44

11 3 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dengan nyaring dari beberapa menit yang lalu, Gemma dan Adelard kini sibuk memasukan semua alat tulis masing-masing kedalam tas. Sedangkan keempat temannya yang lain sudah pulang terlebih dulu, dikelas hanya ada beberapa siswi yang tengah melakukan piket harian dan mereka berdua.

"Aku mau ke kelasnya bang Gavin dulu" ucap Gemma ketika mereka sudah berjalan menyusuri lorong sekolah.

Adelard menoleh sambil mengangkat alisnya bingung. "Mau apa?"

"Mau bilang dulu kalo aku pulangnya sama kamu" jawab Gemma sambil tersenyum tipis.

"Udah baikan beneran?"

Mendengar pertanyaan Adelard, kepala Gemma lantas menggeleng pelan. "Belum ada niatan sih buat baikan sama dia"

"Kenapa gitu?" tanya cowok itu lagi.

Gemma menghentikan langkahnya, begitupun dengan Adelard yang kini tengah menatapnya penuh tanya.

"Mungkin nanti" jawabnya setelah menatap Adelard dengan sempurnanya.

Hening mulai melanda, keduanya melangkahkan kakinya kembali untuk menuju kelantai tiga, tempat dimana kelas XII berada digedung ini.

Satu persatu anak tangga telah mereka injak, bunyi dentuman sepatu keduanya terdengar begitu nyaring. Sangking sunyinya mereka berdua sekarang, Gemma yang biasanya cerewet atau sebaliknya Adelard yang cerewet.

Kini mereka hanya terdiam, mengikuti kemana jalannya sang penyangga tubuh membawa mereka ketempat tujuan. Hingga tak lama keduanya kini sudah berada didepan kelas milik Gavin.

Sebelum masuk kedalam kelas, Gemma dan Adelard berpapasan dengan Aldo. Sontak tatapan sinis langsung Adelard berikan pada kakak kelasnya itu, namun Aldo tak peduli. Dengan santainya cowok itu kini melempar senyum pada Gemma yang berada didepannya.

"Hai, Gemma" sapaan lembut dari mulut Aldo, seketika dapat membuat wajah Gemma yang semula murung. Kembali ceria dan cerah.

"Hai, kak" sapa Gemma balik.

"Ngapain dateng kesini?" tanya Aldo, masih dengan senyum manis diwajahnya tentunya.

"Ya, mau nyamperin abangnya lah, ya kali mau nyamperin lo" sambar Adelard dengan nada sinisnya.

Gemma menoleh, tatapan matanya sungguh tak percaya jika Adelard sekasar itu pada kakak kelasnya sendiri. "Jangan bikin keributan, ini masih disekolah" bisiknya yang mengundang dengusan kesal dari Adelard.

"Maaf ya, kak" ucap Gemma tak enak.

"Iya, nggak papa kok" kata Aldo tenang, meski didalam hatinya sudah menyumpah serapah kan Adelard.

"Ya udah kalo gitu gue pamit" lanjut cowok itu, tangannya dengan gerakan cepat mengacak puncak kepala Gemma. Kemudian ia pergi dari sana.

Adelard dibuat mendengus kesal untuk yang kedua kalinya karena Aldo. Apalagi dengan sikap cowok itu yang terbilang bermuka dua, rasanya ingin sekali Adelard menonjok wajah kakak kelasnya itu dengan sekuat tenaga.

"Gemma? Adelard?"

Kedua orang yang namanya disebut tadi, lantas menengok kearah sumber suara, tepatnya berada didalam kelas tempat mereka berdiri saat ini.

Senyuman tipis Gemma langsung menghiasi wajah cantiknya kala Gavin sudah berada dihadapannya. "Kan, abang udah bilang kalo kamu langsung ke tempat parkiran aja" ujar Gavin lembut.

"Gue mau pulang bareng Lino, oleh karena itu gue nemuin lo dulu" ketus Gemma.

Gavin tersenyum getir, dia kira adiknya sudah mau menerimanya kembali. Mengingat tadi pagi Gemma mau berangkat bersama dengannya, tapi nyatanya salah. Gavin merasa jika Gemma benar-benar sudah jauh dari jangkauannya sekarang, bahkan sepertinya gadis itu sudah tak bisa tergapai lagi mungkin baginya. Persis seperti kisah cintanya bersama dengan Dera yang kacau karena kebodohannya sendiri.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang