37

14 7 6
                                    

Sudah satu jam lamanya Gemma hanya merebahkan dirinya diatas kasur miliknya, selama itu pula gadis itu dengan gabutnya berguling-guling kesana-kemari mengakibatkan sprei kasur yang sudah ia tata dengan susah payahnya, kini berantakan kembali akibat ulahnya.

"Bosen!!" seru gadis itu lalu berguling-guling kembali.

Hari ini, hari minggu. Tetapi Gemma hanya melakukan kegiatan tak bermutu ini didalam kamarnya, sebenarnya sudah ada rencana ia bepergian dengan Adelard. Akan tetapi sedari tadi cowok itu sangat sulit sekali Gemma hubungi, bukan apa-apa Adelard tak ada kabar atau bahkan tak memberi balasan pada Gemma. Hanya saja cowok itu sekarang sedang...

Tidur.

Gemma yakin pasti jika Adelard sedang menjelajahi alam mimpinya saat ini. Padahal hari sudah semakin siang, ya beginilah konsekuensinya bila memiliki seorang kekasih yang kebo.

Mata Gemma melirik sekilas kearah boneka berbentuk ice bear, hasil kerja keras Adelard pada beberapa minggu yang lalu. Gadis itu terkekeh saat mengingat kembali wajah serius Adelard yang tengah berusaha mengambil boneka itu dari mesin penjapit boneka.

Tangannya kemudian terulur mengambil boneka yang berada dipinggir kasurnya tersebut. Lagi, Gemma terkekeh karena mengingat hal itu. Wajah Adelard begitu tampan dimatanya kala itu, jujur Gemma sebenarnya diam-diam memfoto laki-laki itu dan sekarang sebuah foto menawan itu terpajang dengan jelas di galery ponselnya.

"Aku nggak nyaka, kalo kita yang awalnya musuh bisa jadi bucin kayak gini, No" ujar gadis itu lalu terterkekeh geli diakhir.

Gemma menatap lekat boneka ice bear yang berada di genggamannya, tangan yang semula hanya menggenggam kini perlahan menjadi elusan pelan pada boneka ice bear itu.

Entah perasaan apa yang Gemma rasakan sekarang hatinya terasa sakit, seperti ada beribu-ribu pisau yang tengah menusuk-nusuk didalamnya. Pesan dan teror itu semakin menjadi-jadi, sekuat tenaga Gemma sudah mengabaikan hal itu. Namun tak bisa ia pungkiri jika dirinya tengah ketakutan sekarang.

Matanya kini mulai memanas, tatapan sendu mulai ia lontarkan pada boneka yang masih ia elus.

"Aku harap kita bisa terus bersama, ya?" lirihnya, tanpa Gemma sadari cairan asin yang ia tahan sedari tadi kini meluncur juga. Dari yang tadinya hanya menetes, namun kini berubah menjadi mengalir. Cairan itu perlahan mengalir dengan deras diarea pelipis gadis itu.

Gemma mengelap kasar air matanya, tangannya kini sudah tak mengelus boneka ice bear tersebut lagi. Nada alunan musik dari ponselnya ternyata mampu mengubah perhatian Gemma, dengan perlahan tangan itu mulai mengambil ponsel yang tergeletak diatas nakas.

Alisnya sempat terangkat bingung,tetapi sedekit kemudian Gemma mengangkat panggilan tersebut. Itu telpon dari Aldo, ia bingung kenapa Aldo tiba-tiba menelponnya, mengingat Aldo jarang sekali meneleponnya seperti ini. Kakak kelasnya itu hanya mengiriminya pesan singkat saja, itupun hanya satu topik pembicaraan. Selebihnya sepertinya tak pernah.

"Halo, ada apa ya, kak?"

Tak ada jawaban disebrang sana, namun sedetik kemudian Gemma dapat mendengar suara kekehan Aldo.

"Hehe.. nggak papa kok, lo lagi ngapain?"

"Gue lagi rebahan, emang napa?"

"Gabut bener weekend lo, Ma" canda Aldo lalu terkekeh. Dari sini Gemma juga ikut terkekeh dengan candaan Aldo.

"Ya, mau gimana lagi. Seharusnya sih gue mau nonton bareng sama Lino, kak. Tapi kayaknya nggak mungkin"

"Lho? Kenapa?"

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang