54

12 4 9
                                    

Tiga puluh menit Adelard berkendara dengan ugal-ugalan, membelah jalanan ibu kota yang diguyur hujan lebat yang membuatnya licin. Setelah memarkirkan motornya dengan sembarang dihalaman rumah Gemma, cowok itu langsung lari dan memencet bel rumah berkali-kali, panik.

"Tenang bro, astaga" ucap Gavin setelah membukakan pintu untuk Adelard. Dilihatnya dari atas sampai kebawah, semua pakaian adik kelasnya itu basah kuyub. Pertanda kalau Adelard benar-benar panik, sampai-sampai tak mempedulikan keselamatannya sendiri.

"Nekat banget lo kesini nggak pake helm" ucap Gavin lagi yang tak habis pikir dengan Adelard.

"Gemma beneran nggak ada dirumah?" tanya Adelard tanpa mempedulikan semua omongan Gavin tadi.

"Iya, dia nggak ada dirumah. Gue bingung harus nyari dimana lagi, semua yang gue hubungin nggak pada sama Gemma semua" jelas Gavin, dia sebenarnya juga sama paniknya dengan Adelard begitupun dengan rasa takutnya. Namun sebisa mungkin Gavin harus terlihat tenang, ia tak mau kalau adik kelasnya itu tambah panik.

Ditambah, Gavin sudah tau kondisi Adelard yang memiliki gangguan kecemasan, apalagi phobia akan darah. Ia tahu itu tentu dari Gemma. Ah, lebih tepatnya menguping ketika gadis itu bermonolog sendirian dikamarnya. Mencari cara supaya Adelard bisa bebas dari phobianya dan juga kecemasannya.

"Nomornya Gemma aktif?" tanya Adelard lagi yang langsung dibalas gelengan pelan dari Gavin.

"Nggak sama sekali, tadi didepan gerbang gue nemuin ini" Gavin berujar seraya menyerahkan sebuah gantungan yang tak asing sekali dimatanya, gantungan berbentuk kelinci yang tengah memeluk gambar hati.

Gantungan couple antara dia dan Gemma yang mungkin terputus dari ponsel gadis itu.

"Ini gantungan hpnya dia, bang" kata Adelard, tangan itu langsung bergerak cepat mengambil benda yang sama disaku celananya. "Liat, sama kan" ia mensejajarkannya dengan miliknya yang menggantung dibawah ponsel.

Bentar, apa jangan-jangan Gemma diculik? batin Gavin seraya menatap lekat-lekat benda yang ia temukan didepan gerbang rumahnya beberapa jam yang lalu.

"Gue mau cari Gemma!" Adelard langsung bergegas menuju motornya untuk dikendarai lagi. Kalau saja lengannya tak ditahan oleh Gavin, kala dia ingin menaikinya.

"Besok aja" ucap Gavin. Adelard melebarkan matanya tak percaya, bahkan didalam situasi yang seperti ini Gavin masih bisa bersikap santai?

"Kok besok? Ya, sekaranglah bang!" teriak Adelard. Gavin menggeleng tegas.

"Nggak sekarang, gue yakin Gemma baik-baik aja. Malem ini cuacanya juga nggak bersahabat, udah kita cari besok aja!" Gavin balik berteriak.

Kali ini giliran Adelard yang menggeleng, cowok itu masih dalam pendiriannya yang akan mencari Gemma. "Gue bakal cari dia sendiri!" ucapnya seraya ingin menaiki motornya lagi, namun lagi-lagi Gavin menarik lengannya. Kali ini lebih kasar lagi dari yang sebelumnya, membuat cowok itu terhempas menjauh dari motornya.

"JANGAN BATU BISA NGGAK, SIH?!" bentak Gavin dibawah derasnya air hujan yang terus berjatuhan malam ini, tak ada tanda-tanda bahwa ia akan berhenti.

"TAPI GUE TAKUT BANG GEMMA KENAPA-NAPA!" balas Adelard yang juga membentak.

"LO PIKIR GUE NGGAK, HAH?!!" ucap Gavin lagi, otot-otot yang berada dilehernya kini tercetak jelas dipenglihatan Adelard.

"GUE JUGA TAKUT DIA KENAPA-NAPA! TAPI KALO LO NYARI DIA SEKARANG! ITU MALAH BIKIN SEMUANYA TAMBAH KACAU, ANJING!!" maki Gavin, tangannya kini mencengkram hoodie yang dikenakan Adelard. Memberikan sedikit gertakan pada cowok yang usianya satu tahun lebih muda darinya itu.

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang