"JANGAN SENTUH SAYA!!! SAYA INI MENJIJIKAN UNTUK DISENTUH!!" teriak Dera sambil memberontak dari pegangan suster-suster rumah sakit jiwa tersebut.
"Kamu nggak menjijikan, kita cuman mau kamu ke kamar, malam ini cuacanya dingin" ucap salah satu suster yang memegangi Dera sekuat mungkin, tak bisa dipungkiri tenaga Dera sangatlah kuat sehingga membuat suster yang menanganinya kadang kualahan sendiri jika Dera sudah berontak seperti ini. Apalagi suara jeritan perempuan itu yang terdengar sangat pedih jika didengarkan oleh seseorang,membuat suster-suster itu ikut tahu apa yang kini dirasakan oleh remaja perempuan itu.
"KATA SIAPA?!!! SAYA INI MENJIJIKAN!! MAHKOTA SAYA JUGA SUDAH HILANG ENTAH KEMANA!!! SAYA ITU MENJIJIKAN!!" teriak Dera sambil terisak hebat.
"LEPASIN SAYA!!! LEPASINNN!!!" semua suster lantas melepaskan tautan tangan mereka masing-masing dari tubuh Dera.
"Hahaha.. saya menjijikan, hahaha" ucap Dera sambil tertawa.
Tertawa pedih, kenapa dunia ini sangat jahat kepadanya? Kini Dera sudah tenang kembali, dia melangkahkan kakinya kearah bangku taman yang biasa dia duduki. Berjalan dengan tatapan kosong, Dera lalu mendudukkan dirinya dibangku tersebut.
Isakan kecil masih terdengar disana, meski sudah tak berontak namun suster rumah sakit jiwa tersebut tetaplah memandang Dera dari belakang dengan tatapan iba mereka masing-masing. Jujur mereka sangat kasihan pada Dera, anak itu masih sangatlah muda untuk dikatakan gila, mimpinya masih panjang, namun kenapa takdirnya begitu kejam. Membiarkannya hilang akal dan tak dapat berpikir dengan jernih kembali.
Tanpa sadar ada seseorang yang melihat kejadian itu dari jauh, dia melihat semua bagaimana adiknya memberontak saat disentuh. Hatinya hancur sekarang, dia menatap adiknya itu sendu, dia tak menyangka jika adik satu-satunya itu ada disini. Ditempat yang tak seharusnya dia ada, tak terasa air matanya tumpah begitu saja. Orang itu, Aldo Pahlevi.
Kakak mana yang tak sedih jika melihat adik semata wayangnya itu menjerit seperti tadi dan sekarang adiknya itu seperti tengah meracau tak jelas dengan mimik wajah seperti orang ketakutan. Kaki yang semula menjuntai kebawah kini berada diatas, tangan gadis itu sekarang sudah berada dimulutnya. Mengigit jarinya seakan benar-benar dia merasa takut dan tak lama Dera tertawa sendiri tanpa penyebab. Namun tawa itu bukan kebahagian melainkan tertawa kesedihanlah yang selalu Dera perlihatkan, mulutnya memang tertawa namun matanya terus saja mengeluarkan air mata ketakutannya.
"Seharusnya kamu nggak kayak gitu dek, kamu nggak salah dek, kamu nggak salah" ucap Aldo lemah sambil melihat kearah adiknya itu sendu, kedua matanya juga tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening nan asin dari kedua mata sipitnya.
∞~∞
Pagi harinya cuaca nampak sangat cerah, pancaran sinar dari sang mentari yang menghangatkan bagi seluruh makhluk hidup yang ada dibumi ini menjadi riang.
Seperti biasa suasana kelas sangatlah ramai, penuh dengan kegiatan dari penghuninya masing-masing. Ada yang bergibah, memperbaiki riasan diwajah mereka yang tak lain pelakunya adalah para perempuan, ada yang teriak-teriak tak jelas, dan ada yang hanya diam seperti Gavin sekarang.
Pria itu hanya diam, dia menidurkan kepalanya dimeja dengan tumpuan kedua tangannya, matanya tertutup dengan damai. Cowok itu tak tidur, hanya menutup kedua matanya saja. Tak lama kelas menjadi sepi nan sunyi, semua penghuninya lantas berhamburan pergi ketempat duduknya masing-masing kala wali kelas mereka masuk kedalam kelas bersama dengan seorang pria dengan paras tampan dibelakangnya.
"Selamat pagi anak-anak" sapa pria paruh baya itu pada semua murid-muridnya yang sudah duduk manis ditempat duduknya masing-masing.
"Pagi pakk!!" balas mereka semua bersamaan kecuali Gavin, cowok itu masih saja memejamkan matanya dan tak ada niatan sedikitpun dari dirinya untuk memperbaiki posisinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood is Love (TAMAT)
Teen FictionMasa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ "Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" "Nggak akan, aku janji nggak bakal ninggalin kamu" "Janji?" "...