Gemma Soya Putri baru saja terbangun dari tidurnya, kala sang mentari pagi memaksa masuk menembus celah jendela kamarnya yang tertutupi oleh gorden, ia kemudian tersenyum kecil. Cerah, seperti mimpinya tadi malam.
"Pagi dunia" ucap Gemma seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku akibat tidur. Gadis itu lalu melangkahkan kakinya menuju kekamar mandi yang ada dikamarnya untuk bersiap-siap menuju ke sekolah.
.
.
.Gemma sudah selesai dengan urusan membersihkan dirinya, gadis itu sudah cantik dan wangi. Surai panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja, kemeja putih selengannya yang tak dibalut dengan apapun membuat kulit putihnya itu terlihat bersinar.
Gemma lebih memilih menyampirkan jas sekolah warna abu-abu itu dilengannya, cuaca hari ini sangat panas meski masih pagi, membuat Gemma enggan memakai jas dan jangan lupakan tas ransel warna putih bergambar ice bear ditengahnya itu menggantung indah dibahu sebelah kanan gadis berparas cantik itu.
Ia kemudian menuruni tangga rumahnya dengan senyum yang merekah indah diwajah cantiknya. Sinar matahari yang sedikit masuk melalui dinding kaca rumahnya membuatnya semakin senang. Namun suasana hangat dan bahagia itu tergantikan menjadi hitam nan dingin, saat Gemma sudah berada di ruang makan rumahnya itu melihat keberadaan Gavin -Kakaknya- yang tengah menyantap roti lapis buatan pembantu rumahnya.
Gemma hanya diam tak bersuara sedikitpun, gadis itu lalu menarik kursi makannya dengan pelan, kemudian menjatuhkan dirinya ditempat duduk yang empuk itu.
Hening, tak ada suara sedikitpun dari kakak-beradik itu. Baik Gemma maupun Gavin hanya diam, tak berniat untuk bertukar sapa sedikitpun seperti kakak-beradik pada umumnya.
"Bibi makasih sarapannya!" seru Gavin pada pembantunya yang tengah berkutat dengan kerjaannya didapur, pria itu lalu melenggang pergi dari ruang makan dengan tatapan datar nan dingin, setelah sang bibi pembantu rumah menyahuti seruannya.
Tanpa sadar Gemma menghela napasnya kasar, dia lelah dengan sifat kakaknya itu yang semakin hari semakin dingin kepadanya. Satu tahun lamanya mereka seperti orang yang tak saling mengenal satu sama lain, Gemma ingin kakaknya kembali seperti dulu. Gavin yang perhatian kepadanya, lembut dan memperlakukan dirinya layaknya seorang ratu. Gemma ingin seperti itu lagi, dia tak mau kakaknya itu seperti sekarang yang kasar, suka membentaknya, cuek dan dingin kepadanya.
Tak mau bersedih dihari yang cerah ini, Gemma melanjutkan kembali acara sarapannya. Sendirian, garis bawahi sendirian tak ada siapa-siapa yang menemaninya. Kedua orang tua Gemma dan Gavin hanya sibuk dengan urusan pekerjaan mereka masing-masing, bagi kedua orang tua kakak-beradik itu, mereka hanya perlu memberikan fasilitas yang diinginkan anak-anaknya saja. Selebihnya mereka seperti enggan mengetahuinya, entah itu kesehatan anaknya, bagaimana anaknya bergaul atau bagaimana tingkah kedua anaknya itu.
∞~∞
Gemma mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang untuk menuju ke sekolahnya. Tak berapa lama kemudian dirinya sudah sampai disekolah, gadis itu lalu memarkirkan mobilnya dengan benar dan segera keluar dari dalamnya. Gemma lalu melangkahkan kakinya menuju kearah kedua temannya yang sedari tadi menunggu kehadirannya, ketiganya lantas bertos ala-ala perempuan yang bertemu.
"Lama banget sih lo, sampe lumutan tau nggak gue sama Nia nungguin lo" ucap Gea kesal.
Gemma terkekeh pelan. "Ya maaf"
"Iya, yaudah masuk yuk" ajak Nia pada kedua temannya itu.
Gemma dan Gea menganggukkan kepalanya pelan. Ketiganya lalu berjalan bersejajar melewati koridor-koridor sekolah yang sudah ramai diisi warga sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood is Love (TAMAT)
Teen FictionMasa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ "Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" "Nggak akan, aku janji nggak bakal ninggalin kamu" "Janji?" "...