"Ihh No, mau itu!" tunjuk Gemma pada penjual permen kapas yang berada tak jauh darinya dan Adelard berdiri.
Sekarang, mereka berada disebuah pasar malam. Rencana awal ingin menonton langsung dibantah oleh Gemma, gadis itu mengatakan ingin ke pasar malam saja. Hal itu tentunya langsung disetujui oleh Adelard karena tak mau melihat cewek itu cemberut.
"Iya" jawab Adelard, tangan itu kemudian langsung merangkul bahu Gemma dan membawa gadis itu ke penjual permen kapas itu.
Mata Gemma langsung berbinar ketika melihat bentuk permen kapas yang menurutnya sangat lucu didepan matanya, lain hal dengan Adelard yang kini tersenyum kecil karena melihat wajah Gemma yang begitu cantik malam ini.
"Mau bentuk yang apa, dek?" tanya si penjual.
"Yang ini!" Gemma menunjuk dengan semangatnya sebuah permen kapas berbentuk kepala ice bear, karakter kesukaannya.
"Berapa, bu?" tanya Adelard setelah si penjual itu menyerahkan permen kapas pada Gemma.
"Dua puluh empat ribu aja" jawab wanita itu sembari tersenyum pada Adelard.
Kepala Adelard mengangguk, seraya menyerahkan uang pas, cowok itu berucap. "Makasih, bu" setelahnya dia membawa Gemma kesebuah bangku berukuran sedang, padahal malam ini ia dan Gemma hanya menaiki beberapa wahana saja. Tapi rasa-rasanya sangat melelahkan sekali.
Kepalanya menoleh kesamping, mendapati Gemma yang kini tengah riang memakan permen kapasnya dengan wajah yang berbinar. Diwaktu yang seperti inilah yang Adelard sukai, memandang wajah Gemma lekat-lekat dan berada disamping Gemma, begitupun melihat kebahagian gadis itu yang diciptakan olehnya sendiri.
Namun entah mengapa disetiap waktu seperti ini juga Adelard merasakan rasa sedih yang bersamaan. Phobianya dengan darah dan gangguan kecemasannya yang membuatnya sangat lemah jika dibandingkan dengan remaja cowok lainnya. Ia berpikir apakah nanti disaat akhir dari segalanya, dia akan tetap bisa berada disamping Gemma?
Melindungi Gemma tentu menjadi prioritas utama didalam hidupnya kini, tapi entah kenapa pikiran akan kehilangan, atau bahkan menghilang dari kehidupan Gemma terus berputar-putar didalam otaknya. Ia tahu jika dia bukan sesosok pria yang orang lain pikirkan. Adelard yang kuat, Adelard yang cerdas dan Adelard yang paling bahagia didunia ini. Semuanya justru salah, jika bisa berbicara pun sepertinya Adelard tak pernah memiliki sifat itu. Dan tak akan pernah juga.
"No, kamu kenapa?" tepukan yang berasal dari tangan Gemma seketika membuyarkan lamunan Adelard.
"Nggak papa, aku cuma capek aja. Dikit" kata Adelard.
"Kamu capek?" tanya Gemma, wajahnya kini menunjukan raut khawatirnya.
Senyum tipis langsung terbit dibibir Adelard, ketika melihat ekspresi Gemma. Dia jadi tak enak sendiri karena merubah wajah senang Gemma. "Nggak papa kok, nggak terlalu"
"Yaudah kalo gitu kita pulang aja" ucap Gemma sembari memperlihatkan senyum andalannya, meski dalam hati dia masih ingin berlama-lama disini bersama Adelard.
"Nggak, nanti aja. Kamu kan masih pingin disini" balas Adelard, tangan lelaki itu kini naik. Mengambil sejumput rambut Gemma yang menghalangi wajah cantiknya, lalu menyelipkannya dibelakang telinga.
"Nggak kok, kalo kamu bener capek. Yaudah kita pulang aja, nanti kalo dipaksain kamu bisa sakit" mata Gemma kini menatap Adelard semakin khawatir.
"Udah disini aja dulu, aku nggak papa. Nggak terlalu capek, karena udah ada obatnya" Adelard menjeda ucapannya, senyuman penuh arti terbit dibibirnya membuat Gemma mengangkat satu alisnya bingung.
"Obat?" beo Gemma.
Adelard langsung menganggukkan kepalanya cepat, bibir yang semula membuat lengkungan indah kini maju. Mengecup singkat bibir mungil Gemma yang terasa semakin manis dibibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood is Love (TAMAT)
Teen FictionMasa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ "Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" "Nggak akan, aku janji nggak bakal ninggalin kamu" "Janji?" "...