49

9 4 0
                                    

Kring.. kring.. kring

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, Leara mulai bangun dari duduknya. Melangkah hingga ke depan pintu yang sudah ada beberapa teman sepergilaannya, seperti yang ia katakan kemarin malam bersama dengan Gemma. Gadis itu ingin memberikan pelajaran pada Ana, supaya dia kapok dan tak mengulangi perbuatannya lagi.

Tak butuh memakan waktu banyak, Leara bersama dengan antek-anteknya kini sudah berada didepan kelas milik Ana, yang mana kelas itu juga milik Dion.

"Woah! Suatu kebanggaan bagi kelas ini, Queen Leara mau menginjakkan kakinya didepan sini" ujar Dion heboh, mereka bertemu ketika Leara hendak masuk dan Dion yang hendak keluar.

"Gue nggak ada urusan sama lo, jadi lo lebih baik minggir" ketus Leara yang membuat Dion terkekeh sinis.

"Ini kelas gue dan kalo lo mau masuk berarti lo harus lewatin gue dulu" ucap lelaki itu dengan wajah tengilnya.

Leara berdecak kesal. "Ya udah kalo gue nggak boleh masuk, dimana Ana?"

"Ana doang, Elsanya nggak?" ledek Dion lalu tertawa bersama teman-temannya.

"Dimana Ana?" tanya gadis itu sekali lagi.

Setelah sepersekian detik kemudian, Dion mulai menjawab pertanyaan Leara. "Ada didalam, lagi dandan dia" kata cowok itu. "Tapi lo inget jangan bikin kerusuhan dikelas gue, ngerti kan?" Dion memperingati dengan tegas pada Leara, sebelum dirinya dan temannya pergi menuju ke kantin.

Setelah dirasa Dion dan teman-temannya sudah pergi, para gadis cantik itu menuju kedalam kelas. Langsung mendapatkan tatapan takutnya dari para anak-anak yang berada dikelas, namun Leara tak mempedulikannya.

Pandangannya hanya fokus pada seseorang yang berada dibelakang sana, sedang memoles wajahnya dengan beberapa alat make up yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Gue kira lo udah berubah, Na"

Perkataan itu dengan cepat langsung membuat pergerakan tangannya terhenti, netra yang semula berfokus pada cermin, kini teralihkan menatap Leara, orang yang baru saja menyeletuk padanya.

Ana memutar bola matanya malas. "Ngapain lo dateng kesini?" tanyanya ketus.

"Jadi orang itu nggak usah sok cantik" kata Leara yang tak mengindahkan pertanyaan Ana barusan.

Keduanya saling bertatap, melempar tatapan tajam dari kedua mata mereka masing-masing.

Ana dengan sombongnya malah mengibaskan rambut panjangnya didepan Leara dan antek-anteknya. "Lo baru nyadar ya kalo gue itu emang cantik"

Mendengar ucapan Ana barusan Leara terkekeh sinis, mulutnya lalu dengan santainya seperti tak ada beban berucap. "Kalo lo ngerasa cantik, seharusnya lo dapet cowok yang masih sendiri dong. Jangan cowok orang lo rebut!" tekan Leara diakhir ucapannya yang mengundang perhatian siswa-siswi yang masih berada dikelas.

Ana mendecih pelan, seakan ingin menantang Leara. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya, kemudian melipat tangannya didada. Tak lupa menunjukan wajah angkuhnya.

"Lo kalo ngomong dijaga, Ra!" ujar Ana yang tak terima dengan omongan Leara barusan.

"Omongan apa yang harus gue jaga?! Semua yang gue omongin itu fakta, jadi lo nggak usah ngerasa kalo nama baik lo bakal tercemar nantinya!" cerca Leara.

"Gue kira dengan cara gue ngerelain Vion buat lo, lo nggak bakal ngerebut cowok orang lagi! Tapi nyatanya gue salah, lo bahkan nggak berubah sama sekali, lo malah tambah parah, Na!" sambung Leara dengan suara yang mulai meninggi, begitupun dengan matanya yang kian memanas ketika mengucapkan nama lelaki yang pernah mengisi ruang hatinya, dulu.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang