35

9 7 7
                                    

Didepan kelas X-2 saat ini sudah ada Gemma, Adelard, Nia, Niko, Gea dan Erfan. Bersama dengan seorang siswa yang kini tertunduk takut didepan ke enam kakak kelasnya itu.

Gemma kini melipat kedua tangannya didada sambil menatap tajam kearah adik kelasnya, suasana sekarang sangatlah ramai. Disepanjang koridor sekolah lantai dasar itu, banyak yang penasaran apa yang akan dilakukan Gemma dan juga kawan-kawannya disini.

"Lo kan, yang ngasih gue kotak ini. Ngaku!" ucap Gemma langsung ke inti dari pembicaraannya, gadis itu tak mau berbasa-basi terlebih dahulu sekarang.

Siswa tersebut langsung mendongakkan kepalanya saat Gemma menyodorkan sebuah kotak didepan wajahnya, ia dengan takut langsung menggeleng kepada Gemma.

"Bukan saya, saya cuman disuruh" ucapnya gemetaran karena mendapat tatapan tajam dari Gemma.

"Disuruh?" bingung Gemma. Siswa itu langsung mengangguk cepat.

"Disuruh siapa?" kini giliran Adelard yang angkat bicara.

Siswa itu lagi-lagi menggeleng takut. "Saya nggak tau kak, dia pake penutup muka tadi" ujarnya yang mengundang dengusan kesal dari Gemma.

"Dek, lain kali kalo dikasih kayak gini lagi sama orang yang misterius jangan diterima. Ngerti?" ini Gea yang sudah muak dengan kepolosan yang dimiliki orang-orang yang berada disekitarnya, sudah cukup Nia saja yang polos dan Gemma yang bego tiada tara. Jangan ada yang lainnya lagi, Gea bosan.

Siswa itu lantas langsung mengangguk. "Ngerti, kak"

Gemma menghela napasnya kasar, gadis itu lalu menatap kearah teman-temannya terlebih dahulu yang sekarang mengangguk samar.

Helaan napas kasar itu keluar lagi dari mulut Gemma, gadis itu lalu menatap kearah adik kelasnya yang masih setia menundukkan kepalanya. Tak berani melihat ataupun menatap matanya dan juga kelima teman-temannya itu.

"Masuk lagi aja gih sana. Belajar yang pinter, jangan terlalu polos lagi ya" cibir Gemma tanpa disadari oleh siswa tersebut dan adik-adik kelas yang menontonnya.

"Iya kak, kalo gitu saya permisi" ucapnya lalu masuk kedalam kelasnya kembali, menyisakan Gemma dan kelima temannya beserta siswa-siswi yang lainnya yang masih saja mengerubungi mereka berenam.

Keenamnya terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya mata Erfan bergerak mengelilingi seluruh koridor yang penuh dengan sepasang mata yang melihat mereka.

"Mon maap nih, adek-adekku yang ganteng dan cantikkk. Ini bukan konser, jadi silahkan bubar ya" ucap Erfan yang langsung mengundang gelak tawa dari adik kelasnya yang berada disana.

"Oke, kak!"

Setelah semuanya membubarkan diri satu-persatu dari sana. Gemma lagi-lagi menghela napasnya, gadis itu kemudian menatap kotak yang ia pegang sedari tadinya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh kata-kata. Entah kenapa saat melihat isi kotak tersebut, seperti ada yang mengganjal dihatinya. Seperti ada yang tak beres dengan perasaannya, namun Gemma tak tahu pasti apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang.

Tepukan pelan membuyarkan lamunan Gemma dan juga kegelisahan gadis itu. Gemma langsung menoleh, mendapati Adelard yang kini menatapnya bertanya-tanya.

"Kamu nggak papa, kan?" tanya Adelard khawatir. Gemma dengan cepat menggeleng lalu tersenyum tipis.

"Udahlah, Ma. Nggak usah dipikirin lagi, mungkin itu orang iseng yang sengaja mau ngerjain lo doang" ucap Niko yang mendapat anggukan setuju dari yang lainnya, kecuali Gemma.

"Mungkin, gue berharap ini cuman perasaan gue doang, Nik" gumam Gemma sambil menatap lekat kotak yang berada di genggamannya itu. Sungguh, hati dan juga perasaan Gemma tak bisa tenang sekarang.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang