Bab 43 : Complicated

6K 661 16
                                    

Keenan benar. Semuanya enggak bakal sama lagi. Itu adalah kalimat terakhir sekaligus komunikasi kami yang terakhir. Satu hari setelahnya, Keenan harus kembali ke lokasi syuting dan meneruskan pekerjaannya.

Saat aku mencoba menghubunginya, ternyata Kak Adi yang memegang ponsel Keenan, katanya dia tidak ingin diganggu, mau fokus dalam perannya saja. Merasa sungkan, kuputuskan menunggu Keenan yang menghubungi lebih dulu.

Ya, semuanya enggak bakal sama lagi. Hari ini orang tua Keenan akan berangkat ke Singapura. Sejak kepergian Oma, kondisi Tante Ana kadang tiba-tiba drop. Om Abi memutuskan untuk mempercepat kepindahannya ke Singapura agar istrinya bisa memulihkan diri.

Seandainya tidak ada kuis hari ini, aku mungkin sudah ikut untuk mengantar orang tua Keenan ke bandara. Sementara keluargaku sudah mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan Kak Nino. Entah Mama masih sempat mengantar atau tidak. Ah, memikirkan itu semua hanya bisa membuatku menghela napas berat.

"Delapan."

Aku mengangkat kepala, menatap Mila yang baru saja berucap sambil memukul meja. "Apa?" tanyaku saat dia tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

"Lo cewek kuat, Na," ujar Mila, kemudian menarik tanganku dan menggenggamnya.

Aku terkekeh karena tingkahnya. "Apasih, Mil?"

"Nah, gitu dong. Ketawa, jangan hela napas berat mulu. Gue yang liat, kan, jadi enggak enak juga," selorohnya.

"Thanks," ucapku tulus. Mila memang selalu sukses memperbaiki suasana hatiku.

"Enggak ada kelas lagi setelah kuis, kan?"

Aku mengangguk, dan tetap menatap Mila. Sebenarnya sangat tahu kalau dia ingin bertanya banyak, tapi sedang berusaha menahan diri. Dua tahun berbagi kamar membuatku cukup paham dengan ekspresinya.

"Enggak! Gue enggak mau maksa lo buat cerita," seloroh Mila. Ya, sama sepertiku, kami bisa saling memahami hanya dengan saling menatap raut muka. "Semoga beban pikiran lo cepet beres."

Aku menanggapi dengan anggukan, mengaminkan dalam hati ucapan Mila.

"Yang lain masih ada kelas, ya? Enggak seru banget, nih, berduaan sama cewek galau."

Aku memutar bola mendengar celotehan Mila. "Betewe, Mil, lo masih sering update tentang Keenan?" Aku mulai bosan menunggu kabar langsung dari Keenan sendiri.

Mila mengangguk. "Algoritma media sosial gue udah dikuasai sama berita cowok lo, sih," jawabnya dengan kekehan kecil. "Sebagai mantan penggemarnya, gue juga belum unfollow akun Keenan," tambah Mila, kemudian sibuk dengan ponsel. "Dan gue tebak lo belum bisa langsung konfirmasi berita ini," ujarnya lagi, mengangsurkan gawainya itu padaku.

'Belum Lepas dari Masa Berkabung, Aktor Keenan Byantara Dikabarkan Sedang Menghadapi Konflik dengan Manajemennya Saat Ini. Benarkah?'

Lagi, aku menghela napas membaca judul berita yang diperlihatkan Mila. Aku sudah baca berita ini subuh tadi, saat mengunjungi akun media sosial Keenan. Ada banyak judul senada yang menandai akun Keenan, tapi belum ada kepastian benar atau tidaknya kabar ini.

"Sembilan," tegur Mila, dan membuatku mengulas senyum seketika.

"Semoga enggak bener, deh," harapku, "Keenan susah dihubungi, mau fokus kerja katanya. Gue juga bingung harus gimana nunjukin perhatian ke dia."

"Sebenernya gue mau kasih saran, Na, tapi apa daya, gue ini jomlo minim pengalaman," kelakar Mila, dan sukses membuatku tertawa lagi.

Memikirkan Keenan membuatku mengeluarkan ponsel, memeriksa notifikasi, berharap ada kabar darinya. Sayang, tidak ada satu pun pemberitahuan yang menghampiri gawaiku.

The Actor and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang