama setengah berteriak dengan pandangan lurus ke arah TV, sementara kedua tangannya tetap sibuk mengemas isi tas yang akan dia bawa menginap ke rumah Kak Nisa.
Kak Nita yang sudah mendengar ceritaku tadi pagi terbahak melihat reaksi mama. Dia berjalan mendekati area TV dan ikut menonton infotainment sambil berkacak pinggang.
"Wah ... Mama nggak bisa ngenalin anak sendiri, ya?" komentarnya saat fotoku dan Keenan kembali ditampilkan di layar kaca. "Itu Nina, Ma," ucapnya lagi saat mendapati mama yang mengerutkan kening.
"Itu di parkiran rumah sakit kemarin sore," tambahku sebelum mama bertanya lagi.
"Astaga, anak mama masuk infotainment."
Aku hanya bisa tertawa garing melihat reaksi mama.
"Papa harus tahu ini," ucap mama, kemudian bergegas menutup tasnya. "Mama berangkat, ya. Kalian yang rajin ngurus rumahnya," pesannya, lalu beranjak keluar rumah.
Aku dan Kak Nita hanya saling pandang, lalu mengikuti langkah mama menuju teras depan. Kami melambaikan tangan ketika mobil yang dikendarai Kak Nino mulai bergerak meninggalkan rumah.
"Kita makan apa untuk malam nanti?"
"Pesan delivery saja," jawab Kak Nita, kemudian mengambil langkah lebih dulu ke dalam rumah. "Oh, ya, nggak ada yang gangguin kamu di media sosial, kan?"
Aku menggeleng. "Masih aman, kok." Kak Nita kalau sudah pakai sapaan aku-kamu berarti sedang dalam mode serius.
"Baguslah. Kalau ada apa-apa langsung bilang, ya."
Aku memberi gesture hormat. "Siap, Kak."
"Ah, nanti kalau kamu yang pesan makanan, tambah satu porsi untuk tetangga kita."
"Keenan?"
Kak Nita mengangguk.
"Dia memang sering numpang makan di sini, ya?"
Kak Nita mengangguk lagi. "Neneknya lagi sakit. Ibunya Keenan itu anak tunggal, jadi dia memilih tinggal di sana dulu ngurusin neneknya Keenan. Nanti kalau Keenan datang, ada titipan minuman herbal juga dari Mama buat dia di lemari dapur."
"Keluarga kita memang seakrab itu, ya, sama mereka?"
Kak Nita menghela napas menatapku. "Lo kelamaan di asrama, sih. Keluarga kita sudah nggak ada rahasia lagi. Kalau gue bicara, heboh jagad hiburan perkara aib Keenan." ucapnya sambil lalu.
***
Berbeda dari liburan semester sebelumnya. Biasanya satu minggu setelah liburan dimulai, aku masih menetap di asrama bersama beberapa teman. Menghabiskan waktu senggang untuk sekadar menikmati kebersamaan sebelum kembali ke rumah masing-masing. Tapi karena kegiatan dari jurusan yang memang berbeda membuat rencana kami tertunda.
Aku datang paling terakhir dan bergabung dengan teman-temanku yang sudah duduk tenang di sudut café yang baru pertama kali kami datangi. Tempat yang biasanya kami datangi tidak jauh dari lokasi yang ramai atau sedang banyak dibicarakan di media sosial.
"Yang pilih tempat kali ini siapa?"
Aku langsung duduk di samping Kinara tanpa menyapa atau basa-basi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor and I
ChickLitOrang-orang mengenalnya sebagai aktor ternama dengan akting yang memukau. Teman-temanku bahkan terlalu sering membicarakan apa saja tentang dia. Namun, bagiku dia hanyalah salah satu penghuni rumah sebelah yang jarang berinteraksi denganku. Sedangka...