56

15 4 6
                                    

"Lo yakin?" pertanyaan itu terus saja diutarakan oleh Gavin, cowok itu sepertinya masih kurang yakin dengan apa yang sudah Nando katakan padanya, mengenai lokasi Gemma sekarang ini.

Nando memutar bola matanya malas, terlalu jengah ia dengan Gavin. Sudah dibantu, tidak berterimakasih, malah sekarang seperti orang yang tak mempercayainya.

"Seribu persen, puas lo?" ketus Nando.

Dua jam telah mereka lewati untuk menuju ketempat ini. Sebuah gedung rumah sakit tua yang sudah lama terbengkalai, jauh dari jalan kota yang banyak kendaraan bermotornya. Membuat auranya begitu menyeramkan meski matahari masih menampakkan sinarnya.

Nampak dari temboknya yang dipenuhi oleh lumut dan juga tanaman liar yang sudah memanjang disekeliling gedung itu menambah kesan angkernya. Membuat Gea, Nia, Erfan dan Niko bergidik ngeri melihatnya, melangkahkan kakinya pun mereka sepertinya sangat enggan.

Berbeda dengan Adelard yang kini tengah menatap lekat bangunan tua didepannya. Matanya itu bergerak, menelisir setiap inci bangunan yang ia datangi sekarang. Firasatnya akan Gemma yang berada didalam sana dan kini tengah disiksa semakin kuat kala menatapnya lamat-lamat.

Tanpa sadar kakinya perlahan melangkah, tubuh Adelard sebenarnya kurang fit, namun apa boleh buat. Ia yakin jika didalam sana Gemma tengah ketakutan, gadis itu pasti membutuhkannya.

"Lo mau kemana? Tunggu bang Gavin sama bang Nando dulu" ucap Erfan seraya mencekal pergelangan tangan Adelard, diantara semua orang yang berada disana. Hanya dirinyalah yang menyadari jika Adelard sudah melangkahkan kakinya lebih maju ke depan, cowok itu sepertinya lupa dengan apa yang tadi Nando perintahkan.

Adelard menghempaskan tangan Erfan kasar, manik matanya kini menatap Erfan tajam. "Gue mau kedalam, gue yakin Gemma ada disana" ucapnya, ia melangkahkan kakinya kembali, tetapi langsung dihentikan oleh Erfan kembali.

"Dengerin gue sekali ini aja, jangan buat kacau rencana bang Nando" ujar Erfan yang sudah geram dengan temannya itu, ia juga tak mau jika rencana yang sudah Nando susun dengan susah payahnya dihancurkan begitu saja oleh satu sohibnya itu.

Dilain jarak, Nia dan Gea kini tengah berhadap-hadapan. Keduanya kini sama-sama takut dengan bangunan yang ada didepannya, rasanya mereka berdua ingin pulang ke rumah saja. Akan tetapi mereka tidak bisa melakukan itu, mengingat tentang perkataan Nando beberapa jam yang lalu sebelum mereka semua sampai ke lokasi ini, jika Gemma berada didalamnya.

Nia meneguk ludahnya susah payah, dia yang berada diluar saja sudah sangat gemetaran. Lalu bagaimana dengan Gemma, yang katanya sudah berada didalam sana dari semalaman? Gemma pasti sangat ketakutan, dulu sewaktu SMP saja Gemma yang paling banyak teriaknya kala melakukan penjelajahan dimalam hari, kemudian sekarang ia berada didalam sana sendirian dengan tempat yang minim akan cahaya, belum lagi tadi malam hujan.

"Niko, Gemma pasti nggak kenapa-napa, kan?" Nia kini menoleh kesamping, tempat dimana sang kekasih berdiri. Niko dengan segera menganggukkan kepalanya, berusaha menenangkan Nia yang sekarang tengah menatapnya dengan berkaca-kaca.

"Semoga sayang" kata Niko lembut, tangannya itu dengan gerakan cepat mulai merengkuh tubuh Nia saat dia melihat getaran halus dipundak sang pacar.

"Udahan woy peluk-pelukannya, dilanjut nanti" ucapan Nando barusan langsung membuat Niko dan Nia melepaskan pelukannya masing-masing, begitupun dengan Gea dan Erfan.

"Sekarang dengerin gue dulu, termasuk lo Adelard. Gue nggak mau tau, rencana ini harus berhasil, tanpa ada cacat sedikitpun. Kalo misalkan nanti ada kesalahan pun yaudah, nggak papa, gue nggak bakal nyalahin kalian. Kalo kalian anggap keputusan kalian paling bener, segera aja bertindak" ucap Nando.

"Tapi kalian juga harus inget, jangan terlalu nekat, dan berujung membahayakan diri kalian sendiri" timpal Gavin yang disetujui oleh Nando, suatu apresiasi jika Gavin dan Nando saling menutujui perkataan masing-masing.

Semuanya mengangguk dengan ucapan Gavin barusan. "Yaudah tunggu apalagi? Masuk sekarang aja" suruh Nando, dengan langkah kaki yang santai dia bersama Gavin memimpin jalan mereka. Menembus banyaknya tanaman yang panjang itu dengan menggunakan tangan, tanpa peduli jika salah satu diantara jajaran tanaman itu memilik duri yang bisa saja melukai tangan mulus mereka semua.

Para muda-mudi itu terlalu kalut ketika tahu dimana letak keberadaan Gemma sekarang ini. Tapi rasa kalut itu masih bisa diatasi dengan pikiran yang selalu positif dikepala mereka, berbeda dengan Adelard yang kini malah pusing sendiri karena terlalu banyak membayangkan kejadian yang tidak-tidak menimpa Gemma, entah kenapa hatinya bergemuruh, seperti ingin diterpa hujan badai yang hebat.

∞~∞

BUGH!

Entah sudah yang ke berapa kalinya perut Gemma dihantam oleh kayu yang dilayangkan dari kedua bajingan itu. Intinya rasa asin langsung bisa ia rasakan didalam mulutnya, perlahan gadis itu memuntahkan gumpalan darah yang terasa amis didalam mulutnya. Sampai-sampai membuat baju warna putihnya berubah menjadi merah, sangking banyaknya darah yang Gemma keluarkan.

Perutnya sungguh sakit sekarang ini, ditatapnya Aldo dan Raka yang nampak mengabur didalam penglihatannya. Keduanya nampak tertawa lepas setelah aksi gila keduanya itu terlaksana.

Tadi, setelah Gemma mengatakan bahwa Dera itu cewek murahan. Kedua kakak kelasnya itu langsung menghajarnya habis-habisan, wajah yang biasanya putih bersih kini malah ternodai dengan beberapa darah yang mengalir diarea bibir, pelipis dan juga hidung. Warna merah ke ungu-unguan juga dapat terlihat jelas dikedua pipi Gemma, wajahnya benar-benar sudah tak terkondisikan.

"Kalian berdua banci" ucap Gemma dengan susah payahnya, membuat tawa kedua orang itu terhenti.

"Apa lo bilang?!" sentak Raka yang membuat Gemma mendecih.

"Gue bilang kalian banci!" katanya mengulangi kalimatnya barusan.

Aldo terkekeh pelan setelah mendengarkan suara lemas gadis itu, tangannya kini dengan bebas kembali melayang, menampar pipi Gemma yang sudah tak bisa dideskripsikan lagi bentuknya. Kacau, semuanya merah, apalagi dengan rasa sakitnya. Sungguh lengkap penderitaan gadis itu sekarang, rasa-rasanya pun malaikat pencabut nyawa sudah ada didepannya. Dia sudah tak kuat, penglihatannya semakin mengabur setelah ditampar oleh Aldo.

"Abang lo yang banci!!" bentak Aldo. Gemma terkekeh remeh, gadis itu kemudian meludah. Lebih tepatnya, ia membuang darah yang terasa sangat mengganjal didalam mulutnya.

"MASALAH KALIAN SAMA ABANG GUE!!" teriak Gemma, mulutnya kemudian membuat ringisan. Dia lupa jika wajahnya dipenuhi dengan luka lebam, jadi sudah bisa dipastikan akan terasa sangat nyut-nyutan ketika berteriak. Tetapi ia sama sekali tak menghiraukannya, masa bodoh dengan rasa sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya, Gemma kembali membuka suaranya.

"GUE BAHKAN NGGAK TAU APA-APA TENTANG MASALAH KALIAN!! TAPI KENAPA GUE KENA JUGA?!" jerit Gemma, gadis itu seakan diperlakukan tak adil dengan keduanya.

"YANG BUAT SALAH ITU GAVIN!! BUKAN GUE BANGSAT!" kata Gemma lagi, masih dengan nada suara yang tinggi, serta emosi yang menggebu-gebu.

PLAK!!

Kali ini tamparan keras itu dibuat oleh Raka. Tatapan laki-laki itu kian semakin membengis, membuat Gemma menjadi terkekeh remeh.

"Bener-bener banci, beraninya sama cewek, diiket pula orangnya. Jadi tambah banci kalian" sarkas Gemma seraya menatap keduanya remeh.

"Wahh.. nantangin, Do!" seru Raka yang heran dengan sikap sarkas cewek itu.

"Yoi, udah nggak usah lama-lama. Sikat aja!" bertepatan dengan perkataannya, balok kayu itu melayang kembali diudara. Siap dipukulkan pada perut Gemma, kalau saja tak ada sebuah teriakan menghentikan pergerakan Aldo.

"GEMMA!"











~Tbc~

Blood is Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang