Gemma berlari menghampiri Adelard yang berada diatas pembatas rooftop sekolahnya. Dengan cepat gadis itu langsung menarik tangan Adelard sekuat tenaga, keduanya lalu terjatuh dengan posisi duduk. Gemma langsung bangkit dan menghampiri Adelard yang kini menatap ke depan dengan tatapan kosongnya.
"LO TUH GILA YA!!!" bentak Gemma sambil memukul lengan Adelard lemah. Tenaganya habis sekarang karena berlari menuju kearah rooftop dengan tergesa, belum lagi sekarang dia melihat Adelard yang masih tetap diam tak menyahutinya sedikitpun. Matanya sembab, pria itu menangis tanpa suara.
"Jangan kayak gini, lo udah janji sama gue kalo lo nggak bakal kayak gini lagi" ucap Gemma, dia juga menangis sekarang. Entah mengapa hatinya sakit karena melihat keadaan Adelard seperti sekarang ini.
Adelard tetap diam tak merespon setiap ucapan Gemma, dia terus saja menatap kearah depan dengan tatapan kosongnya. Pikirannya kosong tak bisa mencerna dengan sehat, apa yang terbaik untuknya dan tidak untuknya.
"Lino ngomong dong!!" suara Gemma mulai bergetar karena Adelard sama sekali tak meresponnya. Gemma takut kalo Adelard kesurupan, kan bahaya. Mana Gemma nggak bisa apa-apa lagi.
Adelard menengok kearah Gemma perlahan, pria itu memandang wajah Gema yang kini mengkhawatirkannya, nampak air mata Gemma sudah mengalir deras dipipi chubby nya bak air terjun.
"Jangan kayak gini" ucap Gemma disela-sela tangisnya. Adelard membenarkan posisi duduknya menjadi tegak dan mendekat kearah Gemma yang kini tertunduk, meremas rok sekolahnya kuat-kuat, bahu gadis itu bergetar hebat sekarang.
Srett~~
Adelard langsung memeluk Gemma erat, menenggelamkan wajah Gemma pada dada bidangnya lalu mengelus surai panjang gadis itu pelan. Sedangkan yang dipeluk hanya menurut saja, Gemma menangis menumpahkan semua emosinya terhadap pria yang mendekapnya, tak perduli jika kemeja seragam pria itu basah karena air matanya. Toh, Adelard juga sama dengannya. Bedanya pria itu menangis tanpa bersuara sedikitpun.
"Jangan kayak gini please, gue hikss.. nggak mau lo hikss.. kenapa-napa hikss" ucap Gemma, gadis itu sekarang membalas pelukan dari Adelard dengan sangat erat, takut jika pria itu berbuat hal yang tidak-tidak kembali.
.
.
.Setelah kejadian tadi, sekarang Adelard dan Gemma duduk dipembatas rooftop, menikmati setiap angin yang berhembus tenang menerpa wajah mulus mereka masing-masing.
Bel pelajaran selanjutnya sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu, tapi mereka berdua mengabaikannya dan memilih berdiam dirooftop, keadaan mereka berdua juga tak memungkinkan untuk masuk ke kelas.
Kedua mata remaja itu sama-sama sembab, bukannya ikut pelajaran atau apa, nanti yang ada mereka malah diintrogasi sama empat manusia nggak ada akhlak. Ribet urusannya.
Mereka saling diam, antara canggung dan juga tak ada topik pembicaraan. Gemma menatap Adelard dari samping, kepala pria itu mendongak kearah langit, matanya terpejam menikmati semilir angin yang menenangkannya.
"Masa lalu lagi?" Gemma membuka suara setelah sekian lama hening tak ada suara apapun, kecuali suara angin yang bertiup dengan tenang.
Mata Adelard yang semula terpejam kini membuka lalu menengok kearah Gemma yang berada disampingnya, jarak keduanya sedikit berjauhan.
"Iya" jawab Adelard singkat.
"Soal apa?" tanya Gemma penasaran. Entahlah, dia ingin tahu lebih banyak lagi tentang Adelard.
Adelard menghela napasnya panjang, pandangannya mengarah ke depan, kemudian memejamkan matanya kembali.
Gemma yang melihat itu seperti tak enak sendiri, tak seharusnya dia melontarkan pertanyaan itu kepada Adelard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood is Love (TAMAT)
أدب المراهقينMasa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ "Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" "Nggak akan, aku janji nggak bakal ninggalin kamu" "Janji?" "...