Jam demi jam berlalu, sinar dari sang mentari yang menghilang dan tergantikan oleh gragasi warna orenye yang sangat mengagumkan untuk dilihat dari segi manapun. Namun keindahan itu sepertinya tak dihiraukan oleh dua orang lelaki yang kini berada ditengah lapangan sekolahnya yang sudah sepi.
Keduanya saling menatap tajam, tangan mereka juga mengepal kuat. Siap untuk meninju satu sama lain.
Bugh!
"Maksud lo apa hah?!" ucap Gavin, cowok itu lalu menarik kerah seragam milik Aldo dengan emosi. Bukannya merasa takut, Aldo malah tertawa hambar lalu menatap Gavin dengan tajamnya.
"Emang gue kenapa?" ucap Aldo santai.
Gavin mendecih pelan. "Gue udah bilang sama lo, jangan pernah lo libatin adek gue!" ucap Gavin sudah termakan emosi sekarang, karena Aldo berani-beraninya mengikuti Gema dan memotret setiap gerak-gerik dari adiknya itu, entah untuk apa tujuannya.
Gavin yang memergokinya lalu langsung menarik Aldo kearah lapangan, pria itu lalu melayangkan pukulannya pada Aldo berkali-kali, begitu pula sebaliknya.
"Emangnya kenapa, sih? Setelah gue liat-liat kayaknya.." Aldo mendekatkan wajahnya disebelah kanan kuping Gavin, "body adek lo oke juga" bisiknya lalu tersenyum miring.
Gavin mendorong Aldo kuat, tangan pria itu melayang kembali ke udara siap untuk memukul Aldo untuk yang kesekian kalinya.
"Vin, tahan, Vin" cegah Galang yang datang dari belakang. Galang lalu menarik Gavin susah payah karena Gavin memberontak padanya.
"Lepasin gue!!" Gavin berontak dari pegangan temannya itu. Aldo menyeringai remeh.
"Lepasin gue!!" teriak Gavin lagi. Galang lalu melepaskan tangannya dari tubuh Gavin.
Gavin mendekat kearah Aldo yang kini malah tersenyum remeh padanya, membuat emosinya semakin memuncak saja, tangan Gavin melayang diudara, tapi semua pergerakannya terhenti kala ada teriakan dari seseorang.
"GAVIN CUKUP!!" teriak Fannya dari kejauhan. Kelima pria itu lalu menengok kearah Fannya bersamaan.
"Drama apalagi ini?" bisik Nando pada Raka yang ada disebelahnya.
"Udah diem aja" suruh Raka datar. Nando lalu mendengus kesal.
Fannya, gadis itu lalu berjalan menghampiri Gavin yang sekarang ada diatas tubuh Aldo. Siap untuk meninju pria yang ada dibawahnya itu.
"Udah dong, kasian dia" ucap Fannya memohon agar Gavin mau melepaskan Aldo.
Gavin tersenyum angkuh, pria itu lalu melepaskan tangannya dari kerah seragam Aldo, kemudian menegakkan badannya menghadap Fannya yang kini menatapnya prihatin. Gavin sama halnya dengan Aldo yang babak belur.
"Lo nggak tau apa-apa, jadi gue minta lo diem" ujar Gavin dingin. Fannya hanya terdiam, hatinya bagai ditusuk pisau sekarang.
Sangat sakit!
"Aku emang nggak tau apa-apa, tapi kamu liat dong dia udah nggak berdaya, darahnya juga banyak" ucap Fannya sambil menunjuk-nunjuk kearah Aldo yang masih saja terduduk diatas tanah.
Gavin melirik Aldo sekilas lalu menatap Fannya dingin. "Gue juga sama kayak dia. Jadi kita berdua impas, dong?" ucap Gavin santai lalu pergi begitu saja meninggalkan Fannya yang masih mematung tanpa kata-kata.
"Heh?! Vin, tunggu tolol!!" teriak Nando, ketiga pria itu lalu berlari bersama mengejar Gavin yang sudah jauh dari jangkauan mereka.
Fannya menatap punggung Gavin sendu. Kedua manik mata indahnya lalu menatap Aldo prihatin, gadis itu lalu mendekat kearahnya, kemudian berujar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood is Love (TAMAT)
Teen FictionMasa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ "Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" "Nggak akan, aku janji nggak bakal ninggalin kamu" "Janji?" "...